Rusia Tegaskan Tujuan Demiliterisasi Ukraina Telah Tercapai
Senin, 19 Juni 2023 - 16:45 WIB
MOSKOW - Angkatan Bersenjata Rusia sebagian besar telah melumpuhkan sistem senjata yang diproduksi di dalam negeri Ukraina, memaksa negara itu untuk bergantung pada senjata Barat.
Pernyataan itu diungkapkan juru bicara Kremlin Dmitry Peskov pada Sabtu (17/6/2023).
“Ukraina sangat termiliterisasi ketika (konflik) dimulai,” papar Peskov kepada RT Arabic. “Dan, seperti yang dikatakan (Presiden Volodymyr) Putin kemarin, salah satu tujuannya adalah demiliterisasi Ukraina. Secara de facto tujuan ini telah tercapai.”
Peskov berpendapat, “Ukraina telah semakin jarang menggunakan senjatanya sendiri, dan secara bertahap beralih ke senjata yang dipasok oleh anggota blok NATO pimpinan Amerika Serikat (AS).”
Juru bicara itu menambahkan, bantuan militer ke Kiev membuat negara-negara Barat menjadi "pihak yang berkonflik", dan membuat situasi di Eropa "lebih tegang dan tidak dapat diprediksi".
“Semua ini memotivasi Rusia untuk mengambil langkah-langkah yang lebih tegas untuk memastikan keamanan rakyat di Donbass dan keamanan Federasi Rusia,” papar Peskov.
Putin mencantumkan "demiliterisasi" Ukraina sebagai salah satu tujuan operasi militer ketika diluncurkan pada Februari 2022.
Sebagian besar persenjataan Ukraina awalnya terdiri dari sistem senjata era Soviet dan versi yang ditingkatkan.
Namun, negara-negara Barat semakin banyak memasok Kiev dengan peralatan modern, termasuk tank berat, rudal anti-lapis baja dan anti-udara, drone, peluncur roket ganda, dan howitzer.
Awal bulan ini, Kiev kehilangan tank Leopard 2 buatan Jerman pertamanya dan kendaraan tempur infanteri M2 Bradley buatan AS ketika pasukan Ukraina melancarkan serangan balasan yang telah lama diantisipasi.
Menurut Moskow, serangan itu sejauh ini gagal menembus pertahanan Rusia. Banyak pengamat menyatakan Ukraina hanya mendapat kemajuan kecil dalam serangan balasan, tapi kerugian yang ditanggungnya sangat besar.
Pernyataan itu diungkapkan juru bicara Kremlin Dmitry Peskov pada Sabtu (17/6/2023).
“Ukraina sangat termiliterisasi ketika (konflik) dimulai,” papar Peskov kepada RT Arabic. “Dan, seperti yang dikatakan (Presiden Volodymyr) Putin kemarin, salah satu tujuannya adalah demiliterisasi Ukraina. Secara de facto tujuan ini telah tercapai.”
Peskov berpendapat, “Ukraina telah semakin jarang menggunakan senjatanya sendiri, dan secara bertahap beralih ke senjata yang dipasok oleh anggota blok NATO pimpinan Amerika Serikat (AS).”
Juru bicara itu menambahkan, bantuan militer ke Kiev membuat negara-negara Barat menjadi "pihak yang berkonflik", dan membuat situasi di Eropa "lebih tegang dan tidak dapat diprediksi".
“Semua ini memotivasi Rusia untuk mengambil langkah-langkah yang lebih tegas untuk memastikan keamanan rakyat di Donbass dan keamanan Federasi Rusia,” papar Peskov.
Putin mencantumkan "demiliterisasi" Ukraina sebagai salah satu tujuan operasi militer ketika diluncurkan pada Februari 2022.
Sebagian besar persenjataan Ukraina awalnya terdiri dari sistem senjata era Soviet dan versi yang ditingkatkan.
Namun, negara-negara Barat semakin banyak memasok Kiev dengan peralatan modern, termasuk tank berat, rudal anti-lapis baja dan anti-udara, drone, peluncur roket ganda, dan howitzer.
Awal bulan ini, Kiev kehilangan tank Leopard 2 buatan Jerman pertamanya dan kendaraan tempur infanteri M2 Bradley buatan AS ketika pasukan Ukraina melancarkan serangan balasan yang telah lama diantisipasi.
Menurut Moskow, serangan itu sejauh ini gagal menembus pertahanan Rusia. Banyak pengamat menyatakan Ukraina hanya mendapat kemajuan kecil dalam serangan balasan, tapi kerugian yang ditanggungnya sangat besar.
(sya)
tulis komentar anda