Iran Bersumpah Perluas Jangkauan Radar, Rudal, dan Drone
Jum'at, 30 Juni 2023 - 18:21 WIB
TEHERAN - Iran telah mengumpulkan ribuan rudal balistik dan jelajah yang dikembangkan di dalam negeri dalam beberapa dekade terakhir.
Teheran berpegang pada prinsip perang asimetris untuk mencoba mencegah potensi agresi. Awal bulan ini, negara itu meluncurkan rudal hipersonik pertamanya, Fattah.
“Tantangan keamanan regional yang dihadapi Iran membuatnya penting bagi Republik Islam untuk terus meningkatkan pengembangan dan produksi sistem radar, drone, dan rudal jarak jauh,” ungkap komandan Pasukan Pertahanan Udara Angkatan Darat Iran Alireza Sabahi-Fard.
“Sesuai dengan potensi ancaman dan kemungkinan tantangan yang kita hadapi, produksi peralatan radar, rudal, dan drone jarak jauh yang canggih pasti menjadi agenda Pasukan Pertahanan Udara Angkatan Darat tahun ini,” papar Sabahi-Fard selama kunjungan mendadak ke pangkalan pertahanan udara di luar Teheran pada Kamis (29/6/2023) untuk pemeriksaan kesiapan cepat.
“Efisiensi Angkatan Pertahanan Udara Angkatan Darat dalam menjaga kontrol total atas wilayah udara di negara kita membuktikan pengamatan dan pemantauan yang cermat yang dilakukan oleh spesialis pertahanan udara di ribuan titik pertahanan di seluruh negeri,” ujar brigadir jenderal itu.
Dia mengatakan Iran dapat tidur dengan aman di malam hari berkat upaya spesialis muda yang bekerja menciptakan jaringan pertahanan udara yang “berkembang dengan baik”.
Awal tahun ini, Sabahi-Fard sesumbar pasukan pertahanan udara Iran telah menjadi “kekuatan pertahanan udara absolut di kawasan”, menggunakan 100% peralatan “canggih” asli di garis depan teknologi pertahanan global.
“Kami berdiri di atas kaki kami sendiri dan tidak memiliki kebutuhan atau ketergantungan pada negara lain mengenai peralatan pertahanan udara di bidang teknologi deteksi, identifikasi, keterlibatan, informasi dan komunikasi,” ungkap dia saat itu.
Iran memiliki salah satu jaringan pertahanan udara terpadat dan paling kompleks di Timur Tengah.
Militer Iran mengambil keuntungan dari geografi pegunungan negara itu untuk menciptakan persilangan berlapis-lapis dari radar jarak jauh, menengah dan pendek, pertahanan anti-drone buatan sendiri, sistem rudal berbasis darat dan laut bergerak seperti Khordad-3 dan Bavar-373.
Teheran telah berulang kali memperingatkan Amerika Serikat (AS) dan musuh regionalnya untuk tidak menguji pertahanan udaranya, atau kemampuannya membalas agresi menggunakan persenjataan rudal Iran yang luas.
Ketegangan antara Iran dan saingan tradisionalnya di Arab Saudi turun drastis awal tahun ini setelah diplomat dari kedua negara menengahi normalisasi perjanjian hubungan dengan bantuan China.
Namun, ketegangan antara Teheran dan Tel Aviv terus meningkat ketika para pejabat Israel mengancam akan melancarkan serangan udara terhadap situs energi nuklir Iran, mengutip dugaan pengejaran senjata nuklir Republik Islam.
Pejabat Iran telah lama membantah memiliki niat untuk membangun nuklir, dengan pemimpin tertinggi berturut-turut melarang senjata nuklir dan semua senjata pemusnah massal lainnya sebagai penghinaan terhadap ajaran Islam.
Teheran berpegang pada prinsip perang asimetris untuk mencoba mencegah potensi agresi. Awal bulan ini, negara itu meluncurkan rudal hipersonik pertamanya, Fattah.
“Tantangan keamanan regional yang dihadapi Iran membuatnya penting bagi Republik Islam untuk terus meningkatkan pengembangan dan produksi sistem radar, drone, dan rudal jarak jauh,” ungkap komandan Pasukan Pertahanan Udara Angkatan Darat Iran Alireza Sabahi-Fard.
“Sesuai dengan potensi ancaman dan kemungkinan tantangan yang kita hadapi, produksi peralatan radar, rudal, dan drone jarak jauh yang canggih pasti menjadi agenda Pasukan Pertahanan Udara Angkatan Darat tahun ini,” papar Sabahi-Fard selama kunjungan mendadak ke pangkalan pertahanan udara di luar Teheran pada Kamis (29/6/2023) untuk pemeriksaan kesiapan cepat.
“Efisiensi Angkatan Pertahanan Udara Angkatan Darat dalam menjaga kontrol total atas wilayah udara di negara kita membuktikan pengamatan dan pemantauan yang cermat yang dilakukan oleh spesialis pertahanan udara di ribuan titik pertahanan di seluruh negeri,” ujar brigadir jenderal itu.
Dia mengatakan Iran dapat tidur dengan aman di malam hari berkat upaya spesialis muda yang bekerja menciptakan jaringan pertahanan udara yang “berkembang dengan baik”.
Awal tahun ini, Sabahi-Fard sesumbar pasukan pertahanan udara Iran telah menjadi “kekuatan pertahanan udara absolut di kawasan”, menggunakan 100% peralatan “canggih” asli di garis depan teknologi pertahanan global.
“Kami berdiri di atas kaki kami sendiri dan tidak memiliki kebutuhan atau ketergantungan pada negara lain mengenai peralatan pertahanan udara di bidang teknologi deteksi, identifikasi, keterlibatan, informasi dan komunikasi,” ungkap dia saat itu.
Iran memiliki salah satu jaringan pertahanan udara terpadat dan paling kompleks di Timur Tengah.
Militer Iran mengambil keuntungan dari geografi pegunungan negara itu untuk menciptakan persilangan berlapis-lapis dari radar jarak jauh, menengah dan pendek, pertahanan anti-drone buatan sendiri, sistem rudal berbasis darat dan laut bergerak seperti Khordad-3 dan Bavar-373.
Teheran telah berulang kali memperingatkan Amerika Serikat (AS) dan musuh regionalnya untuk tidak menguji pertahanan udaranya, atau kemampuannya membalas agresi menggunakan persenjataan rudal Iran yang luas.
Ketegangan antara Iran dan saingan tradisionalnya di Arab Saudi turun drastis awal tahun ini setelah diplomat dari kedua negara menengahi normalisasi perjanjian hubungan dengan bantuan China.
Namun, ketegangan antara Teheran dan Tel Aviv terus meningkat ketika para pejabat Israel mengancam akan melancarkan serangan udara terhadap situs energi nuklir Iran, mengutip dugaan pengejaran senjata nuklir Republik Islam.
Pejabat Iran telah lama membantah memiliki niat untuk membangun nuklir, dengan pemimpin tertinggi berturut-turut melarang senjata nuklir dan semua senjata pemusnah massal lainnya sebagai penghinaan terhadap ajaran Islam.
(sya)
tulis komentar anda