Kata Hamas, Ini Satu-satunya Orang yang Mampu Serang AS
Minggu, 05 November 2023 - 00:01 WIB
BEIRUT - Hamas, kelompok perlawanan Palestina yang sekarang sedang berperang melawan Israel, menyebut pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un sebagi satu-satunya orang yang memiliki kemampuan untuk menyerang Amerika Serikat (AS).
Kelompok itu meyakini AS suatu hari akan menjadi masa lalu dan runtuh seperti Uni Soviet.
Pejabat senior Hamas, Ali Baraka, menyampaikan keyakinan itu dalam sebuah wawancara dengan sebuah saluran YouTube Lebanon yang diterjemahkan Middle East Media Research Institute (MEMRI).
“Amerika Serikat didirikan oleh Inggris dan Freemasonry global, dan negara ini akan runtuh seperti halnya Uni Soviet,” kata Baraka dalam wawancara tersebut yang dilansir Jerusalem Post, Sabtu (4/11/2023).
“Semua musuh-musuh Amerika di wilayah ini saling berkonsultasi dan semakin mendekatkan diri, dan mungkin akan tiba saatnya mereka bergabung dalam perang bersama-sama, dan mengubah Amerika menjadi masa lalu,” lanjut Baraka.
“Amerika tidak akan tetap kuat,” imbuhnya.
Ali Baraka juga memuji kemampuan Korea Utara untuk menyerang AS.
"Ya. Seperti yang Anda ketahui, pemimpin Korea Utara mungkin satu-satunya di dunia yang mampu menyerang Amerika Serikat. Dialah satu-satunya," kata Baraka merujuk pada pemimpin Korea Utara Kim Jong-un.
“Korea Utara mempunyai kemampuan untuk menyerang Amerika. Mungkin akan tiba saatnya Korea Utara melakukan intervensi, karena mereka adalah bagian dari aliansi [kami]”.
Pejabat Hamas itu mengatakan bahwa delegasi Hamas baru-baru ini melakukan perjalanan ke Moskow dan satu delegasi juga akan melakukan perjalanan ke Beijing.
"Hari ini, Rusia menghubungi kami setiap hari. China mengirim utusan ke Doha, dan China serta Rusia bertemu dengan para pemimpin Hamas. Delegasi Hamas melakukan perjalanan ke Moskow, dan segera, delegasi akan melakukan perjalanan ke Beijing," papar Baraka.
Dia menambahkan, “Iran tidak mempunyai kemampuan untuk menyerang Amerika. Jika Iran memutuskan untuk campur tangan, Iran bisa menyerang entitas Zionis dan pangkalan-pangkalan Amerika di wilayah tersebut. Mari kita katakan apa adanya, Iran tidak memiliki senjata yang dapat menjangkau Amerika. Amerika, namun mereka dapat menyerang Israel dan pangkalan-pangkalan serta kapal-kapal Amerika di wilayah tersebut jika Amerika dengan jelas memperluas intervensinya”.
Para pejabat Korea Selatan dan analis independen sebelumnya mengatakan Hamas kemungkinan besar menggunakan persenjataan Korea Utara dalam serangan mengejutkan terhadap Israel pada 7 Oktober lalu.
Pernyataan mereka berdasarkan bukti gambar dan video yang telah dirilis. Di antara senjata buatan Korea Utara yang ditemukan dalam serangan 7 Oktober—yang diberi nama Operasi Badai al-Aqsa—adalah granat berpeluncur roket (RPG) F-7 dan peluru artileri 122 mm.
Sebuah video yang diperiksa oleh Associated Press juga menunjukkan para milisi Hamas menggunakan rudal anti-tank Pyongyang.
Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Amerika Serikat (AS) John Kirby mengatakan dia tidak bisa mengonfirmasi laporan tentang sumber roket yang digunakan Hamas.
Pensiunan Mayor Jenderal Angkatan Udara AS Larry Stutzriem, direktur penelitian di Mitchell Institute for Aerospace Studies, mengatakan jenis senjata yang diduga digunakan Hamas itu dapat mempersulit manuver pasukan Israel dalam operasi perang kota di Gaza, Palestina.
“RPG dapat digunakan untuk menembak helikopter Israel,” kata Stutzriem, seperti dikutip dari Air and Space Forces.
“Tetapi yang sebenarnya ingin mereka lakukan adalah jika Israel masuk ke Gaza, menggunakan RPG untuk meledakkan kendaraan mekanis yang membawa pasukan dan senjata. Mortir dan roket juga merupakan senjata teror," paparnya.
Stutzriem menggarisbawahi bahwa meskipun senjata-senjata tersebut mungkin bukan “pengubah permainan” bagi kelompok Hamas, potensi signifikansinya bergantung pada jumlah senjata Korea Utara yang dirahasiakan, seperti sistem anti-tank, yang dimiliki Hamas.
Pyongyang, melalui kantor berita KCNA, membantah persenjataannya terlibat dalam serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober. Namun sebuah surat kabar pemerintah Korea Utara itu menerbitkan sebuah artikel yang menyalahkan Israel atas “tindakan kriminal yang terus-menerus terhadap rakyat Palestina".
Stutzriem mengatakan penemuan persenjataan Korea Utara yang dimiliki kelompok militan seperti Hamas seharusnya tidak mengejutkan.
“Korea Utara telah lama melakukan penjualan senjata ilegal,” kata Stutzriem.
