Hamas Tembakkan Roket Besar-besaran ke Israel saat Zionis Tunda Invasi Darat
Rabu, 25 Oktober 2023 - 08:44 WIB
Setidaknya lima warga Israel terluka dalam serangan roket Hamas pada hari Selasa itu. Mereka terluka akibat efek serangan secara terpisah di berbagai wilayah, yakni di Holon, Tel Aviv, Kfar Saba, Be'er Yaakov dan Yavne.
Militer Israel tetap siap melancarkan invasi darat ke Gaza kapan pun, meski rencana operasi semacam itu tertunda.
Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Herzi Halevi mengatakan kepada wartawan bahwa Israel "siap menyerang", namun tetap menjelaskan penundaannya.
“Pada tahap ini, ada faktor taktis dan strategis yang memberi kami lebih banyak waktu untuk berkembang dan memanfaatkan setiap menit agar lebih siap,” ujarnya.
“Dengan setiap menit yang berlalu, kita semakin sering menyerang musuh, membunuh milisinya, membunuh komandannya, menghancurkan infrastrukturnya, dan mengumpulkan lebih banyak informasi intelijen untuk langkah selanjutnya," paparnya.
Sementara itu, pemerintah Presiden AS Biden juga mendesak Israel untuk menunda invasi dengan harapan memberikan lebih banyak waktu untuk merundingkan pembebasan para sandera.
Hamas sejauh ini telah membebaskan empat dari sekitar 200 sandera yang mereka tawan dalam serangan 7 Oktober. Kelompok perlawanan Palestina itu tersebut membebaskan dua warga Amerika dan dua warga Israel, namun belum ada perkembangan lebih lanjut mengenai negosiasi.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah berjanji untuk “menghancurkan” Hamas, dan dia mendapat dukungan penuh dari AS dan negara-negara Barat lainnya.
Presiden Prancis Emmanuel Macron bertemu dengan Netanyahu pada hari Selasa dan mengatakan kampanye melawan Hamas harus dilakukan “tanpa belas kasihan, tetapi bukan tanpa aturan".
Militer Israel tetap siap melancarkan invasi darat ke Gaza kapan pun, meski rencana operasi semacam itu tertunda.
Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Herzi Halevi mengatakan kepada wartawan bahwa Israel "siap menyerang", namun tetap menjelaskan penundaannya.
“Pada tahap ini, ada faktor taktis dan strategis yang memberi kami lebih banyak waktu untuk berkembang dan memanfaatkan setiap menit agar lebih siap,” ujarnya.
“Dengan setiap menit yang berlalu, kita semakin sering menyerang musuh, membunuh milisinya, membunuh komandannya, menghancurkan infrastrukturnya, dan mengumpulkan lebih banyak informasi intelijen untuk langkah selanjutnya," paparnya.
Sementara itu, pemerintah Presiden AS Biden juga mendesak Israel untuk menunda invasi dengan harapan memberikan lebih banyak waktu untuk merundingkan pembebasan para sandera.
Hamas sejauh ini telah membebaskan empat dari sekitar 200 sandera yang mereka tawan dalam serangan 7 Oktober. Kelompok perlawanan Palestina itu tersebut membebaskan dua warga Amerika dan dua warga Israel, namun belum ada perkembangan lebih lanjut mengenai negosiasi.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah berjanji untuk “menghancurkan” Hamas, dan dia mendapat dukungan penuh dari AS dan negara-negara Barat lainnya.
Presiden Prancis Emmanuel Macron bertemu dengan Netanyahu pada hari Selasa dan mengatakan kampanye melawan Hamas harus dilakukan “tanpa belas kasihan, tetapi bukan tanpa aturan".
(mas)
tulis komentar anda