Jepang Mulai Buang Air Nuklir Fukushima ke Samudra Pasifik

Kamis, 24 Agustus 2023 - 12:15 WIB
Jepang mulai membuang air limbah nuklir Fukushima ke Samudra Pasifik hari ini (24/8/2023). Jepang mengeklaim air tersebut telah diolah dan aman, namun tetap diprotes China. Foto/REUTERS
TOKYO - Jepang, pada Kamis (24/8/2023), mulai membuang air radioaktif yang telah diolah dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima ke laut di Samudra Pasifik.

Dampak pembuangan air nuklir ke Samudra Pasifik secara tidak langsung akan dirasakan negara-negara di sekitar laut tersebut, termasuk Indonesia.

Pompa pemindah air laut mulai dilepaskan ke Samudra Pasifik tak lama setelah pukul 13.00 siang waktu setempat dan operator pembangkit listrik Tokyo Electric Power Company (TEPCO) mengumumkan sebelumnya bahwa cuaca dan kondisi laut mendukung.



“Sekarang, katup di dekat pompa transportasi air laut telah terbuka,” kata seorang pejabat TEPCO melalui tautan video dari situs yang disiarkan di kantor pusat perusahaan tersebut di Tokyo.



Lebih dari satu juta metrik ton air yang diolah, yang digunakan untuk mendinginkan reaktor yang rusak setelah tsunami tahun 2011, saat ini disimpan di sekitar 1.000 tangki di sekitar lokasi dan pembuangannya merupakan bagian penting dari penghentian fasilitas yang masih sangat berbahaya tersebut.

Keseluruhan proses pelepasan diperkirakan memakan waktu selama 40 tahun.

Pengawas dari Badan Energi Atom Internasional (IAEA), yang mendukung rencana Jepang tersebut, akan berada di lokasi untuk melakukan pembuangan, dan sampel air serta ikan akan diambil.

Jepang mengatakan semua unsur radioaktif telah disaring kecuali tritium, yang sulit dihilangkan dari air. Isotop hidrogen juga dilepaskan—pada tingkat yang lebih tinggi—oleh PLTN yang beroperasi.

Perusahaan akan melakukan empat kali pelepasan air olahan hingga Maret 2024, dengan jumlah pelepasan air setiap kali sebanyak 7.800 meter kubik. Pembuangan yang baru dimulai diperkirakan memakan waktu sekitar 17 hari.

Menurut TEPCO, air tersebut akan mengandung sekitar 190 becquerel tritium per liter, di bawah batas air minum Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yaitu 10.000 becquerel per liter. Becquerel adalah ukuran radioaktivitas.

Langkah Jepang ini memicu kontroversi meskipun Tokyo bersikeras bahwa proses tersebut aman dan mendapat dukungan dari IAEA, dengan mengatakan bahwa dampaknya terhadap kesehatan dan lingkungan “dapat diabaikan”.

Pada hari Rabu, China mengatakan akan mengambil tindakan yang diperlukan untuk melindungi lingkungan laut, keamanan pangan, dan kesehatan masyarakat.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin menyebut tindakan Jepang “sangat egois” dan mengatakan Beijing telah mengajukan keluhan resmi atas keputusan tersebut.

China dan wilayah Makau serta Hong Kong juga telah melarang impor makanan laut Jepang dari sekitar Fukushima dan Tokyo, dan meningkatkan pemantauan radiasi.

Kepala Eksekutif Hong Kong John Lee menyebut pembuangan air limbah nuklir itu “tidak bertanggung jawab”.

Korea Selatan juga bersikap hati-hati di tengah kekhawatiran masyarakat, meskipun penilaian pemerintah tidak menemukan masalah dengan aspek ilmiah dan teknis dari pembuangan air nuklir tersebut.

Pada Rabu malam, partai oposisi utama Korea Selatan memimpin aksi unjuk rasa menentang langkah Jepang.

PLTN Fukushima Daiichi hancur pada bulan Maret 2011 setelah dilanda tsunami yang dipicu oleh gempa magnitudo 9,0 yang menewaskan hampir 20.000 orang di timur laut Jepang.

Bencana itu merupakan tragedi nuklir terburuk di dunia sejak bencana di Chernobyl pada tahun 1986.
(mas)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More