Sentil Barat, Emir Qatar: Israel Tidak Boleh Diizinkan Bunuh Warga Sipil
Selasa, 24 Oktober 2023 - 17:56 WIB
DOHA - Emir Qatar mendesak masyarakat internasional untuk tidak memberikan otorisasi tidak terbatas kepada Israel untuk membunuh warga Palestina dalam peperangannya dengan Hamas . Ia menyebut peperangan itu sebagai eskalasi berbahaya yang mengancam keamanan global.
Sebagaimana diketahui, sejumlah negara besar Barat termasuk Amerika Serikat (AS), Inggris dan Prancis telah bersatu untuk mendukung Israel dan menegaskan haknya untuk membela diri setelah pecahnya perang mematikan dengan kelompok Hamas.
Perang dipicu oleh serbuan mendadak militan Hamas dari Jalur Gaza pada 7 Oktober, yang menurut pejabat Israel menewaskan sedikitnya 1.400 orang, sebagian besar warga sipil, dan menyandera 222 orang.
Sementara itu lebih dari 5.000 warga Palestina, sebagian besar warga sipil, telah terbunuh di Jalur Gaza dalam pemboman Israel yang tiada henti sebagai pembalasan atas serangan tersebut, menurut kementerian kesehatan yang dikelola Hamas di wilayah tersebut.
“Kami bilang cukup. Israel tidak boleh diberikan lampu hijau tanpa syarat dan izin tidak terbatas untuk membunuh,” kata Emir Qatar Syeikh Tamim bin Hamad Al-Thani dalam pidato tahunannya pada pembukaan dewan penasehat Syura negara Teluk Arab tersebut seperti dikutip dari Al Arabiya, Selasa (24/10/2023).
Ini adalah pernyataan publik pertamanya sejak Qatar memulai upaya terbaru untuk menjadi penengah antara Israel dan Hamas.
“Tidak dapat dipertahankan bagi Israel untuk diberikan lampu hijau tanpa syarat dan kebebasan untuk melakukan pembunuhan, juga tidak dapat dipertahankan untuk terus mengabaikan realitas pendudukan, pengepungan dan pemukiman,” ujarnya seperti dikutip dari France 24.
Qatar telah melakukan dialog terbuka dengan Israel dan Hamas yang menghasilkan pembebasan empat sandera yang ditahan oleh Hamas, termasuk dua wanita Israel pada hari Senin.
“Saat ini tidak boleh dibiarkan menggunakan penghentian pasokan air dan pencegahan obat-obatan dan makanan sebagai senjata terhadap seluruh penduduk,” kata Syeikh Tamim, mengacu pada pengepungan yang dilakukan Israel atas Jalur Gaza.
“Kami menyerukan sikap sungguh-sungguh di kawasan dan internasional sehubungan dengan eskalasi berbahaya yang kita saksikan, dan yang mengancam keamanan kawasan dan dunia,” imbuhnya.
“Kami ingin bertanya kepada mereka yang mendukung perang, dan mereka yang bertindak untuk membungkam perbedaan pendapat: apa yang akan terjadi setelah perang ini?
“Apakah hal ini akan membawa keamanan dan stabilitas bagi Israel dan Palestina? Ke mana tujuan Palestina setelahnya?”
Seperti diketahui para pemimpin Inggris, Prancis, Jerman, Italia dan Amerika Serikat semuanya telah mengunjungi Israel sejak serangan tanggal 7 Oktober.
“Kami tidak menerima standar ganda dan bertindak seolah-olah kehidupan anak-anak Palestina tidak diperhitungkan, seolah-olah mereka tidak memiliki wajah atau nama,” tegasnya.
Sebagaimana diketahui, sejumlah negara besar Barat termasuk Amerika Serikat (AS), Inggris dan Prancis telah bersatu untuk mendukung Israel dan menegaskan haknya untuk membela diri setelah pecahnya perang mematikan dengan kelompok Hamas.
Perang dipicu oleh serbuan mendadak militan Hamas dari Jalur Gaza pada 7 Oktober, yang menurut pejabat Israel menewaskan sedikitnya 1.400 orang, sebagian besar warga sipil, dan menyandera 222 orang.
Sementara itu lebih dari 5.000 warga Palestina, sebagian besar warga sipil, telah terbunuh di Jalur Gaza dalam pemboman Israel yang tiada henti sebagai pembalasan atas serangan tersebut, menurut kementerian kesehatan yang dikelola Hamas di wilayah tersebut.
“Kami bilang cukup. Israel tidak boleh diberikan lampu hijau tanpa syarat dan izin tidak terbatas untuk membunuh,” kata Emir Qatar Syeikh Tamim bin Hamad Al-Thani dalam pidato tahunannya pada pembukaan dewan penasehat Syura negara Teluk Arab tersebut seperti dikutip dari Al Arabiya, Selasa (24/10/2023).
Ini adalah pernyataan publik pertamanya sejak Qatar memulai upaya terbaru untuk menjadi penengah antara Israel dan Hamas.
“Tidak dapat dipertahankan bagi Israel untuk diberikan lampu hijau tanpa syarat dan kebebasan untuk melakukan pembunuhan, juga tidak dapat dipertahankan untuk terus mengabaikan realitas pendudukan, pengepungan dan pemukiman,” ujarnya seperti dikutip dari France 24.
Qatar telah melakukan dialog terbuka dengan Israel dan Hamas yang menghasilkan pembebasan empat sandera yang ditahan oleh Hamas, termasuk dua wanita Israel pada hari Senin.
“Saat ini tidak boleh dibiarkan menggunakan penghentian pasokan air dan pencegahan obat-obatan dan makanan sebagai senjata terhadap seluruh penduduk,” kata Syeikh Tamim, mengacu pada pengepungan yang dilakukan Israel atas Jalur Gaza.
“Kami menyerukan sikap sungguh-sungguh di kawasan dan internasional sehubungan dengan eskalasi berbahaya yang kita saksikan, dan yang mengancam keamanan kawasan dan dunia,” imbuhnya.
“Kami ingin bertanya kepada mereka yang mendukung perang, dan mereka yang bertindak untuk membungkam perbedaan pendapat: apa yang akan terjadi setelah perang ini?
“Apakah hal ini akan membawa keamanan dan stabilitas bagi Israel dan Palestina? Ke mana tujuan Palestina setelahnya?”
Seperti diketahui para pemimpin Inggris, Prancis, Jerman, Italia dan Amerika Serikat semuanya telah mengunjungi Israel sejak serangan tanggal 7 Oktober.
“Kami tidak menerima standar ganda dan bertindak seolah-olah kehidupan anak-anak Palestina tidak diperhitungkan, seolah-olah mereka tidak memiliki wajah atau nama,” tegasnya.
(ian)
tulis komentar anda