Rusia Ancam AS dengan Serangan Nuklir Habis-habisan
Kamis, 30 April 2020 - 03:59 WIB
MOSKOW - Pemerintah Rusia melontarkan ancaman serangan nuklir terhadap Amerika Serikat (AS) jika Washington melakukan serangan rudal balistik dengan hulu ledak nuklir berdaya rendah (low-yield) terhadap Moskow.
Moskow menegaskan upaya untuk menggunakan senjata seperti itu terhadap Rusia akan memicu pembalasan nuklir habis-habisan.
Departemen Luar Negeri AS dalam sebuah makalah yang dirilis pekan lalu berargumen bahwa menyesuaikan hulu ledak nuklir berdaya rendah dengan rudal balistik yang diluncurkan kapal selam akan membantu melawan potensi ancaman baru dari Rusia dan China.
Depertemen itu ini menuduh Moskow mempertimbangkan penggunaan senjata nuklir non-strategis sebagai cara pemaksaan dalam konflik terbatas, sebuah tuduhan yang berulang kali dibantah Rusia.
Rusia, melalui juru bicara Kementerian Luar Negeri Maria Zakharova, mengatakan langkah AS itu sebagai tindakan berbahaya, tindakan destabilisasi dan upaya mengaburkan secara sengaja antara senjata non-strategis dan strategis. "Itu akan mengarah pada ambang batas yang lebih rendah dan peningkatan ancaman konflik nuklir," katanya.
"Saya ingin menekankan bahwa setiap serangan menggunakan rudal balistik yang diluncurkan kapal selam AS, terlepas dari karakteristiknya, akan dianggap sebagai serangan senjata nuklir. Mereka yang ingin berspekulasi tentang fleksibilitas potensi nuklir Amerika harus memahami bahwa menurut doktrin militer Rusia; tindakan seperti itu akan dianggap sebagai dasar untuk pembalasan senjata nuklir oleh Rusia," katanya dalam konferesi video hari Rabu yang dilansir Anadolu, Kamis (30/4/2020).
Pada 24 April, Pentagon mengumumkan bahwa Angkatan Laut AS telah mengerahkan rudal balistik yang diluncurkan kapal selam (SLBM) dengan hulu ledak nuklir W76-2 berdaya rendah untuk menghalangi kekuatan nuklir Rusia dan China.
Moskow menegaskan upaya untuk menggunakan senjata seperti itu terhadap Rusia akan memicu pembalasan nuklir habis-habisan.
Departemen Luar Negeri AS dalam sebuah makalah yang dirilis pekan lalu berargumen bahwa menyesuaikan hulu ledak nuklir berdaya rendah dengan rudal balistik yang diluncurkan kapal selam akan membantu melawan potensi ancaman baru dari Rusia dan China.
Depertemen itu ini menuduh Moskow mempertimbangkan penggunaan senjata nuklir non-strategis sebagai cara pemaksaan dalam konflik terbatas, sebuah tuduhan yang berulang kali dibantah Rusia.
Rusia, melalui juru bicara Kementerian Luar Negeri Maria Zakharova, mengatakan langkah AS itu sebagai tindakan berbahaya, tindakan destabilisasi dan upaya mengaburkan secara sengaja antara senjata non-strategis dan strategis. "Itu akan mengarah pada ambang batas yang lebih rendah dan peningkatan ancaman konflik nuklir," katanya.
"Saya ingin menekankan bahwa setiap serangan menggunakan rudal balistik yang diluncurkan kapal selam AS, terlepas dari karakteristiknya, akan dianggap sebagai serangan senjata nuklir. Mereka yang ingin berspekulasi tentang fleksibilitas potensi nuklir Amerika harus memahami bahwa menurut doktrin militer Rusia; tindakan seperti itu akan dianggap sebagai dasar untuk pembalasan senjata nuklir oleh Rusia," katanya dalam konferesi video hari Rabu yang dilansir Anadolu, Kamis (30/4/2020).
Pada 24 April, Pentagon mengumumkan bahwa Angkatan Laut AS telah mengerahkan rudal balistik yang diluncurkan kapal selam (SLBM) dengan hulu ledak nuklir W76-2 berdaya rendah untuk menghalangi kekuatan nuklir Rusia dan China.
(min)
Lihat Juga :
tulis komentar anda