AS Parkir Armada Serangan Amfibi di Teluk Persia, Iran Sesumbar Kekuatan Rudal
Selasa, 25 Juli 2023 - 18:44 WIB
TEHERAN - Pentagon mengumumkan pekan lalu bahwa mereka akan mengerahkan kapal perang tambahan dan kelompok ekspedisi Marinir ke Teluk Persia untuk “menghalangi” Iran setelah serentetan insiden penyitaan kapal tanker.
Teheran memperingatkan kehadiran militer negara-negara tetangga non-Teluk Persia di perairan strategis itu tidak akan memfasilitasi keamanan regional.
Komandan dari Angkatan Darat dan Korps Garda Revolusi Islam Iran mengomentari keputusan AS memperkuat kehadirannya di Teluk Persia.
Dia memperingatkan Republik Islam akan mengambil tindakan yang diperlukan untuk melindungi dirinya sendiri.
“Mengingat kontrol dan kemampuan Angkatan Bersenjatanya dalam hal navigasi dan keamanan penerbangan di wilayah Teluk Persia, Iran berhak membuat pengaturan pencegahan yang diperlukan sesuai dengan aturan dan peraturan hukum internasional, dan akan menggunakan haknya yang tidak dapat dicabut sesuai dengan itu,” tegas Panglima Angkatan Darat Abdolrahim Mousavi, Senin (24/7/2023).
Dia berbicara di sela-sela latihan udara besar, mengomentari rencana Pentagon mengerahkan kapal perang dan kontingen pasukan ke Teluk Persia.
“Orang Amerika telah datang dan pergi dari kawasan itu selama bertahun-tahun dengan ilusi palsu mereka, tetapi keamanan kawasan itu akan berkelanjutan hanya dengan kerja sama di antara negara-negara kawasan,” ujar Mousavi menekankan.
Secara terpisah, pada upacara hari Selasa terkait pengiriman rudal jelajah angkatan laut canggih baru ke Angkatan Laut IRGC, Komandan Ali Reza Tangsiri mengatakan kapal musuh akan dipaksa tinggal ribuan kilometer jauhnya agar tidak berada di garis bidik rudal tersebut.
“Kami dapat menembakkan rudal Abu Mahdi dari dalam negeri. Rudal tersebut memiliki pemburu ganda dan berhasil melawan peperangan elektronik musuh,” ungkap Tangsiri.
Iran mencirikan Abu Mahdi sebagai "salah satu rudal terbaik di kelasnya di dunia dalam hal penargetan, kekuatan penghancur yang tinggi, dan melewati hambatan geografis dan sistem pertahanan musuh."
Teheran menyebut rudal yang memiliki jangkauan lebih dari 1.000 km itu secara dramatis akan meningkatkan jangkauan maritim negara itu.
“Karena misil itu memiliki batas terbang yang sangat rendah dan jangkauan yang sangat jauh, itu sulit dilacak,” papar Komandan Tangsiri.
Rudal baru itu dinamai Abu Mahdi al-Muhandis, mendiang komandan milisi Irak yang terbunuh dalam serangan pembunuhan AS di Baghdad pada Januari 2020 bersama komandan Pasukan Quds IRGC Qasem Soleimani.
Saat itu kedua tokoh Iran tersebut sedang dalam misi perdamaian rahasia di Irak bertujuan untuk normalisasi hubungan antara Iran dan Arab Saudi.
Ketegangan di Teluk Persia melonjak awal bulan ini setelah AS mengumumkan pengerahan jet tempur F-16 dan pesawat serang darat A-10 untuk berpatroli di perairan strategis setelah serangkaian penyitaan kapal oleh Iran karena pelanggaran lalu lintas maritim dan upaya penyelundupan minyak.
Kamis lalu, Pentagon mengumumkan pengerahan dua kapal perang amfibi dan ribuan Marinir dari Unit Ekspedisi Marinir ke-26 ke Teluk atas perintah Menteri Pertahanan AS Austin.
“Melalui tindakan ini, Amerika Serikat menunjukkan komitmen untuk memastikan kebebasan navigasi dan menghalangi kegiatan destabilisasi Iran di kawasan itu,” ungkap pernyataan Pentagon.
AS menggunakan garis ‘kebebasan navigasi’ yang sama yang digunakannya untuk membenarkan pengerahan kapal perang, pesawat terbang, dan pasukan ribuan mil dari pantai Amerika ke perairan yang diklaim China di Laut China Selatan.
Pekan lalu, juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kanaani menekankan, "Iran memantau dengan sensitif setiap tindakan ilegal dan tidak konstruktif yang memengaruhi keamanan kawasan dan akan memberikan perhatian khusus pada setiap tindakan provokatif dan ilegal, terutama di dekat perbatasannya."
Iran memiliki salah satu militer terbesar dan paling berteknologi maju di Timur Tengah, dan dilengkapi dengan bermacam-macam rudal, kapal perang, dan sistem pertahanan udara yang dirancang dan diproduksi di dalam negeri.
Persenjataan itu dirancang khusus untuk perang asimetris melawan musuh yang jauh lebih besar dan lebih kuat.
Negara itu telah berulang kali menunjukkan dalam beberapa tahun terakhir bahwa Iran tidak akan mentolerir pelanggaran ruang udara dan lautnya.
Iran telah menjatuhkan drone mata-mata AS senilai USD220 juta dari langit di atas Selat Hormuz pada Juni 2019.
