Eks Kolonel AS: Rusia Kalah dalam Perang Ukraina Itu Kebohongan
Rabu, 23 Agustus 2023 - 09:50 WIB
WASHINGTON - Pensiunan Kolonel Angkatan Darat Amerika Serikat (AS) Douglas Macgregor mengatakan narasi Rusia kalah dalam perang di Ukraina adalah kebohongan.
Menurut Macgregor—mantan penasihat Pentagon era pemerintah Donald Trump—yang terjadi sebenarnya adalah Ukraina yang kalah dalam perang dengan kehilangan sekitar 400.000 personel militer dalam pertempuran.
Komentar Macgregor yang berseberangan dengan para pejabat Barat itu disampaikan dalam episode terbaru acara Tucker Carlson yang disiarkan di X, flatform yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter.
Kyiv tidak secara terbuka mengungkapkan angka resmi mengenai korban jiwa selama perang.
Namun, The New York Times pekan lalu mengutip pejabat AS yang mengatakan Ukraina telah melihat hampir 70.000 kematian selama perang dan tambahan 100.000 hingga 120.000 terluka. Media tersebut juga menghitung jumlah korban di Rusia mendekati 300.000 jiwa, termasuk 120.000 kematian dan 170.000 hingga 180.000 cedera.
Macgregor tidak membagikan informasi lebih lanjut mengenai angka 400.000 personel militer Ukraina yang tewas.
"Saya pikir semua kebohongan yang telah diceritakan selama lebih dari satu setengah tahun tentang Ukraina menang—hanya Ukraina, Rusia jahat, Rusia tidak kompeten—semua itu runtuh," kata Macgregor kepada Carlson.
“Dan hal ini runtuh karena apa yang terjadi di medan perang sangat mengerikan," paparnya, yang dilansir Newsweek, Rabu (23/8/2023).
"Ukraina sekarang kami pikir telah kehilangan 400.000 orang tewas dalam pertempuran. Kami berbicara tentang 300-350.000 beberapa bulan yang lalu. Dalam bulan terakhir serangan balasan yang seharusnya menyapu medan perang, mereka kehilangan setidaknya 40.000 tewas," katanya.
Macgregor melanjutkan dengan mengeklaim bahwa 40.000 hingga 50.000 tentara Ukraina diamputasi dan "rumah sakit penuh" di Ukraina.
Macgregor ditunjuk oleh Trump untuk menjabat sebagai penasihat senior Pentagon pada November 2020 dan memegang jabatan itu sampai Trump meninggalkan jabatannya pada Januari 2021. Dia sering tampil di acara Carlson sebelumnya yang ditayangkan di Fox News.
September lalu saat tampil di Tucker Carlson Tonight, Macgregor mengatakan bahwa keadaan sangat buruk bagi Ukraina karena pasukan Presiden Volodymyr Zelensky berada di tengah-tengah apa yang dicirikan oleh sebagian besar analis sebagai serangan balasan yang berhasil. Dia pun memprediksi saat itu perang bisa segera berakhir.
Pada acara hari Senin, Macgregor mengatakan bahwa komandan Ukraina terpaksa menyerah karena unit mereka mengalami luka berat. "Rusia selalu memperlakukan tentara Ukraina dengan sangat adil dan sangat lembut sejak awal," ujarnya.
Jason Jay Smart, seorang penasihat politik pasca-Soviet dan politik internasional, mengatakan kepada Newsweek; "Macgregor diundang ke acara Carlson karena dia adalah salah satu dari segelintir dari ratusan ribu mantan perwira militer AS yang percaya bahwa Rusia adalah sesuatu yang lain daripada kalah telak."
"Kedua, argumennya adalah contoh klasik dari 'cherry-picking'. Dia secara aktif mencari poin data yang menegaskan biasnya, daripada menganalisis data secara keseluruhan, yang menunjukkan bahwa Rusia sedang dihancurkan," kata Smart.
Menurut Macgregor—mantan penasihat Pentagon era pemerintah Donald Trump—yang terjadi sebenarnya adalah Ukraina yang kalah dalam perang dengan kehilangan sekitar 400.000 personel militer dalam pertempuran.
Komentar Macgregor yang berseberangan dengan para pejabat Barat itu disampaikan dalam episode terbaru acara Tucker Carlson yang disiarkan di X, flatform yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter.
Kyiv tidak secara terbuka mengungkapkan angka resmi mengenai korban jiwa selama perang.
Namun, The New York Times pekan lalu mengutip pejabat AS yang mengatakan Ukraina telah melihat hampir 70.000 kematian selama perang dan tambahan 100.000 hingga 120.000 terluka. Media tersebut juga menghitung jumlah korban di Rusia mendekati 300.000 jiwa, termasuk 120.000 kematian dan 170.000 hingga 180.000 cedera.
Macgregor tidak membagikan informasi lebih lanjut mengenai angka 400.000 personel militer Ukraina yang tewas.
"Saya pikir semua kebohongan yang telah diceritakan selama lebih dari satu setengah tahun tentang Ukraina menang—hanya Ukraina, Rusia jahat, Rusia tidak kompeten—semua itu runtuh," kata Macgregor kepada Carlson.
“Dan hal ini runtuh karena apa yang terjadi di medan perang sangat mengerikan," paparnya, yang dilansir Newsweek, Rabu (23/8/2023).
"Ukraina sekarang kami pikir telah kehilangan 400.000 orang tewas dalam pertempuran. Kami berbicara tentang 300-350.000 beberapa bulan yang lalu. Dalam bulan terakhir serangan balasan yang seharusnya menyapu medan perang, mereka kehilangan setidaknya 40.000 tewas," katanya.
Macgregor melanjutkan dengan mengeklaim bahwa 40.000 hingga 50.000 tentara Ukraina diamputasi dan "rumah sakit penuh" di Ukraina.
Macgregor ditunjuk oleh Trump untuk menjabat sebagai penasihat senior Pentagon pada November 2020 dan memegang jabatan itu sampai Trump meninggalkan jabatannya pada Januari 2021. Dia sering tampil di acara Carlson sebelumnya yang ditayangkan di Fox News.
September lalu saat tampil di Tucker Carlson Tonight, Macgregor mengatakan bahwa keadaan sangat buruk bagi Ukraina karena pasukan Presiden Volodymyr Zelensky berada di tengah-tengah apa yang dicirikan oleh sebagian besar analis sebagai serangan balasan yang berhasil. Dia pun memprediksi saat itu perang bisa segera berakhir.
Pada acara hari Senin, Macgregor mengatakan bahwa komandan Ukraina terpaksa menyerah karena unit mereka mengalami luka berat. "Rusia selalu memperlakukan tentara Ukraina dengan sangat adil dan sangat lembut sejak awal," ujarnya.
Jason Jay Smart, seorang penasihat politik pasca-Soviet dan politik internasional, mengatakan kepada Newsweek; "Macgregor diundang ke acara Carlson karena dia adalah salah satu dari segelintir dari ratusan ribu mantan perwira militer AS yang percaya bahwa Rusia adalah sesuatu yang lain daripada kalah telak."
"Kedua, argumennya adalah contoh klasik dari 'cherry-picking'. Dia secara aktif mencari poin data yang menegaskan biasnya, daripada menganalisis data secara keseluruhan, yang menunjukkan bahwa Rusia sedang dihancurkan," kata Smart.
(mas)
tulis komentar anda