5 Sinyal Arab Saudi Makin Erat dengan Israel, Delegasi Negara Zionis Hadiri Konferensi UNESCO di Riyadh
Selasa, 12 September 2023 - 01:27 WIB
Pejabat Israel jarang muncul di depan umum di Arab Saudi, yang merupakan pusat kekuatan Muslim dan rumah bagi tempat-tempat suci umat Islam. Namun kedua belah pihak memiliki kontak rahasia yang sebagian dibangun karena ketakutan yang sama terhadap Iran.
Namun, Riyadh sejauh ini menolak tekanan AS dan mengaitkan langkah tersebut dengan pembentukan negara Palestina sebagai bagian dari solusi dua negara terhadap konflik Israel-Palestina, serta tuntutan lainnya.
Menurut laporan, delegasi Palestina mengunjungi Riyadh pekan lalu untuk membahas langkah ke depan jika Arab Saudi dan Israel ingin meresmikan hubungan.
Arab Saudi, yang memiliki dua situs paling suci umat Islam, tidak mengakui Israel dan tidak bergabung dengan Perjanjian Abraham tahun 2020 yang ditengahi AS di mana Israel menjalin hubungan dengan negara-negara Teluk, Uni Emirat Arab dan Bahrain.
Arab Saudi, yang sedang berusaha membentuk kembali dan merevitalisasi perekonomiannya yang bergantung pada minyak, telah melakukan sejumlah langkah diplomatik penting dalam beberapa bulan terakhir termasuk pemulihan hubungan yang mengejutkan dengan Iran, bertahun-tahun setelah kedua negara besar tersebut memutuskan hubungan.
“Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh sikap Arab Saudi yang lebih terbuka terhadap dunia, yang mencakup warga Israel, bukan akibat hubungan bilateral antara Arab Saudi dan Israel,” kata Alghashian.
Para pejabat Saudi telah menyadari bahwa mereka tidak dapat melarang siapa pun jika mereka ingin mengubah kerajaan itu menjadi pusat bisnis dan pariwisata global di bawah agenda reformasi Visi 2030 Putra Mahkota Mohammed bin Salman.
“Israel pasti akan menganggap ini sebagai langkah pertama, padahal hal ini difasilitasi oleh UNESCO. Ini bukan karena kemampuan diplomasi atau kemenangan diplomatik mereka," kata Alghashian.
4. Saudi Segera Ikuti Abraham Accords?
Washington telah menekan sekutu tradisionalnya, Riyadh, untuk menandatangani perjanjian normalisasi dengan Israel, yang akan menjadi kemenangan diplomatik terbesarnya di kawasan ini dan mengikuti perjanjian serupa dengan Uni Emirat Arab, Bahrain dan Maroko, yang dikenal sebagai Abraham Accords.Namun, Riyadh sejauh ini menolak tekanan AS dan mengaitkan langkah tersebut dengan pembentukan negara Palestina sebagai bagian dari solusi dua negara terhadap konflik Israel-Palestina, serta tuntutan lainnya.
Menurut laporan, delegasi Palestina mengunjungi Riyadh pekan lalu untuk membahas langkah ke depan jika Arab Saudi dan Israel ingin meresmikan hubungan.
Arab Saudi, yang memiliki dua situs paling suci umat Islam, tidak mengakui Israel dan tidak bergabung dengan Perjanjian Abraham tahun 2020 yang ditengahi AS di mana Israel menjalin hubungan dengan negara-negara Teluk, Uni Emirat Arab dan Bahrain.
Arab Saudi, yang sedang berusaha membentuk kembali dan merevitalisasi perekonomiannya yang bergantung pada minyak, telah melakukan sejumlah langkah diplomatik penting dalam beberapa bulan terakhir termasuk pemulihan hubungan yang mengejutkan dengan Iran, bertahun-tahun setelah kedua negara besar tersebut memutuskan hubungan.
5. Masih Banyak Hambatan
"Fakta bahwa kunjungan tersebut dikoordinasikan oleh UNESCO menunjukkan bahwa masih ada hambatan dalam normalisasi Saudi-Israel," kata Aziz Alghashian, seorang analis Saudi dan pakar hubungan bilateral.“Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh sikap Arab Saudi yang lebih terbuka terhadap dunia, yang mencakup warga Israel, bukan akibat hubungan bilateral antara Arab Saudi dan Israel,” kata Alghashian.
Para pejabat Saudi telah menyadari bahwa mereka tidak dapat melarang siapa pun jika mereka ingin mengubah kerajaan itu menjadi pusat bisnis dan pariwisata global di bawah agenda reformasi Visi 2030 Putra Mahkota Mohammed bin Salman.
“Israel pasti akan menganggap ini sebagai langkah pertama, padahal hal ini difasilitasi oleh UNESCO. Ini bukan karena kemampuan diplomasi atau kemenangan diplomatik mereka," kata Alghashian.
tulis komentar anda