2 Anak Muda yang Menjadi Miliarder karena Kembangkan Bisnis AI
Senin, 22 Mei 2023 - 10:22 WIB
Pada April 2023, 620.000 perusahaan menguntungkan berisiko tutup karena tidak ada penerus. Kepada Bloomberg dalam wawancara terbaru, Sagami mengatakan dirinya menemukan inspirasi untuk memulai bisnis tersebut dari kakeknya yang terpaksa menutup bisnis agen properti pada 1980-an ketika pensiun karena dia tak mampu menemukan penerusnya. “Di kantor kakek, ada lisensi bagi agen properti yang dipajang di dinding. Ketika itu tutup, maka lisensi itu dibuang dan itu sangat menyedihkan,” katanya.
M&A Research Institute, kini mempekerjakan lebih dari 160 orang, fokus untuk menjual perusahaan dengan nilai penjualan USD3,7 juta per tahun. Dengan menggunakan AI dan data yang layak, perusahaan yang hendak dijual bisa membangun kesepakatan selama 49 hari hingga 6 bulan. Kesepakatan itu penjualan bisa mencapai satu tahun tergantung dengan kesepakatan.
M&A Research Institute tidak akan meminta upah hingga transaksi penjualan tersebut. Tapi, M&A Research Institute meminta 5% dari transaksi jika sukses. Itu menyebabkan M&A Research Institute mampu mengumpulkan dana hingga 10 juta yen. Hingga Maret 2023, terdapat 62 kesepakatan dan itu meningkat dua kali lipat dibandingkan tahun lalu.
Itu bukan pertama kali bisnis bagi Sagami. Lulusan sarjana biologi dan pertania dari Universitas Kobe, awalnya dia adalah pengembang software dan pernah bekerja sebagai staf pemasaran. Dia pernah mendirikan Alpaca, perusahaan fashion perempuan pada 2017, dan dijual kepada perusahaan public relation. Dia belajar bahwa proses kesepakatan tidak efisien, akhirnya dia membuat sistem dengan algoritma AI untuk menyederhanakan aliran bisnis.
2. Alexandr Wang
Foto/bizjournals
Setelah tumbuh dengan bayang-bayang program senjata nuklir Amerika Serikat (AS), Wang ternyata dropped out dari MIT pada usia 19 tahun. Dia memilih mendirikan Scale AI. Kini bisnisnya membantu Angkatan Udara AS, militer, GM dan Felxport untuk mengungkap data potensial mereka.
Wang tumbuh besar di Los Alamos National Lab, New Mexico, lokasi rahasia di mana AS mengembangkan bom atom untuk Perang Dunia II. Orang tuanya merupakan fisikawan yang bekerja untuk mengembangkan senjata nuklir untuk militer. Sama seperti ayahnya, Wang juga bekerja untuk proyek militer senilai USD350 juta. Padahal, perusahaannya baru berusia enam tahun dan dia masih berusia 25 tahun.
M&A Research Institute, kini mempekerjakan lebih dari 160 orang, fokus untuk menjual perusahaan dengan nilai penjualan USD3,7 juta per tahun. Dengan menggunakan AI dan data yang layak, perusahaan yang hendak dijual bisa membangun kesepakatan selama 49 hari hingga 6 bulan. Kesepakatan itu penjualan bisa mencapai satu tahun tergantung dengan kesepakatan.
M&A Research Institute tidak akan meminta upah hingga transaksi penjualan tersebut. Tapi, M&A Research Institute meminta 5% dari transaksi jika sukses. Itu menyebabkan M&A Research Institute mampu mengumpulkan dana hingga 10 juta yen. Hingga Maret 2023, terdapat 62 kesepakatan dan itu meningkat dua kali lipat dibandingkan tahun lalu.
Itu bukan pertama kali bisnis bagi Sagami. Lulusan sarjana biologi dan pertania dari Universitas Kobe, awalnya dia adalah pengembang software dan pernah bekerja sebagai staf pemasaran. Dia pernah mendirikan Alpaca, perusahaan fashion perempuan pada 2017, dan dijual kepada perusahaan public relation. Dia belajar bahwa proses kesepakatan tidak efisien, akhirnya dia membuat sistem dengan algoritma AI untuk menyederhanakan aliran bisnis.
2. Alexandr Wang
Foto/bizjournals
Setelah tumbuh dengan bayang-bayang program senjata nuklir Amerika Serikat (AS), Wang ternyata dropped out dari MIT pada usia 19 tahun. Dia memilih mendirikan Scale AI. Kini bisnisnya membantu Angkatan Udara AS, militer, GM dan Felxport untuk mengungkap data potensial mereka.
Wang tumbuh besar di Los Alamos National Lab, New Mexico, lokasi rahasia di mana AS mengembangkan bom atom untuk Perang Dunia II. Orang tuanya merupakan fisikawan yang bekerja untuk mengembangkan senjata nuklir untuk militer. Sama seperti ayahnya, Wang juga bekerja untuk proyek militer senilai USD350 juta. Padahal, perusahaannya baru berusia enam tahun dan dia masih berusia 25 tahun.
tulis komentar anda