3 Cara untuk Mengalahkan Dominasi Amerika Serikat

Kamis, 25 Mei 2023 - 15:13 WIB
Amerika Serikat masih menjadi kekuatan superpower. Foto/Reuters
WASHINGTON - Tak bisa disangkal, dalam satu abad terakhir, Amerika Serikat (AS) adalah kekuatan superpower yang mendominasi dunia. Namun, banyak negara sudah menunjukkan perlawanan dengan dominasi AS tersebut.

Solusi untuk menghadirkan multipolar sudah dikumandangkan banyak pemimpin dunia, seperti Presiden China Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin. Berbagai agenda multilateral juga disusun dengan tidak melibatkan AS.

Namun demikian, melemahkan AS tidak hanya berasal dari faktor luar saja, tetapi juga dari dalam negeri. Berbagai permasalahan yang dihadapi AS menunjukkan sisi lemah, seperti polarisasi politik hingga penanganan penentuan batas utang yang masih menjadi perdebatan.



Berikut adalah 3 cara yang dilakukan banyak negara di dunia untuk mengalahkan dominasi AS sehingga tidak lagi menjadi kekuatan superpower.



1. Mengurangi Penggunaan Dolar AS



Foto/Reuters

Cara paling efektif untuk melemahkan pengaruh AS adalah dengan mengurangi penggunaan dolar dalam berbagai transaksi perdagangan internasional.

Persaingan dengan China, dampak dari perang Rusia di Ukraina dan pertengkaran sekali lagi di Washington mengenai plafon utang AS telah menempatkan status dolar sebagai mata uang dominan dunia di bawah pengawasan baru. Tren tersebut dikenal dengan de-dolarisasi yang bisa saja terjadi.

Data Dana Moneter Internasional (IMF) menyatakan, cadangan devisa dolar resmi turun ke level terendah 20 tahun sebesar 58% pada kuartal keempat 2022. Stephen Jen, CEO Eurizon SLJ Capital Limited, mengatakan pergeseran itu lebih terasa jika disesuaikan dengan nilai tukar.

"Apa yang terjadi pada tahun 2022 adalah anjloknya pangsa dolar secara nyata," kata Jen. Itu merupakan reaksi terhadap pembekuan setengah dari cadangan emas dan FX Rusia senilai USD640 miliar setelah invasi 2022 ke Ukraina. Ini telah memicu pemikiran ulang di negara-negara seperti Arab Saudi, Cina, India, dan Turki tentang diversifikasi ke mata uang lain.

Misalnya, India membeli minyak Rusia dalam dirham dan rubel. China beralih ke yuan untuk membeli minyak, batu bara, dan logam Rusia senilai USD88 miliar. Perusahaan minyak nasional China CNOOC dan TotalEnergies Prancis menyelesaikan perdagangan LNG pertama mereka yang diselesaikan dengan yuan pada bulan Maret.

De-dolarisasi akan membutuhkan jaringan eksportir, importir, pedagang mata uang, penerbit utang, dan pemberi pinjaman yang luas dan kompleks untuk secara mandiri memutuskan untuk menggunakan mata uang lain.

"Fungsi dolar semuanya saling memperkuat", kata Barry Eichengreen, profesor ekonomi dan ilmu politik Universitas Berkeley.

"Tidak ada mekanisme untuk membuat bank, perusahaan, dan pemerintah mengubah perilaku mereka pada saat yang bersamaan."



2. Mengintensifkan Perang Dagang



Foto/Reuters

Perang dagang antara AS dan China sebenarnya merupakan upaya Beijing melemahkan Washington.

Ray Dalio, Pendiri Bridgewater Associates, lembaga pengelola aset, memperingatkan bahwa China bisa mengalahkan AS dalam perang dagang mereka. “China memenangkan perang dagang jika Anda hanya mengambil angka – persentase perdagangan dunia dan dominasinya,” kata Dalio, dilansir New York Post.

Kemudian, Pinelopi Koujianou Goldberg, pakar ekonomi di Universitas Yale, perang dagang akan menyebabkan gangguan pada rantai nilai global yang kompleks akan meningkatkan harga bagi konsumen dan menghambat kemajuan teknologi. Kerja sama dalam isu-isu penting seperti perubahan iklim akan terganggu. Dan pekerja di AS masih belum akan melihat kembalinya industri manufaktur yang telah lama hilang.

"Paling-paling, perang ekonomi akan memberi AS berupa kemenangan Pyrrhic (berdarah-darah). Paling buruk, itu bisa memulai perang dingin baru dan membawa kita selangkah lebih dekat ke konfrontasi militer," kata Goldberg.

3. Menghancurkan dari Dalam Negeri AS



Foto/Reuters

Dalio mengatakan tantangan utama yang dihadapi AS berasal dari dalam, termasuk “kemerosotan infrastruktur, pendidikan, konflik

politik, kepemimpinan.”

Dia mengatakan krisis opioid dan ketimpangan pendapatan sebagai tanda lebih lanjut dari kerusakan di dalam negeri. “Ancaman utama AS berasal dari dalam negeri,” kata Dalio. Itu bisa menjadi bom waktu yang bisa menyebabkan kerusuhan sosial di AS.

Hal senada diungkapkan Richard Haass, Presiden Council on Foreign Relations, ancaman terbesar bagi keamanan dan kemakmuran Amerika tidak datang dari luar negeri, tetapi dari dalam. "AS telah membahayakan kemampuannya untuk bertindak secara efektif di dunia karena pengeluaran domestik yang tidak terkendali, kurangnya investasi dalam modal manusia dan fisik, krisis keuangan yang dapat dihindari," katanya dilansir Australia Financial Review.

Kemudian, pemulihan ekonomi yang lambat yang tidak perlu, perang di Irak yang cacat sejak awal dan perang di Afghanistan yang menjadi cacat karena tujuannya berkembang, defisit fiskal berulang, dan perpecahan politik yang mendalam Haass mengatakan, tidak ada yang tak terhindarkan tentang pengaruh AS selama satu abad terakhir. "Keuntungan yang dinikmati AS tidak permanen," terangnya.
(ahm)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More