China Dorong Semua Warganya Berpartisipasi dalam Kegiatan Kontra-Spionase

Kamis, 07 September 2023 - 14:30 WIB
Partai Komunis China serukan semua warga untuk waspada terhadap segala ancaman, termasuk di bidang spionase, di tengah ancaman ekonomi yang melanda China. Foto/REUTERS
BEIJING - Di tengah memburuknya situasi ekonomi China, Partai Komunis yang berkuasa menyerukan semua warga untuk waspada terhadap segala ancaman, termasuk di bidang spionase.

Meski China sedang menghadapi fase buruk di sektor ekonomi, Presiden Xi Jinping tampaknya lebih terpaku pada masalah keamanan nasional dan berusaha keras mencegah munculnya berbagai ancaman terhadap kendali Parta Komunis China (PKC).

Kampanye terbaru dalam mendorong semua warga China untuk mengikuti kegiatan kontra-spionase ini telah mengaburkan batas antara kewaspadaan dan paranoia.



Menurut laporan The New York Times, universitas-universitas di China mewajibkan fakultasnya untuk mengambil kursus perlindungan rahasia negara, bahkan untuk jurusan yang hampir tak ada hubungannya seperti kedokteran hewan.

Sebuah taman kanak-kanak di kota Tianjin juga dilaporkan pernah mengadakan pertemuan untuk mengajari para staf bagaimana cara "memahami dan menggunakan" undang-undang anti-spionase China.



Kementerian Keamanan Negara China, sebuah departemen yang biasanya bersifat tertutup dan mengawasi kinerja polisi rahasia serta badan intelijen, bahkan telah membuka akun media sosial pertamanya. Langkah ini merupakan bagian dari apa yang digambarkan media nasional China sebagai upaya meningkatkan keterlibatan publik. Posting-an pertamanya kementerian tersebut meliputi seruan untuk "memobilisasi seluruh masyarakat" dalam kontra-spionase.

Pertempuran Sebenarnya



"Partisipasi massa harus dinormalisasi," bunyi posting tersebut, seperti dikutip The Print.

"Kita harus bersiap menghadapi skenario terburuk dan ekstrem," kata Presiden Xi Jinping kepada Komisi Keamanan Nasional China pada Mei lalu. Xi meminta para pejabat untuk "meningkatkan pemantauan real-time" dan "bersiap untuk pertempuran sebenarnya”.

Adanya urgensi terkait kampanye ini mungkin diperkuat fakta bahwa China sedang menghadapi beberapa tantangan terbesarnya sejak Xi Jinping menjadi presiden lebih dari satu dekade lalu.

Selain kesuraman ekonomi, hubungan China dengan negara-negara Barat semakin tegang. Menurut laporan New York Times, pergantian pejabat yang tidak dapat dijelaskan pada tingkat kekuasaan tertinggi–termasuk pemecatan mendadak menteri luar negeri China dan dua jenderal tingkat tinggi di bulan Juli–menunjukkan bahwa Xi mungkin takut akan ancaman terhadap kendalinya.

UU Anti-Spionase



Juli lalu, China merevisi undang-undang anti-spionase untuk memperluas cakupan kegiatan yang dianggap sebagai aktivitas mata-mata. Mereka menawarkan imbalan puluhan ribu dolar kepada orang-orang yang melaporkan kegiatan spionase.

Meski seruan untuk kewaspadaan massal telah menginspirasi kewaspadaan secara luas, masih belum jelas sejauh mana hal ini dapat diterjemahkan menjadi tindakan nyata di lapangan.

Bulan lalu, pihak berwenang China telah mengumumkan penangkapan setidaknya empat mata-mata, termasuk dua pria yang direkrut oleh CIA Amerika Serikat (AS). Namun beberapa kasus tampaknya merupakan kasus lama yang baru diumumkan, seperti penangkapan pasangan suami istri pada tahun 2019.

Otoritas China juga mengatakan awal tahun ini bahwa mereka telah menjatuhkan hukuman penjara seumur hidup kepada seorang warga negara Amerika Serikat atas tuduhan spionase.

Masih menurut laporan New York Times, pihak berwenang China juga menangkap seorang editor surat kabar tingkat tinggi China ketika dirinya sedang makan malam dengan seorang diplomat Jepang.
(mas)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More