Vladimir Putin: Masalah Palestina Ada di Hati Setiap Umat Islam
Kamis, 12 Oktober 2023 - 22:11 WIB
MOSKOW - Presiden Rusia Vladimir Putin masalah Palestina ada di hati setiap umat Islam, yang memandangnya sebagai ketidakadilan besar yang diperparah. Komentar ini muncul ketika Israel dan Hamas terlibat perang besar dengan ribuan orang tewas di masing-masing pihak.
Berbicara di forum Pekan Energi Rusia di Moskow pada Rabu, pemimpin Kremlin itu mengatakan penderitaan rakyat Palestina tidak bisa diabaikan.
Dia menyampaikan hal itu sehari setelah melakukan pembicaraan dengan Perdana Menteri Irak Mohammed Shia' Al Sudani.
Putin mengatakan negara Palestina seharusnya dibentuk bersamaan dengan negara Israel pada tahun 1948, namun hal itu tidak pernah terjadi.
“Masalah Palestina ada di hati setiap orang di Timur Tengah dan setiap orang yang mengamalkan Islam,” ujarnya di forum tersebut, seperti dikutip dari RT, Kamis (12/10/2023).
Perang besar antara Hamas dan Israel dimulai Sabtu pekan lalu. Awalnya Hamas meluncurkan serangan mendadak dan besar-besaran yang dinamai Operasi Badai al-Aqsa terhadap Israel.
Serangan diawali dengan tembakan ribuan roket dalam hitungan menit yang sebagian besar gagal dicegat sistem pertahanan rudal Iron Dome. Sesaat kemudian, ribuan milisi Hamas memasuki kota-kota Israel selatan, mengumbar banyak tembakan, dan menculik ratusan orang. Sebanyak 1.200 orang tewas dan ribuan lainnya terluka.
Israel merespons dengan mendeklarasikan perang yang diberi nama Operasi Pedang Besi. Jet-jet tempur Zionis membombardir Gaza bersamaan dengan tembakan artileri. Lebih dari 1.000 orang tewas dan ribuan lainnya terluka.
PBB mengatakan pada awal pekan ini bahwa mereka akan meluncurkan penyelidikan terhadap kejahatan perang yang dilakukan oleh kedua belah pihak, dan menambahkan bahwa mereka sudah memiliki “bukti jelas” yang menunjukkan bahwa Hamas dan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) telah melanggar hukum internasional.
Putin menyalahkan eskalasi ini pada “kebijakan permukiman” pemerintah Israel, yang merampas tanah milik warga Palestina di Tepi Barat dan diserahkan kepada pemukim Yahudi Israel.
Presiden Rusia itu juga mengatakan bahwa Washington mempunyai peran dalam perkembangan ini karena mereka mengabaikan penggunaan mekanisme nyata untuk menyelesaikan konflik Israel-Palestina dan memilih untuk hanya memenuhi “kebutuhan material” rakyat Palestina dengan sejumlah bantuan keuangan dan kemanusiaan.
“Mereka [AS] pada dasarnya berusaha menggunakan bantuan tersebut untuk menggantikan solusi terhadap masalah nyata rakyat [Palestina],” kata pemimpin Rusia tersebut.
“Kami selalu mengatakan bahwa hal ini tidak akan mengubah apa pun kecuali beberapa masalah mendasar diselesaikan,” imbuh dia.
Putin lebih lanjut meminta Hamas dan IDF untuk “meninggalkan perempuan dan anak-anak dalam damai” dan menghindari menargetkan warga sipil dalam operasi mereka.
“Rusia sangat menyadari bahwa baik Israel maupun Palestina [merasakan] kepahitan yang sangat kuat, namun kita harus berusaha untuk meminimalkan korban sipil,” katanya.
Berbicara di forum Pekan Energi Rusia di Moskow pada Rabu, pemimpin Kremlin itu mengatakan penderitaan rakyat Palestina tidak bisa diabaikan.
Dia menyampaikan hal itu sehari setelah melakukan pembicaraan dengan Perdana Menteri Irak Mohammed Shia' Al Sudani.
Putin mengatakan negara Palestina seharusnya dibentuk bersamaan dengan negara Israel pada tahun 1948, namun hal itu tidak pernah terjadi.
“Masalah Palestina ada di hati setiap orang di Timur Tengah dan setiap orang yang mengamalkan Islam,” ujarnya di forum tersebut, seperti dikutip dari RT, Kamis (12/10/2023).
Perang besar antara Hamas dan Israel dimulai Sabtu pekan lalu. Awalnya Hamas meluncurkan serangan mendadak dan besar-besaran yang dinamai Operasi Badai al-Aqsa terhadap Israel.
Serangan diawali dengan tembakan ribuan roket dalam hitungan menit yang sebagian besar gagal dicegat sistem pertahanan rudal Iron Dome. Sesaat kemudian, ribuan milisi Hamas memasuki kota-kota Israel selatan, mengumbar banyak tembakan, dan menculik ratusan orang. Sebanyak 1.200 orang tewas dan ribuan lainnya terluka.
Israel merespons dengan mendeklarasikan perang yang diberi nama Operasi Pedang Besi. Jet-jet tempur Zionis membombardir Gaza bersamaan dengan tembakan artileri. Lebih dari 1.000 orang tewas dan ribuan lainnya terluka.
PBB mengatakan pada awal pekan ini bahwa mereka akan meluncurkan penyelidikan terhadap kejahatan perang yang dilakukan oleh kedua belah pihak, dan menambahkan bahwa mereka sudah memiliki “bukti jelas” yang menunjukkan bahwa Hamas dan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) telah melanggar hukum internasional.
Putin menyalahkan eskalasi ini pada “kebijakan permukiman” pemerintah Israel, yang merampas tanah milik warga Palestina di Tepi Barat dan diserahkan kepada pemukim Yahudi Israel.
Presiden Rusia itu juga mengatakan bahwa Washington mempunyai peran dalam perkembangan ini karena mereka mengabaikan penggunaan mekanisme nyata untuk menyelesaikan konflik Israel-Palestina dan memilih untuk hanya memenuhi “kebutuhan material” rakyat Palestina dengan sejumlah bantuan keuangan dan kemanusiaan.
“Mereka [AS] pada dasarnya berusaha menggunakan bantuan tersebut untuk menggantikan solusi terhadap masalah nyata rakyat [Palestina],” kata pemimpin Rusia tersebut.
“Kami selalu mengatakan bahwa hal ini tidak akan mengubah apa pun kecuali beberapa masalah mendasar diselesaikan,” imbuh dia.
Putin lebih lanjut meminta Hamas dan IDF untuk “meninggalkan perempuan dan anak-anak dalam damai” dan menghindari menargetkan warga sipil dalam operasi mereka.
“Rusia sangat menyadari bahwa baik Israel maupun Palestina [merasakan] kepahitan yang sangat kuat, namun kita harus berusaha untuk meminimalkan korban sipil,” katanya.
(mas)
tulis komentar anda