Pemimpin Katolik Roma Paus Fransiskus: Dunia Sedang Runtuh!
Kamis, 05 Oktober 2023 - 19:29 WIB
ROMA - Paus Fransiskus memperingatkan dunia yang kita kenal saat ini sedang “runtuh” di tengah perubahan iklim yang semakin cepat dan tidak adanya tindakan dari para pemimpin global.
Dia menyebut negara-negara maju di Barat sebagai penyebab utama krisis ini.
Dalam Anjuran Apostoliknya yang berjudul Laudate Deum dan diterbitkan pada Rabu (4/10/2023), pimpinan Gereja Katolik Roma itu menyesalkan hanya sedikit kemajuan yang dicapai sejak dia menerbitkan Surat Ensiklik Laudato Si’ mengenai topik tersebut pada tahun 2015.
“Dunia yang kita tinggali sedang runtuh dan mungkin mendekati titik puncaknya, dengan krisis iklim saat ini yang mengancam martabat hidup manusia,” tegas Paus.
Dia kemudian menekankan, “Konsekuensinya semakin sulit untuk diabaikan, yang diwujudkan dalam fenomena cuaca ekstrem, seringnya periode panas yang tidak biasa, dan kekeringan.”
Menurut Paus, anggapan negara-negara miskin bertanggung jawab atas pemanasan global adalah kesalahan.
Paus Fransiskus menekankan, “Emisi per individu di Amerika Serikat dua kali lebih besar dibandingkan emisi individu yang tinggal di China, dan sekitar tujuh kali lebih besar dibandingkan rata-rata negara-negara termiskin.”
Oleh karena itu, dia menyerukan, “Perubahan besar dalam gaya hidup tidak bertanggung jawab yang berhubungan dengan model Barat.”
Paus Fransiskus mengkritik keras para penyangkal perubahan iklim, dengan menyatakan, “Tidak mungkin lagi meragukan asal muasal fenomena tersebut yang berasal dari manusia, yang bersifat ‘antropis’.”
Dia mencatat suhu global telah meningkat dalam lima puluh tahun terakhir dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam dua milenium terakhir.
Paus menyesalkan, “Krisis iklim bukanlah masalah yang menarik bagi negara-negara ekonomi besar, yang perhatiannya adalah pada keuntungan sebesar-besarnya dengan biaya minimal dan dalam waktu sesingkat-singkatnya.”
Dia juga menyerang organisasi-organisasi multinasional besar karena ketidakefektifannya.
Paus Fransiskus berpendapat krisis-krisis yang terjadi sebelumnya, seperti kemerosotan ekonomi besar-besaran pada tahun 2008 dan pandemi Covid-19, memberikan peluang unik untuk “menghasilkan perubahan yang bermanfaat” namun semuanya “terbuang sia-sia.”
Permohonan Paus pada 2015 disampaikan beberapa bulan sebelum ratifikasi Perjanjian Iklim Paris, dengan delegasi Vatikan menghadiri perundingan tersebut.
Pada tahun-tahun berikutnya, Takhta Suci menjadi tuan rumah sejumlah konferensi yang ditujukan untuk memerangi perubahan iklim, yang menghadirkan para pemimpin agama dan bisnis.
Paus Fransiskus telah menyampaikan banyak pidato mengenai topik ini, termasuk di PBB dan Kongres Amerika Serikat.
Dia menyebut negara-negara maju di Barat sebagai penyebab utama krisis ini.
Dalam Anjuran Apostoliknya yang berjudul Laudate Deum dan diterbitkan pada Rabu (4/10/2023), pimpinan Gereja Katolik Roma itu menyesalkan hanya sedikit kemajuan yang dicapai sejak dia menerbitkan Surat Ensiklik Laudato Si’ mengenai topik tersebut pada tahun 2015.
“Dunia yang kita tinggali sedang runtuh dan mungkin mendekati titik puncaknya, dengan krisis iklim saat ini yang mengancam martabat hidup manusia,” tegas Paus.
Dia kemudian menekankan, “Konsekuensinya semakin sulit untuk diabaikan, yang diwujudkan dalam fenomena cuaca ekstrem, seringnya periode panas yang tidak biasa, dan kekeringan.”
Menurut Paus, anggapan negara-negara miskin bertanggung jawab atas pemanasan global adalah kesalahan.
Paus Fransiskus menekankan, “Emisi per individu di Amerika Serikat dua kali lebih besar dibandingkan emisi individu yang tinggal di China, dan sekitar tujuh kali lebih besar dibandingkan rata-rata negara-negara termiskin.”
Oleh karena itu, dia menyerukan, “Perubahan besar dalam gaya hidup tidak bertanggung jawab yang berhubungan dengan model Barat.”
Paus Fransiskus mengkritik keras para penyangkal perubahan iklim, dengan menyatakan, “Tidak mungkin lagi meragukan asal muasal fenomena tersebut yang berasal dari manusia, yang bersifat ‘antropis’.”
Dia mencatat suhu global telah meningkat dalam lima puluh tahun terakhir dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam dua milenium terakhir.
Paus menyesalkan, “Krisis iklim bukanlah masalah yang menarik bagi negara-negara ekonomi besar, yang perhatiannya adalah pada keuntungan sebesar-besarnya dengan biaya minimal dan dalam waktu sesingkat-singkatnya.”
Dia juga menyerang organisasi-organisasi multinasional besar karena ketidakefektifannya.
Paus Fransiskus berpendapat krisis-krisis yang terjadi sebelumnya, seperti kemerosotan ekonomi besar-besaran pada tahun 2008 dan pandemi Covid-19, memberikan peluang unik untuk “menghasilkan perubahan yang bermanfaat” namun semuanya “terbuang sia-sia.”
Permohonan Paus pada 2015 disampaikan beberapa bulan sebelum ratifikasi Perjanjian Iklim Paris, dengan delegasi Vatikan menghadiri perundingan tersebut.
Pada tahun-tahun berikutnya, Takhta Suci menjadi tuan rumah sejumlah konferensi yang ditujukan untuk memerangi perubahan iklim, yang menghadirkan para pemimpin agama dan bisnis.
Paus Fransiskus telah menyampaikan banyak pidato mengenai topik ini, termasuk di PBB dan Kongres Amerika Serikat.
(sya)
Lihat Juga :
tulis komentar anda