“Komunitas intelijen telah mengamati hal ini selama beberapa dekade, sejak awal tahun 1990an. Cara rezim ini meningkatkan pendapatan adalah dengan menjual sebagian besar, hampir seluruhnya ke negara-negara yang menentang negara-negara demokrasi sekutunya di dunia," paparnya.
Kelompok itu meyakini AS suatu hari akan menjadi masa lalu dan runtuh seperti Uni Soviet.
Pejabat senior Hamas, Ali Baraka, menyampaikan keyakinan itu dalam sebuah wawancara dengan sebuah saluran YouTube Lebanon yang diterjemahkan Middle East Media Research Institute (MEMRI).
“Amerika Serikat didirikan oleh Inggris dan Freemasonry global, dan negara ini akan runtuh seperti halnya Uni Soviet,” kata Baraka dalam wawancara tersebut yang dilansir Jerusalem Post, Sabtu (4/11/2023).
“Semua musuh-musuh Amerika di wilayah ini saling berkonsultasi dan semakin mendekatkan diri, dan mungkin akan tiba saatnya mereka bergabung dalam perang bersama-sama, dan mengubah Amerika menjadi masa lalu,” lanjut Baraka.
“Amerika tidak akan tetap kuat,” imbuhnya.
Ali Baraka juga memuji kemampuan Korea Utara untuk menyerang AS.
"Ya. Seperti yang Anda ketahui, pemimpin Korea Utara mungkin satu-satunya di dunia yang mampu menyerang Amerika Serikat. Dialah satu-satunya," kata Baraka merujuk pada pemimpin Korea Utara Kim Jong-un.
“Korea Utara mempunyai kemampuan untuk menyerang Amerika. Mungkin akan tiba saatnya Korea Utara melakukan intervensi, karena mereka adalah bagian dari aliansi [kami]”.
Pejabat Hamas itu mengatakan bahwa delegasi Hamas baru-baru ini melakukan perjalanan ke Moskow dan satu delegasi juga akan melakukan perjalanan ke Beijing.
"Hari ini, Rusia menghubungi kami setiap hari. China mengirim utusan ke Doha, dan China serta Rusia bertemu dengan para pemimpin Hamas. Delegasi Hamas melakukan perjalanan ke Moskow, dan segera, delegasi akan melakukan perjalanan ke Beijing," papar Baraka.
Dia menambahkan, “Iran tidak mempunyai kemampuan untuk menyerang Amerika. Jika Iran memutuskan untuk campur tangan, Iran bisa menyerang entitas Zionis dan pangkalan-pangkalan Amerika di wilayah tersebut. Mari kita katakan apa adanya, Iran tidak memiliki senjata yang dapat menjangkau Amerika. Amerika, namun mereka dapat menyerang Israel dan pangkalan-pangkalan serta kapal-kapal Amerika di wilayah tersebut jika Amerika dengan jelas memperluas intervensinya”.
Para pejabat Korea Selatan dan analis independen sebelumnya mengatakan Hamas kemungkinan besar menggunakan persenjataan Korea Utara dalam serangan mengejutkan terhadap Israel pada 7 Oktober lalu.
Pernyataan mereka berdasarkan bukti gambar dan video yang telah dirilis. Di antara senjata buatan Korea Utara yang ditemukan dalam serangan 7 Oktober—yang diberi nama Operasi Badai al-Aqsa—adalah granat berpeluncur roket (RPG) F-7 dan peluru artileri 122 mm.
Sebuah video yang diperiksa oleh Associated Press juga menunjukkan para milisi Hamas menggunakan rudal anti-tank Pyongyang.
Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Amerika Serikat (AS) John Kirby mengatakan dia tidak bisa mengonfirmasi laporan tentang sumber roket yang digunakan Hamas.
Pensiunan Mayor Jenderal Angkatan Udara AS Larry Stutzriem, direktur penelitian di Mitchell Institute for Aerospace Studies, mengatakan jenis senjata yang diduga digunakan Hamas itu dapat mempersulit manuver pasukan Israel dalam operasi perang kota di Gaza, Palestina.
“RPG dapat digunakan untuk menembak helikopter Israel,” kata Stutzriem, seperti dikutip dari Air and Space Forces.
“Tetapi yang sebenarnya ingin mereka lakukan adalah jika Israel masuk ke Gaza, menggunakan RPG untuk meledakkan kendaraan mekanis yang membawa pasukan dan senjata. Mortir dan roket juga merupakan senjata teror," paparnya.
Stutzriem menggarisbawahi bahwa meskipun senjata-senjata tersebut mungkin bukan “pengubah permainan” bagi kelompok Hamas, potensi signifikansinya bergantung pada jumlah senjata Korea Utara yang dirahasiakan, seperti sistem anti-tank, yang dimiliki Hamas.
Pyongyang, melalui kantor berita KCNA, membantah persenjataannya terlibat dalam serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober. Namun sebuah surat kabar pemerintah Korea Utara itu menerbitkan sebuah artikel yang menyalahkan Israel atas “tindakan kriminal yang terus-menerus terhadap rakyat Palestina".
Stutzriem mengatakan penemuan persenjataan Korea Utara yang dimiliki kelompok militan seperti Hamas seharusnya tidak mengejutkan.
“Korea Utara telah lama melakukan penjualan senjata ilegal,” kata Stutzriem.
“Komunitas intelijen telah mengamati hal ini selama beberapa dekade, sejak awal tahun 1990an. Cara rezim ini meningkatkan pendapatan adalah dengan menjual sebagian besar, hampir seluruhnya ke negara-negara yang menentang negara-negara demokrasi sekutunya di dunia," paparnya.
(mas)
tulis komentar anda