Negara NATO Ini Dilaporkan Akan Suplai Ukraina dengan Rudal Jelajah Taurus
Sabtu, 12 Agustus 2023 - 16:10 WIB
BERLIN - Pemerintah Jerman dilaporkan tengah dalam pembicaraan dengan produsen senjata MBDA mengenai perubahan pemrograman rudal jelajah Taurus sebelum berpotensi mengirim mereka ke Ukraina . Hal itu diungkapkan sebuah sumber kepada kantor berita Reuters pada hari Jumat, membenarkan laporan sebelumnya oleh majalah berita Jerman Der Spiegel.
Kiev telah mendorong Berlin untuk memasoknya dengan Taurus, rudal jelajah dengan jangkauan lebih dari 500 kilometer yang diluncurkan oleh jet tempur seperti Tornado, F-15 atau F-18.
Sementara Inggris dan Prancis telah mengirim rudal jelajah Storm Shadow dan Scalp ke Ukraina, Jerman enggan mengikuti jejak keduanya di tengah kekhawatiran bahwa senjata itu dapat digunakan pada sasaran di Rusia.
Amerika Serikat juga menahan diri untuk tidak mengirimkan Sistem Rudal Taktis Angkatan Darat (ATACMS) ke Ukraina.
Menurut Der Spiegel, Kementerian Pertahanan Jerman telah meminta pabrikan Taurus untuk mengintegrasikan pembatasan pemrograman pada kemungkinan target ke dalam rudal jelajah jarak jauh.
"Dengan perubahan ini Kanselir Jerman Olaf Scholz bertujuan untuk menghindari kemungkinan serangan Ukraina di wilayah Rusia," lapor publikasi tersebut.
Menyusul laporan pada hari Jumat, juru bicara pemerintah Jerman mengatakan "tidak ada informasi baru" tentang status potensi pengiriman rudal Taurus ke Ukraina.
“Jerman fokus pada artileri berat, kendaraan lapis baja, dan sistem pertahanan udara. Tidak ada informasi baru mengenai rudal jelajah Taurus,” kata juru bicara tersebut seperti dikutip dari DW, Sabtu (12/8/2023).
Taurus, dan rudal jelajah lainnya, terbang di ketinggian rendah, membuatnya sulit dideteksi oleh sistem pertahanan udara.
Dianggap sebagai senjata presisi, rudal jelajah biasanya digunakan untuk mencapai target bernilai tinggi, termasuk bunker komando dan gudang amunisi serta bahan bakar, jauh di belakang garis depan dan di luar jangkauan senjata lainnya.
Rusia memperingatkan Prancis dan Jerman pada bulan Juni bahwa pengiriman rudal jelajah ke Ukraina akan menyebabkan putaran lebih lanjut dari "ketegangan spiral" dalam perang Rusia di Ukraina.
Pemimpin oposisi Jerman, Demokrat Kristen konservatif (CDU), telah menyerukan klarifikasi sikap pemerintah pada rudal Taurus ke Ukraina.
Anggota parlemen senior CDU Johann Wadephul mengatakan seharusnya tidak ada bolak-balik tentang masalah ini di antara tiga partai yang membentuk pemerintahan Scholz.
“Bagi kami, keputusan untuk memasok rudal Taurus harus dipertimbangkan dengan baik,” katanya kepada kantor berita DPA.
“Harus jelas bahwa tidak ada keterlibatan tentara Jerman dan pengiriman berikutnya untuk angkatan udara harus dimulai bersamaan dengan pengiriman (rudal ke Ukraina),” sambungnya.
Pada awal Juli, Menteri Pertahanan Jerman Boris Pistorius menekankan bahwa Berlin memiliki peran utama dalam membantu Ukraina dengan pertahanan udara, dukungan pelatihan, kendaraan teknik dan lapis baja.
“Ini adalah prioritas pertama kami, kompetensi inti kami,” kata Pistorius pada saat itu, menambahkan bahwa dia melihat tidak ada kebutuhan mendesak untuk keputusan pada sistem senjata Taurus Swedia-Jerman.