Teluk Persia adalah salah satu badan air yang paling strategis dan penting di dunia, dengan kargo minyak berbasis kapal menyumbang sekitar 20-30% konsumsi global yang melewati perairannya setiap hari.
Teheran memperingatkan kehadiran militer negara-negara tetangga non-Teluk Persia di perairan strategis itu tidak akan memfasilitasi keamanan regional.
Komandan dari Angkatan Darat dan Korps Garda Revolusi Islam Iran mengomentari keputusan AS memperkuat kehadirannya di Teluk Persia.
Dia memperingatkan Republik Islam akan mengambil tindakan yang diperlukan untuk melindungi dirinya sendiri.
“Mengingat kontrol dan kemampuan Angkatan Bersenjatanya dalam hal navigasi dan keamanan penerbangan di wilayah Teluk Persia, Iran berhak membuat pengaturan pencegahan yang diperlukan sesuai dengan aturan dan peraturan hukum internasional, dan akan menggunakan haknya yang tidak dapat dicabut sesuai dengan itu,” tegas Panglima Angkatan Darat Abdolrahim Mousavi, Senin (24/7/2023).
Dia berbicara di sela-sela latihan udara besar, mengomentari rencana Pentagon mengerahkan kapal perang dan kontingen pasukan ke Teluk Persia.
“Orang Amerika telah datang dan pergi dari kawasan itu selama bertahun-tahun dengan ilusi palsu mereka, tetapi keamanan kawasan itu akan berkelanjutan hanya dengan kerja sama di antara negara-negara kawasan,” ujar Mousavi menekankan.
Secara terpisah, pada upacara hari Selasa terkait pengiriman rudal jelajah angkatan laut canggih baru ke Angkatan Laut IRGC, Komandan Ali Reza Tangsiri mengatakan kapal musuh akan dipaksa tinggal ribuan kilometer jauhnya agar tidak berada di garis bidik rudal tersebut.
“Kami dapat menembakkan rudal Abu Mahdi dari dalam negeri. Rudal tersebut memiliki pemburu ganda dan berhasil melawan peperangan elektronik musuh,” ungkap Tangsiri.
Iran mencirikan Abu Mahdi sebagai "salah satu rudal terbaik di kelasnya di dunia dalam hal penargetan, kekuatan penghancur yang tinggi, dan melewati hambatan geografis dan sistem pertahanan musuh."
Teheran menyebut rudal yang memiliki jangkauan lebih dari 1.000 km itu secara dramatis akan meningkatkan jangkauan maritim negara itu.
“Karena misil itu memiliki batas terbang yang sangat rendah dan jangkauan yang sangat jauh, itu sulit dilacak,” papar Komandan Tangsiri.
Rudal baru itu dinamai Abu Mahdi al-Muhandis, mendiang komandan milisi Irak yang terbunuh dalam serangan pembunuhan AS di Baghdad pada Januari 2020 bersama komandan Pasukan Quds IRGC Qasem Soleimani.
Saat itu kedua tokoh Iran tersebut sedang dalam misi perdamaian rahasia di Irak bertujuan untuk normalisasi hubungan antara Iran dan Arab Saudi.
Ketegangan Teluk
Ketegangan di Teluk Persia melonjak awal bulan ini setelah AS mengumumkan pengerahan jet tempur F-16 dan pesawat serang darat A-10 untuk berpatroli di perairan strategis setelah serangkaian penyitaan kapal oleh Iran karena pelanggaran lalu lintas maritim dan upaya penyelundupan minyak.
Kamis lalu, Pentagon mengumumkan pengerahan dua kapal perang amfibi dan ribuan Marinir dari Unit Ekspedisi Marinir ke-26 ke Teluk atas perintah Menteri Pertahanan AS Austin.
“Melalui tindakan ini, Amerika Serikat menunjukkan komitmen untuk memastikan kebebasan navigasi dan menghalangi kegiatan destabilisasi Iran di kawasan itu,” ungkap pernyataan Pentagon.
AS menggunakan garis ‘kebebasan navigasi’ yang sama yang digunakannya untuk membenarkan pengerahan kapal perang, pesawat terbang, dan pasukan ribuan mil dari pantai Amerika ke perairan yang diklaim China di Laut China Selatan.
Pekan lalu, juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kanaani menekankan, "Iran memantau dengan sensitif setiap tindakan ilegal dan tidak konstruktif yang memengaruhi keamanan kawasan dan akan memberikan perhatian khusus pada setiap tindakan provokatif dan ilegal, terutama di dekat perbatasannya."
Iran memiliki salah satu militer terbesar dan paling berteknologi maju di Timur Tengah, dan dilengkapi dengan bermacam-macam rudal, kapal perang, dan sistem pertahanan udara yang dirancang dan diproduksi di dalam negeri.
Persenjataan itu dirancang khusus untuk perang asimetris melawan musuh yang jauh lebih besar dan lebih kuat.
Negara itu telah berulang kali menunjukkan dalam beberapa tahun terakhir bahwa Iran tidak akan mentolerir pelanggaran ruang udara dan lautnya.
Iran telah menjatuhkan drone mata-mata AS senilai USD220 juta dari langit di atas Selat Hormuz pada Juni 2019.
Teluk Persia adalah salah satu badan air yang paling strategis dan penting di dunia, dengan kargo minyak berbasis kapal menyumbang sekitar 20-30% konsumsi global yang melewati perairannya setiap hari.
(sya)
Lihat Juga :
tulis komentar anda