8 Fakta Ahmad Alloush, Muslim Suriah yang Batal Bakar Taurat dan Alkitab di Swedia
Senin, 17 Juli 2023 - 18:08 WIB
STOCKHOLM - Seorang pria yang berencana membakar Taurat dan Alkitab di luar Kedutaan Besar Israel membatalkan rencananya dan berdemonstrasi menentang penodaan kitab suci.
Aksi pria bernama Ahmad Alloush (32) tersebut pun menghebohkan dunia karena tindakannya yang akhirnya mengurungkan niat membakar dua kitab milik umat Yahudi dan Kristen itu.
Berikut ini berbagai fakta tentang kejadian tersebut.
Ahmad Alloush mengeluarkan korek api dari tasnya dan melemparkannya ke tanah di ibu kota Swedia pada Sabtu lalu. Dia pun mengatakan tidak pernah bermaksud membakar kitab suci.
Dia kemudian mengeluarkan Al-Qur’an dan mengkritik insiden sebelumnya di mana salinan kitab suci Islam dibakar di Swedia.
“Kalau mau mengkritisi Islam, boleh saja,” ujar dia. “Tapi membakar Al-Qur'an bukanlah kebebasan berekspresi," papar dia, beralih dari bahasa Swedia ke bahasa Inggris, “Itu adalah suatu tindakan."
Pengadilan Swedia sebelumnya mengizinkan pembakaran itu karena mereka secara konstitusional melindungi hak atas kebebasan berkumpul, berekspresi, dan berdemonstrasi.
“Ini adalah tanggapan terhadap mereka yang membakar Al-Qur’an, kebebasan berbicara ada batasnya,” tegas Alloush.
“Dia tidak pernah bisa membakar kitab suci,” tegas dia berulang kali dalam bahasa Arab dan Swedia.
Dia hanya ingin berdemonstrasi menentang pembakaran Al-Qur’an.
“Saya membuat orang marah,” akunya ketika ditanya tentang reaksi terhadap berita seseorang berencana membakar Taurat dan Alkitab di Stockholm. “Mereka bisa bahagia sekarang,” gurau dia.
Alloush mengatakan dia berasal dari Suriah tetapi telah tinggal di Swedia selama delapan tahun dan berbasis di kota Boras barat daya.
Protes itu terjadi dua pekan setelah pengungsi Irak Salwan Momika membakar Al-qur’an di depan masjid Stockholm selama hari raya Iduladha.
Ada sedikit dukungan populer untuk pembakaran kitab suci di Swedia dan tidak ada minat politik untuk acara tersebut.
Citra global Swedia telah rusak setelah pembakaran baru-baru ini, karena pemerintah di beberapa negara Muslim mengutuk keputusan untuk membiarkan pembakaran terjadi.
Kementerian Luar Negeri Swedia mengutuk tindakan tersebut sebagai "Islamofobia", dengan menyatakan, "Pembakaran Alquran, atau teks suci lainnya, adalah tindakan ofensif dan tidak sopan serta provokasi yang jelas. Ekspresi rasisme, xenofobia, dan intoleransi terkait tidak memiliki tempat di Swedia atau Eropa.”
Jajak pendapat baru-baru ini yang dilakukan atas nama penyiar televisi nasional Swedia SVT menunjukkan mayoritas orang Swedia mendukung larangan pembakaran teks agama di depan umum.
Swedia dapat memberlakukan undang-undang tentang penghasutan terhadap kelompok etnis tetapi hanya untuk membatasi apa yang dapat dikatakan dan di mana pembakaran dapat terjadi.
Larangan total penodaan kitab suci akan membutuhkan undang-undang yang dibatalkan Swedia pada tahun 1970-an untuk diperkenalkan kembali.
Dewan Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNHRC) menyetujui resolusi tentang kebencian dan kefanatikan agama setelah pembakaran di Swedia.
Mosi itu disahkan pada hari Rabu tetapi ditentang Amerika Serikat dan Uni Eropa, yang mengatakan itu bertentangan dengan posisi mereka tentang hak asasi manusia dan kebebasan berekspresi.
