Turki Yakin Perundingan Damai Ukraina Sia-sia Tanpa Rusia
Sabtu, 12 Agustus 2023 - 06:51 WIB
ANKARA - Turki yakin setiap negosiasi perdamaian di Ukraina yang tidak melibatkan Rusia tidak akan memberikan hasil dan solusi.
Surat kabar Hurriyet melaporkan Ankara menyuarakan posisinya itu selama pertemuan tentang konflik yang diselenggarakan Arab Saudi awal bulan ini.
Konferensi tingkat tinggi (KTT) di Jeddah mempertemukan sekitar 40 negara, yang diwakili terutama oleh penasihat keamanan dan diplomat senior.
Pembicaraan, yang tidak melibatkan Rusia, gagal memberikan hasil yang nyata, dengan para peserta hanya setuju bahwa Piagam PBB dan integritas teritorial Ukraina harus dihormati.
Turki diwakili penasihat utama Presiden Recep Tayyip Erdogan untuk kebijakan luar negeri dan keamanan, Akif Cagatay Kilic.
Dalam pertemuan tersebut, Ankara menyatakan posisinya, “Jika Rusia tidak diikutsertakan dalam pencarian solusi, tidak akan ada hasil dan solusi.”
Pembicaraan Jeddah menunjukkan Turki tetap menjadi satu-satunya pihak yang berbicara "secara terbuka dan jelas" dengan Kiev dan Moskow, klaim surat kabar itu.
Turki telah berusaha menjadi mediator dalam konflik yang pecah pada Februari 2022 itu sejak tahap paling awal.
Negara itu menjadi tuan rumah pembicaraan langsung tahun lalu antara Kiev dan Moskow di Istanbul, yang menghasilkan kesepakatan perdamaian awal.
Namun, negosiasi akhirnya gagal, dengan Rusia menuduh Ukraina membatalkan kesepakatan damai segera setelah dimulai.
Ankara juga muncul sebagai perantara utama di balik apa yang disebut kesepakatan biji-bijian Laut Hitam.
Perjanjian yang disponsori PBB itu mencabut blokade dari pelabuhan Laut Hitam Ukraina, memungkinkan negara itu untuk mengekspor hasil pertaniannya.
Rusia berulang kali mengkritik kesepakatan tersebut, menyatakan kesepakatan itu menyimpang dari tujuan awalnya untuk mengirim produk ke negara-negara termiskin, dan akhirnya menguntungkan negara-negara Barat.
Moskow juga berargumen tidak ada tuntutan Rusia yang dibayangkan di bawah kesepakatan itu, termasuk membuka blokir ekspor pertanian dan pupuknya sendiri, atau pencabutan sebagian sanksi yang mempengaruhi sektor tersebut, terpenuhi.
Rusia menolak memperpanjang partisipasinya dalam inisiatif pada pertengahan Juli, secara de facto memberlakukan kembali blokade di pelabuhan Ukraina.
Surat kabar Hurriyet melaporkan Ankara menyuarakan posisinya itu selama pertemuan tentang konflik yang diselenggarakan Arab Saudi awal bulan ini.
Konferensi tingkat tinggi (KTT) di Jeddah mempertemukan sekitar 40 negara, yang diwakili terutama oleh penasihat keamanan dan diplomat senior.
Pembicaraan, yang tidak melibatkan Rusia, gagal memberikan hasil yang nyata, dengan para peserta hanya setuju bahwa Piagam PBB dan integritas teritorial Ukraina harus dihormati.
Turki diwakili penasihat utama Presiden Recep Tayyip Erdogan untuk kebijakan luar negeri dan keamanan, Akif Cagatay Kilic.
Dalam pertemuan tersebut, Ankara menyatakan posisinya, “Jika Rusia tidak diikutsertakan dalam pencarian solusi, tidak akan ada hasil dan solusi.”
Pembicaraan Jeddah menunjukkan Turki tetap menjadi satu-satunya pihak yang berbicara "secara terbuka dan jelas" dengan Kiev dan Moskow, klaim surat kabar itu.
Turki telah berusaha menjadi mediator dalam konflik yang pecah pada Februari 2022 itu sejak tahap paling awal.
Negara itu menjadi tuan rumah pembicaraan langsung tahun lalu antara Kiev dan Moskow di Istanbul, yang menghasilkan kesepakatan perdamaian awal.
Namun, negosiasi akhirnya gagal, dengan Rusia menuduh Ukraina membatalkan kesepakatan damai segera setelah dimulai.
Ankara juga muncul sebagai perantara utama di balik apa yang disebut kesepakatan biji-bijian Laut Hitam.
Perjanjian yang disponsori PBB itu mencabut blokade dari pelabuhan Laut Hitam Ukraina, memungkinkan negara itu untuk mengekspor hasil pertaniannya.
Rusia berulang kali mengkritik kesepakatan tersebut, menyatakan kesepakatan itu menyimpang dari tujuan awalnya untuk mengirim produk ke negara-negara termiskin, dan akhirnya menguntungkan negara-negara Barat.
Moskow juga berargumen tidak ada tuntutan Rusia yang dibayangkan di bawah kesepakatan itu, termasuk membuka blokir ekspor pertanian dan pupuknya sendiri, atau pencabutan sebagian sanksi yang mempengaruhi sektor tersebut, terpenuhi.
Rusia menolak memperpanjang partisipasinya dalam inisiatif pada pertengahan Juli, secara de facto memberlakukan kembali blokade di pelabuhan Ukraina.
(sya)
tulis komentar anda