AS Akui Ukraina Kehilangan Pasukan Secara Signifikan dalam Perang Lawan Rusia
Sabtu, 22 Juli 2023 - 07:04 WIB
KYIV - Amerika Serikat (AS) mengakui Ukraina telah kehilangan pasukan secara signifikan dalam perangnya melawan invasi Rusia. Namun, Washington merasa masih terlalu dini untuk menyimpulkan hasil dari operasi balasan Kyiv.
Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan bersikeras bahwa meskipun kehilangan sejumlah besar pasukan, Kyiv masih memiliki tentara cadangan substansial untuk dikerahkan ke pertempuran.
Sullivan, dalam Forum Keamanan Aspen di Washington pada hari Jumat, ditanya apakah serangan balasan Ukraina yang sebenarnya belum datang. Dia menjawab bahwa serangan balasan dimulai pada hari orang Ukraina pertama mempertaruhkan nyawa mereka.
“Sudah ada banyak korban dan kematian pejuang Ukraina dalam serangan balasan ini, jadi ini sedang berlangsung. Dan itu sulit terjadi. Dan kami mengatakan itu akan sulit,” kata Sullivan kepada moderator forum; Edward Luce.
"Namun, Ukraina memiliki jumlah besar kekuatan tempur yang belum berkomitmen untuk berperang," ujarnya, seperti dikutip The Independent, Sabtu (22/7/2023).
"Sekarang sedang mencoba untuk memilih saat yang tepat ketika itu akan memberikan dampak maksimal di medan perang," papar Sullivan.
“Pada saat itulah mereka membuat komitmen bahwa kami akan benar-benar melihat apa kemungkinan hasil dari serangan balasan itu,” imbuh Sullivan, mencatat bahwa Washington sedang berkonsultasi erat dengan Ukraina mengenai persyaratan untuk itu.
Sementara itu, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan Barat jelas kecewa bahwa meskipun jumlah sumber daya yang sangat besar dikirim ke Kyiv, serangan balasannya telah gagal membuahkan hasil apa pun dan telah menyebabkan banyak korban di Ukraina.
Pejabat tinggi Pentagon bersikeras awal pekan ini bahwa terlalu dini untuk menyebut serangan balasan sebagai kegagalan, dengan mengatakan Washigton telah memperkirakan selama ini bahwa operasi itu akan berdarah dan berlarut-larut.
The New York Times melaporkan minggu lalu bahwa setelah kehilangan hingga 20% dari persenjataan yang dikerahkan dalam serangan balasan hanya dalam dua minggu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky telah menghentikan operasi untuk menopang amunisi.
Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan bersikeras bahwa meskipun kehilangan sejumlah besar pasukan, Kyiv masih memiliki tentara cadangan substansial untuk dikerahkan ke pertempuran.
Sullivan, dalam Forum Keamanan Aspen di Washington pada hari Jumat, ditanya apakah serangan balasan Ukraina yang sebenarnya belum datang. Dia menjawab bahwa serangan balasan dimulai pada hari orang Ukraina pertama mempertaruhkan nyawa mereka.
“Sudah ada banyak korban dan kematian pejuang Ukraina dalam serangan balasan ini, jadi ini sedang berlangsung. Dan itu sulit terjadi. Dan kami mengatakan itu akan sulit,” kata Sullivan kepada moderator forum; Edward Luce.
"Namun, Ukraina memiliki jumlah besar kekuatan tempur yang belum berkomitmen untuk berperang," ujarnya, seperti dikutip The Independent, Sabtu (22/7/2023).
"Sekarang sedang mencoba untuk memilih saat yang tepat ketika itu akan memberikan dampak maksimal di medan perang," papar Sullivan.
“Pada saat itulah mereka membuat komitmen bahwa kami akan benar-benar melihat apa kemungkinan hasil dari serangan balasan itu,” imbuh Sullivan, mencatat bahwa Washington sedang berkonsultasi erat dengan Ukraina mengenai persyaratan untuk itu.
Sementara itu, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan Barat jelas kecewa bahwa meskipun jumlah sumber daya yang sangat besar dikirim ke Kyiv, serangan balasannya telah gagal membuahkan hasil apa pun dan telah menyebabkan banyak korban di Ukraina.
Pejabat tinggi Pentagon bersikeras awal pekan ini bahwa terlalu dini untuk menyebut serangan balasan sebagai kegagalan, dengan mengatakan Washigton telah memperkirakan selama ini bahwa operasi itu akan berdarah dan berlarut-larut.
The New York Times melaporkan minggu lalu bahwa setelah kehilangan hingga 20% dari persenjataan yang dikerahkan dalam serangan balasan hanya dalam dua minggu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky telah menghentikan operasi untuk menopang amunisi.
(mas)
Lihat Juga :
tulis komentar anda