Jerman Bujuk China Desak Rusia Akhiri Perang di Ukraina, Ini Alasannya

Jum'at, 23 Juni 2023 - 16:41 WIB
Jerman terus membujuk China untuk mendesak Rusia akhiri perang di Ukraina. Foto/Ilustrasi/Sindonews
JAKARTA - Konflik di Ukraina belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir. Sebaliknya, baik Rusia maupun Ukraina terus melancarkan serangan, terutama dari kubu terakhir disebutkan yang baru saja menlancurkan serangan balasan yang dinantikan.

Dunia internasional terus berupaya untuk membawa pihak-pihak yang berkonflik untuk mengakhiri perang. Salah satunya adalah Jerman.

Jerman telah mencoba membujuk China untuk mendesak Rusia mengakhiri perang di Ukraina. Bukan tanpa alasan tentunya.

Sebagaimana diketahui, tekanan terhadap China tumbuh mengingat kedekatan negara itu dengan Rusia. Komunitas internasional berharap Beijing akan menggunakan pengaruhnya di Kremlin.



Sebagaimana diketahui, hubungan China dan Rusia sangatlah mesra. Pada bulan Maret lalu Presiden China Xi Jinping mengunjungi Moskow, berjanji untuk memperkuat hubungan strategis dan memerangi Barat dengan mitranya dari Rusia.

Hubungan China-Rusia telah mengalami perubahan besar sejak tahun 1992. Pada awalnya, populasi China lebih besar daripada Rusia dan kedua negara memiliki tingkat produksi domestik bruto total yang sangat mirip. Saat ini, berkat kinerja pertumbuhan China yang luar biasa dan dampak perang Rusia di Ukraina, ekonomi China diperkirakan 10 kali lebih besar dari Rusia.

Demikian pula, perdagangan dengan Rusia tidak terlalu penting bagi China dalam hal nilai. Namun, tingginya pangsa bahan mentah (termasuk makanan) dalam ekspor Rusia dan transfer teknologi militer Rusia memiliki kepentingan strategis bagi China.

Sejak 2012 – ketika Xi Jinping pertama kali diangkat menjadi Sekretaris Jenderal Partai Komunis China (PKC) – hubungan tersebut telah berkembang menjadi aliansi informal dalam menghadapi apa yang kedua negara anggap sebagai ancaman yang meningkat dari Barat terhadap rezim mereka.

Tanggapan China terhadap perang Rusia di Ukraina – tindakan penyeimbangan yang terkadang disebut sebagai 'netralitas pro-Rusia' – sejauh ini jauh lebih dekat dengan Rusia daripada pada tahun 2014 ketika Rusia mencaplok Crimea.

Pada saat yang sama, perkembangan sejak invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022 telah meningkatkan ketergantungan Rusia pada China, yang oleh sebagian orang sekarang memenuhi syarat sebagai 'pengikut' Rusia yang meningkat.
(ian)
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More