Ketika Bos Hamas Ismail Haniyeh Hidup Enak di Qatar tapi Gaza Luluh Lantak Dibom Israel
Rabu, 18 Oktober 2023 - 10:40 WIB
GAZA - Tak lama setelah dimulainya serangan mengejutkan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober, sebuah video mulai beredar yang memperlihatkan pemimpin kelompok tersebut; Ismail Haniyeh, di kantornya yang elegan di Ibu Kota Qatar, Doha.
Dia menyaksikan serangan yang diberi nama Operasi Badai al-Aqsa melalui saluran Al Jazeera dan “sujud syukur” dengan sekelompok pejabat Hamas lainnya atas kematian lebih dari 1.300 orang di Israel.
Selama bertahun-tahun, Haniyeh telah ditegur oleh banyak warga Palestina karena menjalani kehidupan yang nyaman di Qatar, jauh dari kesulitan di Gaza.
Di negara monarki Teluk yang kaya minyak tersebut, Haniyeh dan orang-orang terdekatnya menikmati perlindungan.
Sebelum kemenangan Hamas dalam pemilu Palestina melawan Fatah pada tahun 2006, Haniyeh bukanlah anggota terkemuka dari kepemimpinan kelompok Hamas. Setelah kemenangan elektoral, bintangnya mulai menanjak.
Dia ditunjuk sebagai perdana menteri Otoritas Palestina di Jalur Gaza, dan kekayaannya tumbuh pesat berkat kontrol yang dia dan menteri-menteri lain di pemerintahan Hamas lakukan terhadap perekonomian Gaza dan pajak yang mereka kenakan atas barang-barang yang diimpor ke Jalur Gaza dari Mesir.
Tokoh senior Hamas, termasuk Haniyeh, mengenakan pajak sebesar 20 persen untuk semua perdagangan yang melewati terowongan tersebut, menurut laporan 2014 di Ynet, sebuah situs berita Israel.
Seorang pejabat senior Otoritas Palestina (PA) menuduh bahwa pasar penyelundupan terowongan telah mengubah 1.700 pejabat senior Hamas menjadi jutawan, menurut sebuah laporan di mingguan Arab Saudi; Al-Majalla.
Dia menyaksikan serangan yang diberi nama Operasi Badai al-Aqsa melalui saluran Al Jazeera dan “sujud syukur” dengan sekelompok pejabat Hamas lainnya atas kematian lebih dari 1.300 orang di Israel.
Selama bertahun-tahun, Haniyeh telah ditegur oleh banyak warga Palestina karena menjalani kehidupan yang nyaman di Qatar, jauh dari kesulitan di Gaza.
Di negara monarki Teluk yang kaya minyak tersebut, Haniyeh dan orang-orang terdekatnya menikmati perlindungan.
Sebelum kemenangan Hamas dalam pemilu Palestina melawan Fatah pada tahun 2006, Haniyeh bukanlah anggota terkemuka dari kepemimpinan kelompok Hamas. Setelah kemenangan elektoral, bintangnya mulai menanjak.
Dia ditunjuk sebagai perdana menteri Otoritas Palestina di Jalur Gaza, dan kekayaannya tumbuh pesat berkat kontrol yang dia dan menteri-menteri lain di pemerintahan Hamas lakukan terhadap perekonomian Gaza dan pajak yang mereka kenakan atas barang-barang yang diimpor ke Jalur Gaza dari Mesir.
Tokoh senior Hamas, termasuk Haniyeh, mengenakan pajak sebesar 20 persen untuk semua perdagangan yang melewati terowongan tersebut, menurut laporan 2014 di Ynet, sebuah situs berita Israel.
Seorang pejabat senior Otoritas Palestina (PA) menuduh bahwa pasar penyelundupan terowongan telah mengubah 1.700 pejabat senior Hamas menjadi jutawan, menurut sebuah laporan di mingguan Arab Saudi; Al-Majalla.
tulis komentar anda