Azerbaijan Selidiki 2 Insiden Terpisah Terkait Kematian Pasukan Rusia
Sabtu, 23 September 2023 - 05:15 WIB
BAKU - Pihak berwenang Azerbaijan sedang menyelidiki dua insiden terpisah yang mengakibatkan kematian pasukan penjaga perdamaian Rusia di wilayah Nagorno-Karabakh.
Kejadian itu berlangsung di tengah aksi militer Baku pekan ini.
“Dalam satu kasus di dekat desa Janyatag, yang juga disebut Chankatagh dalam bahasa Armenia, pasukan Azerbaijan menyerang kendaraan yang digunakan pasukan penjaga perdamaian Rusia, menewaskan lima orang,” ungkap kantor Kejaksaan Agung Azerbaijan pada Kamis (21/9/2023).
Pernyataan tersebut menyebutkan “medan yang sulit dan cuaca berkabut dan hujan” sebagai faktor yang menghalangi pasukan untuk mengidentifikasi mobil tersebut sebagai milik Rusia.
“Insiden lainnya melibatkan anggota formasi ilegal Armenia yang tidak dikenal yang menyerang satu truk militer di daerah yang sama, menewaskan seorang penjaga perdamaian Rusia dan melukai satu lainnya,” ungkap laporan itu.
Kedua penembakan tersebut terjadi pada Rabu, di tengah operasi militer Azerbaijan di Nagorno-Karabakh.
Kantor Kejaksaan Agung mengatakan pihaknya menghubungi otoritas Rusia untuk menyampaikan belasungkawa dan mengoordinasikan penyelidikan atas kejahatan yang dilakukan kedua belah pihak.
Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev langsung menelepon Presiden Rusia Vladimir Putin pada hari sebelumnya. Dia menawarkan kompensasi kepada keluarga tentara Rusia yang terbunuh.
Kementerian Pertahanan Rusia tidak melaporkan jumlah pasukan penjaga perdamaian yang terbunuh dan tidak mengatakan pembunuhan tersebut terjadi di lokasi berbeda ketika melaporkan kematian tersebut pada Rabu.
Media Rusia mengutip sumber yang mengatakan pihak berwenang Azerbaijan telah menangkap beberapa tersangka. Pemimpin unit yang menembaki pasukan Rusia dilaporkan telah dibebastugaskan.
Nagorno-Karabakh berpisah dari Azerbaijan pada masa-masa melemahnya Uni Soviet, dengan penduduknya yang sebagian besar beretnis Armenia berperang dalam perang kemerdekaan berdarah pada tahun 1990-an.
Pasukan penjaga perdamaian Rusia dikerahkan di wilayah tersebut setelah konflik pada tahun 2020, yang berakhir dengan klaim kembali Baku terhadap sebagian besar wilayah yang sebelumnya hilang.
Armenia, yang diam-diam mendukung pemerintahan Nagorno-Karabakh yang memproklamirkan diri, secara resmi mengakui kedaulatan Baku atas wilayah tersebut tahun lalu, menyusul bentrokan perbatasan antara kedua negara.
Kejadian itu berlangsung di tengah aksi militer Baku pekan ini.
“Dalam satu kasus di dekat desa Janyatag, yang juga disebut Chankatagh dalam bahasa Armenia, pasukan Azerbaijan menyerang kendaraan yang digunakan pasukan penjaga perdamaian Rusia, menewaskan lima orang,” ungkap kantor Kejaksaan Agung Azerbaijan pada Kamis (21/9/2023).
Pernyataan tersebut menyebutkan “medan yang sulit dan cuaca berkabut dan hujan” sebagai faktor yang menghalangi pasukan untuk mengidentifikasi mobil tersebut sebagai milik Rusia.
“Insiden lainnya melibatkan anggota formasi ilegal Armenia yang tidak dikenal yang menyerang satu truk militer di daerah yang sama, menewaskan seorang penjaga perdamaian Rusia dan melukai satu lainnya,” ungkap laporan itu.
Kedua penembakan tersebut terjadi pada Rabu, di tengah operasi militer Azerbaijan di Nagorno-Karabakh.
Kantor Kejaksaan Agung mengatakan pihaknya menghubungi otoritas Rusia untuk menyampaikan belasungkawa dan mengoordinasikan penyelidikan atas kejahatan yang dilakukan kedua belah pihak.
Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev langsung menelepon Presiden Rusia Vladimir Putin pada hari sebelumnya. Dia menawarkan kompensasi kepada keluarga tentara Rusia yang terbunuh.
Kementerian Pertahanan Rusia tidak melaporkan jumlah pasukan penjaga perdamaian yang terbunuh dan tidak mengatakan pembunuhan tersebut terjadi di lokasi berbeda ketika melaporkan kematian tersebut pada Rabu.
Media Rusia mengutip sumber yang mengatakan pihak berwenang Azerbaijan telah menangkap beberapa tersangka. Pemimpin unit yang menembaki pasukan Rusia dilaporkan telah dibebastugaskan.
Nagorno-Karabakh berpisah dari Azerbaijan pada masa-masa melemahnya Uni Soviet, dengan penduduknya yang sebagian besar beretnis Armenia berperang dalam perang kemerdekaan berdarah pada tahun 1990-an.
Pasukan penjaga perdamaian Rusia dikerahkan di wilayah tersebut setelah konflik pada tahun 2020, yang berakhir dengan klaim kembali Baku terhadap sebagian besar wilayah yang sebelumnya hilang.
Armenia, yang diam-diam mendukung pemerintahan Nagorno-Karabakh yang memproklamirkan diri, secara resmi mengakui kedaulatan Baku atas wilayah tersebut tahun lalu, menyusul bentrokan perbatasan antara kedua negara.
(sya)
tulis komentar anda