4 Strategi AS Mengatasi Kekurangan Prajurit, Rekrut Migran Jadi Alternatif Utama
Selasa, 13 Juni 2023 - 19:40 WIB
WASHINGTON - Dari tahun ke tahun, semakin sedikit anak muda Amerika Serikat (AS) yang mau bergabung menjadi tentara. Khawatir tewas di medan perang dan mengalami cacat karena kecelakaan saat bertugas menjadi alasan paling sering didengar.
Anak muda AS juga memilih bekerja di sektor swasta dengan gaji dan insentif yang besar serta minim risiko. Akibatnya, militer AS harus membuat strategi khusus untuk merekrut prajurit dalam jumlah besar. Jika tidak, mereka akan kekurangan tentara untuk dikirim ke medan perang di Suriah, Ukraina, hingga Afrika.
Foto/Reuters
Adalah Esmita Spudes Bidari, seorang gadis muda dari Nepal, yang bermimpi menjadi prajurit. Tapi, bukan di negara asalnya, tetapi justru di AS.
Bidari bergabung dengan Angkatan Darat AS. Dia adalah bukti migran legal yang mendaftar di militer AS.
AS memang lebih agresif mencari imigran, menawarkan jalur cepat menuju kewarganegaraan bagi mereka yang mendaftar.
Militer telah berhasil merekrut imigran legal, khususnya di antara mereka yang mencari pekerjaan, tunjangan pendidikan dan pelatihan. Tetapi mereka juga memerlukan pemeriksaan keamanan tambahan dan lebih banyak bantuan untuk mengisi formulir, terutama bagi mereka yang kurang mahir berbahasa Inggris.
Foto/Reuters
Upaya militer AS merekrut para migra dari Kamerun, Jamaika, Kenya, Filipina, Rusia, dan Afrika Selatan menjadikan pemeriksaan latar belakang sangatlah ketat.
Proses penyaringan yang cermat untuk memastikan tidak ada risiko keamanan.
"Kami harus mengambil langkah-langkah luar biasa untuk dapat memeriksa secara menyeluruh dan melalui penyelidikan izin keamanan," kata Mayor Jenderal Angkatan Udara Ed Thomas, kepala komando perekrutan militer AS.
Dia menambahkan bahwa dalam banyak kasus para imigran tidak segera ditempatkan pada pekerjaan yang membutuhkan izin rahasia.
Misalnya, Penerbang Kelas Satu Natalia Laziuk, 31, bermigrasi dari Rusia sekitar sembilan tahun lalu, telah bermimpi menjadi warga negara AS sejak dia berusia 11 tahun. Dia belajar tentang militer dengan menonton film dan televisi Amerika.
Foto/Reuters
Berjuang untuk mengatasi kekurangan perekrutan, Angkatan Darat dan Angkatan Udara telah memperkuat upaya perekrutan mereka untuk menarik penduduk resmi untuk mendaftar, menyebarkan pamflet, menggunakan media sosial, dan memperluas jangkauan mereka, terutama di kota-kota pedalaman.
Baik Angkatan Darat dan Angkatan Udara mengatakan mereka tidak akan memenuhi tujuan perekrutan. Angkatan Laut juga diperkirakan akan gagal memenuhi target.
Foto/Reuters
Ketidaktertarikan rakyat AS bergabung sebagai prajurit adalah risiko besar dan gaji yang kecil dibandingkan kerja di sektor swasta.
Militer AS pun memberikan insentif lain untuk membantu layanan tersebut bersaing dengan pekerjaan yang seringkali bergaji lebih tinggi dan kurang berisiko di sektor swasta.
Para pemimpin pertahanan mengatakan kaum muda kurang akrab dengan militer, lebih tertarik pada pekerjaan korporat yang memberikan pendidikan serupa dan manfaat lainnya, dan ingin menghindari risiko cedera dan kematian yang dapat ditimbulkan oleh tugas di militer.
Selain itu, mereka mengatakan bahwa sedikit lebih dari 20% memenuhi persyaratan fisik, mental, dan karakter untuk bergabung.
"Kami memiliki populasi besar penduduk resmi AS yang sangat patriotik, mereka sangat berterima kasih atas kesempatan yang diberikan negara ini," kata Ed Thomas.