Aksi pria bernama Ahmad Alloush (32) tersebut pun menghebohkan dunia karena tindakannya yang akhirnya mengurungkan niat membakar dua kitab milik umat Yahudi dan Kristen itu.
Berikut ini berbagai fakta tentang kejadian tersebut.
1. Sudah Keluarkan Korek Api
Ahmad Alloush mengeluarkan korek api dari tasnya dan melemparkannya ke tanah di ibu kota Swedia pada Sabtu lalu. Dia pun mengatakan tidak pernah bermaksud membakar kitab suci.
Dia kemudian mengeluarkan Al-Qur’an dan mengkritik insiden sebelumnya di mana salinan kitab suci Islam dibakar di Swedia.
“Kalau mau mengkritisi Islam, boleh saja,” ujar dia. “Tapi membakar Al-Qur'an bukanlah kebebasan berekspresi," papar dia, beralih dari bahasa Swedia ke bahasa Inggris, “Itu adalah suatu tindakan."
2. Pengadilan Swedia Izinkan Pembakaran Taurat dan Alkitab
Pengadilan Swedia sebelumnya mengizinkan pembakaran itu karena mereka secara konstitusional melindungi hak atas kebebasan berkumpul, berekspresi, dan berdemonstrasi.
“Ini adalah tanggapan terhadap mereka yang membakar Al-Qur’an, kebebasan berbicara ada batasnya,” tegas Alloush.
3. Pelaku Tak Pernah Bisa Bakar Kitab Suci
“Dia tidak pernah bisa membakar kitab suci,” tegas dia berulang kali dalam bahasa Arab dan Swedia.
Dia hanya ingin berdemonstrasi menentang pembakaran Al-Qur’an.
“Saya membuat orang marah,” akunya ketika ditanya tentang reaksi terhadap berita seseorang berencana membakar Taurat dan Alkitab di Stockholm. “Mereka bisa bahagia sekarang,” gurau dia.
4. Berasal dari Suriah dan Tinggal di Swedia
Alloush mengatakan dia berasal dari Suriah tetapi telah tinggal di Swedia selama delapan tahun dan berbasis di kota Boras barat daya.
5. Seminggu setelah Pengungsi Irak Bakar Al-Qur’an
Protes itu terjadi dua pekan setelah pengungsi Irak Salwan Momika membakar Al-qur’an di depan masjid Stockholm selama hari raya Iduladha.
Ada sedikit dukungan populer untuk pembakaran kitab suci di Swedia dan tidak ada minat politik untuk acara tersebut.
6. Citra Swedia Rusak di Mata Umat Islam
Citra global Swedia telah rusak setelah pembakaran baru-baru ini, karena pemerintah di beberapa negara Muslim mengutuk keputusan untuk membiarkan pembakaran terjadi.
Kementerian Luar Negeri Swedia mengutuk tindakan tersebut sebagai "Islamofobia", dengan menyatakan, "Pembakaran Alquran, atau teks suci lainnya, adalah tindakan ofensif dan tidak sopan serta provokasi yang jelas. Ekspresi rasisme, xenofobia, dan intoleransi terkait tidak memiliki tempat di Swedia atau Eropa.”
7. Mayoritas Warga Swedia Dukung Larangan Pembakaran Kitab Suci
Jajak pendapat baru-baru ini yang dilakukan atas nama penyiar televisi nasional Swedia SVT menunjukkan mayoritas orang Swedia mendukung larangan pembakaran teks agama di depan umum.
Swedia dapat memberlakukan undang-undang tentang penghasutan terhadap kelompok etnis tetapi hanya untuk membatasi apa yang dapat dikatakan dan di mana pembakaran dapat terjadi.
Larangan total penodaan kitab suci akan membutuhkan undang-undang yang dibatalkan Swedia pada tahun 1970-an untuk diperkenalkan kembali.
8. PBB Beda Sikap dengan AS dan Uni Eropa
Dewan Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNHRC) menyetujui resolusi tentang kebencian dan kefanatikan agama setelah pembakaran di Swedia.
Mosi itu disahkan pada hari Rabu tetapi ditentang Amerika Serikat dan Uni Eropa, yang mengatakan itu bertentangan dengan posisi mereka tentang hak asasi manusia dan kebebasan berekspresi.
(sya)
tulis komentar anda