Militer Jerman memiliki sekitar 600 rudal Taurus dalam persediaannya, dengan sekitar 150 siap digunakan, menurut laporan media. Militer Spanyol dan Korea Selatan juga mengoperasikan Taurus.
Kiev telah mendorong Berlin untuk memasoknya dengan Taurus, rudal jelajah dengan jangkauan lebih dari 500 kilometer yang diluncurkan oleh jet tempur seperti Tornado, F-15 atau F-18.
Sementara Inggris dan Prancis telah mengirim rudal jelajah Storm Shadow dan Scalp ke Ukraina, Jerman enggan mengikuti jejak keduanya di tengah kekhawatiran bahwa senjata itu dapat digunakan pada sasaran di Rusia.
Amerika Serikat juga menahan diri untuk tidak mengirimkan Sistem Rudal Taktis Angkatan Darat (ATACMS) ke Ukraina.
Menurut Der Spiegel, Kementerian Pertahanan Jerman telah meminta pabrikan Taurus untuk mengintegrasikan pembatasan pemrograman pada kemungkinan target ke dalam rudal jelajah jarak jauh.
"Dengan perubahan ini Kanselir Jerman Olaf Scholz bertujuan untuk menghindari kemungkinan serangan Ukraina di wilayah Rusia," lapor publikasi tersebut.
Menyusul laporan pada hari Jumat, juru bicara pemerintah Jerman mengatakan "tidak ada informasi baru" tentang status potensi pengiriman rudal Taurus ke Ukraina.
“Jerman fokus pada artileri berat, kendaraan lapis baja, dan sistem pertahanan udara. Tidak ada informasi baru mengenai rudal jelajah Taurus,” kata juru bicara tersebut seperti dikutip dari DW, Sabtu (12/8/2023).
Taurus, dan rudal jelajah lainnya, terbang di ketinggian rendah, membuatnya sulit dideteksi oleh sistem pertahanan udara.
Dianggap sebagai senjata presisi, rudal jelajah biasanya digunakan untuk mencapai target bernilai tinggi, termasuk bunker komando dan gudang amunisi serta bahan bakar, jauh di belakang garis depan dan di luar jangkauan senjata lainnya.
Rusia memperingatkan Prancis dan Jerman pada bulan Juni bahwa pengiriman rudal jelajah ke Ukraina akan menyebabkan putaran lebih lanjut dari "ketegangan spiral" dalam perang Rusia di Ukraina.
Pemimpin oposisi Jerman, Demokrat Kristen konservatif (CDU), telah menyerukan klarifikasi sikap pemerintah pada rudal Taurus ke Ukraina.
Anggota parlemen senior CDU Johann Wadephul mengatakan seharusnya tidak ada bolak-balik tentang masalah ini di antara tiga partai yang membentuk pemerintahan Scholz.
“Bagi kami, keputusan untuk memasok rudal Taurus harus dipertimbangkan dengan baik,” katanya kepada kantor berita DPA.
“Harus jelas bahwa tidak ada keterlibatan tentara Jerman dan pengiriman berikutnya untuk angkatan udara harus dimulai bersamaan dengan pengiriman (rudal ke Ukraina),” sambungnya.
Pada awal Juli, Menteri Pertahanan Jerman Boris Pistorius menekankan bahwa Berlin memiliki peran utama dalam membantu Ukraina dengan pertahanan udara, dukungan pelatihan, kendaraan teknik dan lapis baja.
“Ini adalah prioritas pertama kami, kompetensi inti kami,” kata Pistorius pada saat itu, menambahkan bahwa dia melihat tidak ada kebutuhan mendesak untuk keputusan pada sistem senjata Taurus Swedia-Jerman.
Militer Jerman memiliki sekitar 600 rudal Taurus dalam persediaannya, dengan sekitar 150 siap digunakan, menurut laporan media. Militer Spanyol dan Korea Selatan juga mengoperasikan Taurus.
(ian)
tulis komentar anda