Pemimpin Chechnya Ancam Hadapi Negara-negara Pembakar Al-Quran
Sabtu, 19 Agustus 2023 - 05:01 WIB
Dia ingat sekitar 10.000 pejuang Chechnya sekarang beraksi di Ukraina, dengan 15.000 orang lainnya siap terjun ke medan perang.
“Ada tiga puluh, empat puluh, lima puluh ribu sukarelawan lagi. Kami memiliki senjata, alat berat… Kami akan menunjukkan (Presiden Ukraina Volodymyr) Zelensky apa yang terjadi jika dia menjual bangsanya. Dan kami akan menunjukkan konsekuensinya kepada mereka yang mendukung semua ini,” ungkap dia.
Kadyrov melanjutkan dengan mengatakan, “Jika para hamba Setan tidak dihentikan, besok mereka akan berada di masjid kita.”
“Mereka akan mengindoktrinasi anak-anak kita bahwa doa itu tidak modis dan mengubah rakyat kita menjadi konsumen tak berwajah yang membuat dolar menjadi tuhan mereka,” papar dia.
Dalam beberapa pekan terakhir, Denmark dan Swedia telah menyaksikan serangkaian protes publik di mana para aktivis anti-Muslim menodai Al-qur’an, yang memicu kemarahan di antara umat Islam di seluruh dunia.
Meski kedua negara Nordik menyesalkan insiden tersebut, mereka mengatakan tidak dapat mencegahnya, dengan alasan kebebasan berekspresi.
Namun, menghadapi tekanan balik dan risiko keamanan yang meningkat, baik Kopenhagen maupun Stockholm mengisyaratkan kesiapan mengatasi masalah tersebut.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengutuk pembakaran Al-Qur’an sebagai "kejahatan" dan upaya menghasut perpecahan sektarian.
“Ada tiga puluh, empat puluh, lima puluh ribu sukarelawan lagi. Kami memiliki senjata, alat berat… Kami akan menunjukkan (Presiden Ukraina Volodymyr) Zelensky apa yang terjadi jika dia menjual bangsanya. Dan kami akan menunjukkan konsekuensinya kepada mereka yang mendukung semua ini,” ungkap dia.
Kadyrov melanjutkan dengan mengatakan, “Jika para hamba Setan tidak dihentikan, besok mereka akan berada di masjid kita.”
“Mereka akan mengindoktrinasi anak-anak kita bahwa doa itu tidak modis dan mengubah rakyat kita menjadi konsumen tak berwajah yang membuat dolar menjadi tuhan mereka,” papar dia.
Dalam beberapa pekan terakhir, Denmark dan Swedia telah menyaksikan serangkaian protes publik di mana para aktivis anti-Muslim menodai Al-qur’an, yang memicu kemarahan di antara umat Islam di seluruh dunia.
Meski kedua negara Nordik menyesalkan insiden tersebut, mereka mengatakan tidak dapat mencegahnya, dengan alasan kebebasan berekspresi.
Namun, menghadapi tekanan balik dan risiko keamanan yang meningkat, baik Kopenhagen maupun Stockholm mengisyaratkan kesiapan mengatasi masalah tersebut.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengutuk pembakaran Al-Qur’an sebagai "kejahatan" dan upaya menghasut perpecahan sektarian.
(sya)
Lihat Juga :
tulis komentar anda