Panas Terik Landa Utara India, Dokter Sarankan Lansia Tetap di Rumah
Minggu, 18 Juni 2023 - 00:30 WIB
NEW DELHI - Sedikitnya 34 orang tewas dalam dua hari terakhir, karena sebagian besar negara bagian Uttar Pradesh di India utara dilanda panas terik yang parah. Kondisi ini mendorong dokter untuk menyarankan warga berusia di atas 60 tahun untuk tinggal di dalam rumah pada siang hari.
Seperti dilaporkan AP, Sabtu (17/6/2023), korban tewas semuanya berusia di atas 60 tahun dan memiliki masalah kesehatan dan mungkin diperburuk oleh panas yang menyengat. Korban tewas terjadi di distrik Ballia, sekitar 300 kilometer tenggara Lucknow, ibu kota negara bagian Uttar Pradesh.
“Sebanyak 23 kematian dilaporkan pada Kamis (15/6/2023) dan 11 lainnya meninggal pada Jumat (16/6/2023),” kata Kepala Petugas Medis Ballia, Jayant Kumar.
“Semua orang menderita beberapa penyakit dan kondisi mereka memburuk akibat panas yang ekstrim,” lanjut Kumar. Dia mengatakan, sebagian besar kematian itu karena serangan jantung, stroke otak dan diare.
Sementara Diwakar Singh, seorang petugas medis, mengatakan orang-orang ini dirawat di rumah sakit utama Ballia dalam kondisi kritis. “Orang lanjut usia juga rentan terhadap panas ekstrem,” katanya.
Data Departemen Meteorologi India menunjukkan Ballia melaporkan suhu maksimum 42,2 derajat Celcius (108 derajat Fahrenheit) pada hari Jumat, yaitu 4,7 C (8 F) di atas normal.
Musim panas yang terik telah memicu pemadaman listrik di seluruh negara bagian, membuat orang tidak memiliki air ledeng, kipas angin, atau AC. Banyak yang melakukan protes.
Ketua Menteri Uttar Pradesh Yogi Adityanath meyakinkan publik bahwa pemerintah mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk memastikan pasokan listrik yang tidak terputus di negara bagian tersebut. Dia mengimbau warga untuk bekerja sama dengan pemerintah dan menggunakan listrik secara bijak.
“Setiap desa dan setiap kota harus mendapat pasokan listrik yang cukup selama panas terik ini. Jika ada kesalahan yang terjadi, itu harus segera ditangani,” katanya.
Bulan-bulan musim panas utama — April, Mei, dan Juni — umumnya panas di sebagian besar wilayah India sebelum musim hujan membawa suhu yang lebih dingin. Tetapi, suhu menjadi lebih intens dalam dekade terakhir.
Selama gelombang panas, negara tersebut biasanya juga mengalami kekurangan air yang parah, dengan puluhan juta dari 1,4 miliar penduduknya kekurangan air bersih.
Sebuah studi oleh World Weather Attribution, sebuah kelompok akademik yang meneliti sumber panas ekstrem, menemukan bahwa gelombang panas yang membakar pada bulan April yang melanda sebagian Asia Selatan setidaknya 30 kali lebih mungkin terjadi akibat perubahan iklim.
Seperti dilaporkan AP, Sabtu (17/6/2023), korban tewas semuanya berusia di atas 60 tahun dan memiliki masalah kesehatan dan mungkin diperburuk oleh panas yang menyengat. Korban tewas terjadi di distrik Ballia, sekitar 300 kilometer tenggara Lucknow, ibu kota negara bagian Uttar Pradesh.
“Sebanyak 23 kematian dilaporkan pada Kamis (15/6/2023) dan 11 lainnya meninggal pada Jumat (16/6/2023),” kata Kepala Petugas Medis Ballia, Jayant Kumar.
“Semua orang menderita beberapa penyakit dan kondisi mereka memburuk akibat panas yang ekstrim,” lanjut Kumar. Dia mengatakan, sebagian besar kematian itu karena serangan jantung, stroke otak dan diare.
Sementara Diwakar Singh, seorang petugas medis, mengatakan orang-orang ini dirawat di rumah sakit utama Ballia dalam kondisi kritis. “Orang lanjut usia juga rentan terhadap panas ekstrem,” katanya.
Data Departemen Meteorologi India menunjukkan Ballia melaporkan suhu maksimum 42,2 derajat Celcius (108 derajat Fahrenheit) pada hari Jumat, yaitu 4,7 C (8 F) di atas normal.
Musim panas yang terik telah memicu pemadaman listrik di seluruh negara bagian, membuat orang tidak memiliki air ledeng, kipas angin, atau AC. Banyak yang melakukan protes.
Ketua Menteri Uttar Pradesh Yogi Adityanath meyakinkan publik bahwa pemerintah mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk memastikan pasokan listrik yang tidak terputus di negara bagian tersebut. Dia mengimbau warga untuk bekerja sama dengan pemerintah dan menggunakan listrik secara bijak.
“Setiap desa dan setiap kota harus mendapat pasokan listrik yang cukup selama panas terik ini. Jika ada kesalahan yang terjadi, itu harus segera ditangani,” katanya.
Bulan-bulan musim panas utama — April, Mei, dan Juni — umumnya panas di sebagian besar wilayah India sebelum musim hujan membawa suhu yang lebih dingin. Tetapi, suhu menjadi lebih intens dalam dekade terakhir.
Selama gelombang panas, negara tersebut biasanya juga mengalami kekurangan air yang parah, dengan puluhan juta dari 1,4 miliar penduduknya kekurangan air bersih.
Sebuah studi oleh World Weather Attribution, sebuah kelompok akademik yang meneliti sumber panas ekstrem, menemukan bahwa gelombang panas yang membakar pada bulan April yang melanda sebagian Asia Selatan setidaknya 30 kali lebih mungkin terjadi akibat perubahan iklim.
(esn)
tulis komentar anda