Joe Biden Berharap Bertemu Xi Jinping setelah Menyebutnya Diktator
Jum'at, 23 Juni 2023 - 09:20 WIB
WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden berharap akan segera bertemu Presiden China Xi Jinping. Itu disampaikan setelah pemimpin Amerika itu membuat Beijing marah karena menyebut pemimpin komunis itu seorang diktator.
Biden menolak teori bahwa hubungan Amerika dengan China sedang runtuh dan memuji pembicaraan hari Senin di Beijing antara Xi Jinping dan Menteri Luar Negeri Amerika Antony Blinken, yang berusaha untuk menjaga ketegangan antara kedua kekuatan dunia itu tetap terkendali.
“Sekretaris [Menteri Luar Negeri] Blinken melakukan perjalanan yang luar biasa ke China. Saya berharap dapat bertemu dengan Presiden Xi suatu saat nanti—dalam waktu dekat,” kata Biden dalam konferensi pers bersama Perdana Menteri India Narendra Modi, yang dilansir AFP, Jumat (23/6/2023).
Secara implisit menggandakan komentarnya sebelumnya tentang Xi Jinping, Biden mengatakan: "[Saya] tidak akan menghindari [untuk] mengatakan apa yang menurut saya (adalah) fakta di China."
“Itu bukan sesuatu yang akan banyak saya ubah,” katanya.
Biden, berbicara dua hari setelah perjalanan Blinken, mengatakan bahwa Xi Jinping—yang telah mengukuhkan kekuasaan seperti tidak ada pemimpin China dalam beberapa dekade—tidak mengetahui dugaan balon mata-mata yang terbang di atas daratan AS pada Februari.
“Alasan mengapa Xi Jinping menjadi sangat kesal ketika saya menembak jatuh balon itu dengan dua mobil boks yang penuh dengan peralatan mata-mata adalah dia tidak tahu itu ada di sana,” kata Biden dalam resepsi politik yang dihadiri para wartawan.
"Saya serius. Itu adalah hal yang sangat memalukan bagi para diktator, ketika mereka tidak tahu apa yang terjadi.”
Balon tersebut menyebabkan kegemparan publik di Amerika Serikat, menyebabkan Blinken membatalkan perjalanannya yang semula dijadwalkan ke Beijing, meskipun pejabat administrasi Biden secara pribadi meragukan ancaman dari objek tersebut.
Duta Besar China untuk Washington, Xie Feng, mengajukan protes ke Gedung Putih dan Departemen Luar Negeri AS atas pernyataan "meremehkan" dari Biden tentang Xi Jinping.
"Komentar Biden salah, tidak masuk akal, dan tidak bertanggung jawab serta merupakan provokasi politik terbuka," bunyi pernyataan kedutaan, menggemakan kecaman dari Beijing.
Biden menolak teori bahwa hubungan Amerika dengan China sedang runtuh dan memuji pembicaraan hari Senin di Beijing antara Xi Jinping dan Menteri Luar Negeri Amerika Antony Blinken, yang berusaha untuk menjaga ketegangan antara kedua kekuatan dunia itu tetap terkendali.
“Sekretaris [Menteri Luar Negeri] Blinken melakukan perjalanan yang luar biasa ke China. Saya berharap dapat bertemu dengan Presiden Xi suatu saat nanti—dalam waktu dekat,” kata Biden dalam konferensi pers bersama Perdana Menteri India Narendra Modi, yang dilansir AFP, Jumat (23/6/2023).
Secara implisit menggandakan komentarnya sebelumnya tentang Xi Jinping, Biden mengatakan: "[Saya] tidak akan menghindari [untuk] mengatakan apa yang menurut saya (adalah) fakta di China."
“Itu bukan sesuatu yang akan banyak saya ubah,” katanya.
Biden, berbicara dua hari setelah perjalanan Blinken, mengatakan bahwa Xi Jinping—yang telah mengukuhkan kekuasaan seperti tidak ada pemimpin China dalam beberapa dekade—tidak mengetahui dugaan balon mata-mata yang terbang di atas daratan AS pada Februari.
“Alasan mengapa Xi Jinping menjadi sangat kesal ketika saya menembak jatuh balon itu dengan dua mobil boks yang penuh dengan peralatan mata-mata adalah dia tidak tahu itu ada di sana,” kata Biden dalam resepsi politik yang dihadiri para wartawan.
"Saya serius. Itu adalah hal yang sangat memalukan bagi para diktator, ketika mereka tidak tahu apa yang terjadi.”
Balon tersebut menyebabkan kegemparan publik di Amerika Serikat, menyebabkan Blinken membatalkan perjalanannya yang semula dijadwalkan ke Beijing, meskipun pejabat administrasi Biden secara pribadi meragukan ancaman dari objek tersebut.
Duta Besar China untuk Washington, Xie Feng, mengajukan protes ke Gedung Putih dan Departemen Luar Negeri AS atas pernyataan "meremehkan" dari Biden tentang Xi Jinping.
"Komentar Biden salah, tidak masuk akal, dan tidak bertanggung jawab serta merupakan provokasi politik terbuka," bunyi pernyataan kedutaan, menggemakan kecaman dari Beijing.
(mas)
tulis komentar anda