Strategi Sri Lanka Atasi Masalah Utang Terkendala Tekanan China

Jum'at, 13 Oktober 2023 - 10:20 WIB
Sri Lanka, yang terlilit utang pada China, terpaksa memberi izin kapal penelitian Beijing; Shi Yan 6, masuk ke pelabuhannya. Foto/X/China Media Group via India Today
KOLOMBO - Sri Lanka, sebuah negara di Asia Selatan, menghadapi serangkaian tantangan ekonomi dan manuver strategis rumit saat ini. Ia terjebak antara krisis utang yang kian meningkat dan pengaruh strategis China, pemberi pinjaman terbesarnya.

Ketika bergulat dengan kesulitan ekonominya, Sri Lanka juga menyaksikan semakin besarnya kehadiran dan pengaruh China di wilayah tersebut.

Mengutip dari laman dailymirror.lk, Jumat (13/10/2023), Sri Lanka secara resmi mempunyai utang luar negeri sebesar lebih dari USD50 miliar, dan sebagian besar—sekitar 10%—merupakan utang ke China. Utang yang sangat besar ini mencakup pinjaman resmi dan pinjaman komersial yang kurang terlihat dari bank-bank komersial China.



Menurut lembaga think-tank Sri Lanka, Advocata Institute, negara pulau ini berutang USD119 juta kepada China Development Bank Corporation, USD232 juta kepada China Development Bank, dan USD232 juta kepada Export-Import Bank of China.

Meski banyak janji dari pejabat China untuk membantu Sri Lanka dalam merestrukturisasi utangnya, tindakan nyata masih sulit dilakukan. Sri Lanka masih sangat membutuhkan pertolongan berupa paket dana talangan sebesar USD3 miliar dari Dana Moneter Internasional (IMF).



Walau bantuan tahap pertama telah diterima, pencairan bantuan tahap kedua bergantung pada China dan pemberi pinjaman bilateral lainnya yang merestrukturisasi persyaratan utang mereka dengan Sri Lanka.

China awalnya berpartisipasi dalam diskusi dengan kreditor lain, termasuk India dan Jepang, menawarkan moratorium pembayaran utang selama dua tahun dan bahkan menjajaki kemungkinan memberikan pinjaman baru. Namun, China kemudian mengubah pendiriannya, sehingga menciptakan hambatan dalam upaya Sri Lanka mendapatkan bantuan IMF.

Komite Perundingan Tiga Negara



Dalam upaya mengatasi masalah restrukturisasi utang, Jepang, India, dan Prancis membentuk komite perundingan. Komite ini mengundang China untuk berpartisipasi dalam diskusi. Namun, China memilih untuk terlibat langsung dengan Sri Lanka, dan memastikan bahwa tidak akan ada perlakuan istimewa dalam proses tersebut.

“Berbulan-bulan telah berlalu sejak itu, tidak ada kemajuan nyata dalam komite kreditor Jepang-India-Prancis karena tidak ada kemajuan dari Tiongkok," tulis harian keuangan Jepang yang mengutip sumber-sumber diplomatik.

Meski tantangan ekonomi masih ada, Sri Lanka berada dalam posisi genting dan wajib mengakomodasi kapal-kapal militer China di pelabuhan-pelabuhannya. Manuver strategis yang dilakukan China ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan analis regional, yang melihatnya sebagai langkah untuk memperluas pengaruhnya di wilayah tersebut.

Yuan Wang 5, salah satu kapal pelacak ruang angkasa generasi terbaru China, yang digunakan untuk memantau peluncuran satelit, roket, dan rudal balistik antarbenua, tetap berada di Pelabuhan Hambantota dari 16 Agustus hingga 22 Agustus 2023.

Kekhawatiran semakin mendalam di kalangan pemikir strategis di kawasan saat kapal China lainnya, Shi Yan 6, dijadwalkan tiba di Sri Lanka pada 25 Oktober untuk melakukan survei di perairan negara kepulauan itu selama 17 hari ke depan setelah berlabuh di Pelabuhan Kolombo dan Hambantota.

Dalam perkembangan terkini, Kementerian Luar Negeri China mengumumkan pada Selasa lalu bahwa Export-Import Bank of China telah mencapai kesepakatan awal dengan Sri Lanka mengenai penyelesaian utang terkait China.

Restrukturisasi Utang Sri Lanka



Pengumuman ini disampaikan dalam konferensi pers rutin di Beijing, yang dipicu penyelidikan media pemerintah mengenai sifat dukungan Beijing terhadap Kolombo. Sri Lanka telah secara aktif berupaya merestrukturisasi utang luar negerinya setelah menangguhkan pembayaran kembali pada Mei tahun sebelumnya.

Secara kebetulan, pengumuman ini menyusul pernyataan Menteri Luar Negeri Sri Lanka Ali Sabry yang mengungkapkan bahwa Sri Lanka telah memberikan izin kepada kapal penelitian China Shi Yan 6 untuk berlabuh di negara tersebut.

Namun, jadwal kedatangan kapal China lainnya di Sri Lanka telah menimbulkan kekhawatiran, terutama dari India. Tahun lalu, kapal penelitian berteknologi tinggi Yuan Wang-5 singgah di Sri Lanka, dan India telah menyatakan kekhawatirannya atas kemampuan kapal penelitian tersebut dalam memetakan dasar laut. Kemampuan pemetaan ini memiliki kepentingan strategis untuk operasi anti-kapal selam yang dilakukan Angkatan Laut China.

Perkembangan-perkembangan ini menggarisbawahi dinamika regional yang kompleks dan keseimbangan antara kerja sama ekonomi, kepentingan keamanan, dan permasalahan geopolitik regional.

Terlepas dari kompleksitas tantangan ekonomi dan strategis yang dihadapi Sri Lanka, masih ada secercah harapan di masa depan. Presiden Sri Lanka Ranil Wickremesinghe akan menghadiri pertemuan puncak peringatan 10 tahun Belt and Road Initiative (BRI) pada pertengahan Oktober.

KTT yang dipimpin oleh China ini diharapkan dapat memberikan platform untuk berdiskusi mengenai keringanan utang dan dapat menjadi titik balik dalam negosiasi yang sedang berlangsung.

Ketika Sri Lanka berusaha mengatasi krisis ekonominya sekaligus mengelola hubungan strategisnya dengan China, hasil diskusi pada KTT BRI akan diawasi dengan ketat. Hal ini mungkin merupakan kunci untuk meringankan kesengsaraan ekonomi Sri Lanka dan mendefinisikan kembali hubungan kompleksnya dengan pemberi pinjaman terbesar dan mitra strategisnya; China.
(mas)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More