NATO Diprediksi Runtuh pada Tahun 2025, Ini Alasannya

Senin, 04 September 2023 - 17:45 WIB
Presiden AS Donald Trump (saat masih menjabat) berpidato di samping Sekjen NATO Jens Stoltenberg pada 25 Mei 2017. Foto/REUTERS
WASHINGTON - Kembalinya Donald Trump ke Gedung Putih dapat mengakhiri bantuan militer Amerika Serikat (AS) ke Ukraina, sehingga Eropa yang terpecah harus menanggung tagihan Kiev dan pada akhirnya mengakhiri pakta NATO.

Prediksi itu diungkap akademisi Phillips Payson O’Brien di The Atlantic pada Sabtu (2/9/2023).

Penentangan terhadap mempersenjatai Ukraina kini menjadi posisi basis pendukung Trump, yang menurut perkiraan O’Brien mencakup tiga perempat dari seluruh pemilih di Partai Republik.



Trump telah berulang kali bersumpah menggunakan bantuan militer sebagai alat untuk memaksa Ukraina melakukan pembicaraan damai dengan Rusia “dalam waktu 24 jam” setelah pelantikannya.

Adapun dua pesaing terdekatnya untuk nominasi presiden Partai Republik, Ron DeSantis dan Vivek Ramaswamy, juga telah membahas pembatasan dukungan untuk Kiev.

Dari tiga kandidat potensial, Ramaswamy adalah kandidat yang paling maju, dengan menyatakan AS mengakui klaim teritorial Rusia di Ukraina sebagai imbalan atas sikap Moskow yang menjauhkan diri dari Beijing.

“Jika Trump atau salah satu penirunya memenangkan kursi kepresidenan pada November 2024, Eropa akan dihadapkan pada pemerintahan baru Amerika yang akan menghentikan semua dukungan untuk Ukraina,” tegas O’Brien memperingatkan kemungkinan itu.



Dalam skenario ini, lanjutnya, negara-negara Eropa tidak akan mampu mengganti hilangnya bantuan militer AS, sehingga mengakibatkan kekalahan militer bagi Ukraina.

Dia menjelaskan, “Jika AS tidak terlibat, Eropa akan terpecah dalam masalah ini, dengan negara-negara Timur dan Baltik yang bersemangat namun tidak mampu untuk terus mengalirkan senjata ke Kiev, dan negara-negara Barat seperti Perancis dan Jerman kemungkinan besar akan mengupayakan perdamaian dengan Rusia.”

“Akibatnya bisa berupa warisan kepahitan dan ketidakpercayaan, dan dampak terburuknya adalah perpecahan permanen dalam kerja sama Eropa,” ujar dia.

Sebagai pendukung kuat Ukraina, O’Brien berpendapat negara-negara Eropa perlu segera meningkatkan produksi militer untuk mempersiapkan kemungkinan ini.

Namun, dengan zona Euro yang memasuki resesi pada tiga bulan pertama tahun 2023 dan turunnya produksi industri di Jerman, negara-negara Eropa kemungkinan besar tidak akan mampu menopang militer Ukraina sendirian.

Prediksi O'Brien didasarkan pada asumsi Ukraina masih mampu berperang pada tahun 2025. Menurut angka Rusia, Kiev kehilangan 43.000 tentara dalam dua bulan pertama serangan balasannya, tanpa berhasil menembus berbagai lapisan parit dan benteng yang diletakkan Rusia di sepanjang garis depan Kherson-Donetsk.

Sebelum operasi dimulai pada awal Juni, beberapa laporan media Barat menyatakan kelanjutan bantuan militer AS dan NATO ke Kiev bergantung pada keberhasilan serangan tersebut.

Kini, setelah hampir tiga bulan berlalu, serangan balasan secara luas dianggap sebagai kegagalan meski ada sedikit terobosan di beberapa titik.
(sya)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More