Ukraina: Perang Dunia III Telah Dimulai!
Rabu, 06 September 2023 - 16:46 WIB
KYIV - Ketua Dewan Keamanan dan Pertahanan Nasional Ukraina Oleksiy Danilov mengatakan Perang Dunia III telah dimulai dan sedang berlangsung. Klaimnya ini merujuk pada perang Moskow-Kyiv yang dia sebut telah melibatkan negara-negara jauh di luar kawasan.
Berbicara di Kiev Security Forum pada hari Selasa, Danilov berpendapat bahwa NATO membutuhkan Ukraina sebagai anggota, karena gejolak global akan terus berlanjut.
“Kami akan memperkuat aliansi,” katanya.
“Jika ada yang mengira Perang Dunia III belum dimulai, maka itu salah besar. Ini sudah dimulai. Sempat berlangsung dalam masa hybrid selama beberapa waktu dan kini memasuki fase aktif,” paparnya, seperti dilansir RT, Rabu (6/9/2023).
Duduk di panggung di samping mantan Direktur Jenderal CIA David Petraeus, Danilov mengatakan; “Jika seseorang berpikir bahwa konflik di Ukraina adalah untuk menyelesaikan masalah antara Kyiv dan Moskow, maka itu adalah sebuah kesalahan. Segalanya menjadi jauh lebih rumit.”
Petraeus juga menyoroti skala konflik Rusia-Ukraina, dengan mengatakan: “Saya belum pernah melihat hal seperti ini sejak Perang Dunia II,” katanya.
“Rusia tidak terlalu mengesankan dalam hal pengetahuan atau kinerja di medan perang, namun mereka telah menciptakan sistem pertahanan yang cukup luar biasa, dan cukup sulit untuk menembusnya,” klaimnya.
Pada hari Selasa, Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan bahwa selama tiga bulan serangan balasannya, Ukraina telah kehilangan sekitar 66.000 tentara dan 7.600 persenjataan berat namun gagal mencapai kemajuan yang signifikan.
Sebeliknya, Kyiv mengeklaim telah merebut beberapa desa dan bahkan telah menembus garis pertahanan pertama pasukan Rusia.
Presiden Rusia Vladimir Putin tetap meremehkan serangan balasan Ukraina dengan menyebutnya sebagai kegagalan.
Moskow telah mengatakan selama berbulan-bulan bahwa pertempuran di Ukraina adalah “perang proksi” yang dilancarkan oleh AS dan sekutu NATO-nya melawan Rusia. Ini mengacu pada pasokan senjata dan pelatihan Barat kepada pasukan Kyiv serta pembagian intelijen--yang berarti bahwa negara-negara Barat secara de facto sudah menjadi pihak dalam konflik tersebut.
Rusia, yang memandang NATO sebagai blok yang bermusuhan dan dengan keras menentang ekspansinya ke arah timur, juga menyoroti aspirasi Kyiv untuk bergabung dengan aliansi militer pimpinan AS tersebut. Itu pula yang menjadi salah satu alasan utama Rusia melancarkan operasi militernya terhadap Ukraina sejak Februari 2022.
Berbicara di Kiev Security Forum pada hari Selasa, Danilov berpendapat bahwa NATO membutuhkan Ukraina sebagai anggota, karena gejolak global akan terus berlanjut.
“Kami akan memperkuat aliansi,” katanya.
“Jika ada yang mengira Perang Dunia III belum dimulai, maka itu salah besar. Ini sudah dimulai. Sempat berlangsung dalam masa hybrid selama beberapa waktu dan kini memasuki fase aktif,” paparnya, seperti dilansir RT, Rabu (6/9/2023).
Baca Juga
Duduk di panggung di samping mantan Direktur Jenderal CIA David Petraeus, Danilov mengatakan; “Jika seseorang berpikir bahwa konflik di Ukraina adalah untuk menyelesaikan masalah antara Kyiv dan Moskow, maka itu adalah sebuah kesalahan. Segalanya menjadi jauh lebih rumit.”
Petraeus juga menyoroti skala konflik Rusia-Ukraina, dengan mengatakan: “Saya belum pernah melihat hal seperti ini sejak Perang Dunia II,” katanya.
“Rusia tidak terlalu mengesankan dalam hal pengetahuan atau kinerja di medan perang, namun mereka telah menciptakan sistem pertahanan yang cukup luar biasa, dan cukup sulit untuk menembusnya,” klaimnya.
Pada hari Selasa, Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan bahwa selama tiga bulan serangan balasannya, Ukraina telah kehilangan sekitar 66.000 tentara dan 7.600 persenjataan berat namun gagal mencapai kemajuan yang signifikan.
Sebeliknya, Kyiv mengeklaim telah merebut beberapa desa dan bahkan telah menembus garis pertahanan pertama pasukan Rusia.
Presiden Rusia Vladimir Putin tetap meremehkan serangan balasan Ukraina dengan menyebutnya sebagai kegagalan.
Moskow telah mengatakan selama berbulan-bulan bahwa pertempuran di Ukraina adalah “perang proksi” yang dilancarkan oleh AS dan sekutu NATO-nya melawan Rusia. Ini mengacu pada pasokan senjata dan pelatihan Barat kepada pasukan Kyiv serta pembagian intelijen--yang berarti bahwa negara-negara Barat secara de facto sudah menjadi pihak dalam konflik tersebut.
Rusia, yang memandang NATO sebagai blok yang bermusuhan dan dengan keras menentang ekspansinya ke arah timur, juga menyoroti aspirasi Kyiv untuk bergabung dengan aliansi militer pimpinan AS tersebut. Itu pula yang menjadi salah satu alasan utama Rusia melancarkan operasi militernya terhadap Ukraina sejak Februari 2022.
(mas)
Lihat Juga :
tulis komentar anda