Anak muda AS juga memilih bekerja di sektor swasta dengan gaji dan insentif yang besar serta minim risiko. Akibatnya, militer AS harus membuat strategi khusus untuk merekrut prajurit dalam jumlah besar. Jika tidak, mereka akan kekurangan tentara untuk dikirim ke medan perang di Suriah, Ukraina, hingga Afrika.
Berikut adalah 4 strategi militer AS merekrut tentara baru karena kekurangan prajurit.
1. Merekrut Migran Resmi
Foto/Reuters
Adalah Esmita Spudes Bidari, seorang gadis muda dari Nepal, yang bermimpi menjadi prajurit. Tapi, bukan di negara asalnya, tetapi justru di AS.
Bidari bergabung dengan Angkatan Darat AS. Dia adalah bukti migran legal yang mendaftar di militer AS.
AS memang lebih agresif mencari imigran, menawarkan jalur cepat menuju kewarganegaraan bagi mereka yang mendaftar.
Militer telah berhasil merekrut imigran legal, khususnya di antara mereka yang mencari pekerjaan, tunjangan pendidikan dan pelatihan. Tetapi mereka juga memerlukan pemeriksaan keamanan tambahan dan lebih banyak bantuan untuk mengisi formulir, terutama bagi mereka yang kurang mahir berbahasa Inggris.
2. Pemeriksaan Latar Belakang yang Ketat
Foto/Reuters
Upaya militer AS merekrut para migra dari Kamerun, Jamaika, Kenya, Filipina, Rusia, dan Afrika Selatan menjadikan pemeriksaan latar belakang sangatlah ketat.
Proses penyaringan yang cermat untuk memastikan tidak ada risiko keamanan.
"Kami harus mengambil langkah-langkah luar biasa untuk dapat memeriksa secara menyeluruh dan melalui penyelidikan izin keamanan," kata Mayor Jenderal Angkatan Udara Ed Thomas, kepala komando perekrutan militer AS.
Dia menambahkan bahwa dalam banyak kasus para imigran tidak segera ditempatkan pada pekerjaan yang membutuhkan izin rahasia.
Misalnya, Penerbang Kelas Satu Natalia Laziuk, 31, bermigrasi dari Rusia sekitar sembilan tahun lalu, telah bermimpi menjadi warga negara AS sejak dia berusia 11 tahun. Dia belajar tentang militer dengan menonton film dan televisi Amerika.
3. Menyebar Pamflet
Foto/Reuters
Berjuang untuk mengatasi kekurangan perekrutan, Angkatan Darat dan Angkatan Udara telah memperkuat upaya perekrutan mereka untuk menarik penduduk resmi untuk mendaftar, menyebarkan pamflet, menggunakan media sosial, dan memperluas jangkauan mereka, terutama di kota-kota pedalaman.
Baik Angkatan Darat dan Angkatan Udara mengatakan mereka tidak akan memenuhi tujuan perekrutan. Angkatan Laut juga diperkirakan akan gagal memenuhi target.
4. Memberikan Insentif
Foto/Reuters
Ketidaktertarikan rakyat AS bergabung sebagai prajurit adalah risiko besar dan gaji yang kecil dibandingkan kerja di sektor swasta.
Militer AS pun memberikan insentif lain untuk membantu layanan tersebut bersaing dengan pekerjaan yang seringkali bergaji lebih tinggi dan kurang berisiko di sektor swasta.
Para pemimpin pertahanan mengatakan kaum muda kurang akrab dengan militer, lebih tertarik pada pekerjaan korporat yang memberikan pendidikan serupa dan manfaat lainnya, dan ingin menghindari risiko cedera dan kematian yang dapat ditimbulkan oleh tugas di militer.
Selain itu, mereka mengatakan bahwa sedikit lebih dari 20% memenuhi persyaratan fisik, mental, dan karakter untuk bergabung.
"Kami memiliki populasi besar penduduk resmi AS yang sangat patriotik, mereka sangat berterima kasih atas kesempatan yang diberikan negara ini," kata Ed Thomas.
(ahm)
tulis komentar anda