China Menolak Lupa Kejahatan Biadab NATO Pimpinan AS di Yugoslavia
Selasa, 09 Mei 2023 - 23:17 WIB
BEIJING - China menolak lupa atas apa yang mereka sebut "kejahatan biadab" yang dilakukan NATO pimpinan Amerika Serikat (AS) di Yugoslavia tahun 1999. Hal itu disampaikan juru bicara Kementerian Luar Negeri Wang Wenbin pada Senin.
Pada tanggal 24 Maret 1999, NATO memulai serangan udara terhadap Yugoslavia. Pada 7 Mei, lima bom menghantam Kedutaan China di Beograd, menewaskan tiga orang dan melukai lebih dari 20 orang.
“Orang China tidak akan pernah melupakan darah dan nyawa yang diberikannya untuk melindungi kebenaran, kejujuran, dan keadilan. Dan itu tidak akan pernah melupakan kejahatan biadab NATO yang dipimpin AS juga,” kata Wang dalam sebuah pengarahan.
Dia menunjukkan bahwa, di satu sisi, NATO menggambarkan dirinya sebagai aliansi pertahanan regional, tetapi di sisi lain, NATO terus meningkatkan ketegangan regional.
“Menyusul berakhirnya Perang Dingin, NATO pimpinan AS telah berulang kali mengobarkan konflik di seluruh dunia, dari Bosnia dan Herzegovina hingga Kosovo, dari Irak hingga Afghanistan, dari Libya hingga Suriah,” ujar wang, seperti dikutip dari EurAsian Times, Selasa (9/5/2023).
Dia menekankan bahwa NATO terus memperluas kehadirannya ke Timur, ke kawasan Asia-Pasifik, menciptakan blok oposisi dan mengganggu perdamaian dan stabilitas kawasan.
“NATO yang dipimpin AS perlu memikirkan serius kejahatannya, untuk benar-benar meninggalkan mentalitas era Perang Dingin yang sudah ketinggalan zaman dan untuk berhenti memprovokasi konflik regional dan menyebabkan perselisihan dan kerusuhan,” kata Wang.
Pada tahun 1999, sebuah konfrontasi bersenjata antara separatis Albania dari Tentara Pembebasan Kosovo dan tentara Serbia menyebabkan pengeboman yang kemudian menjadi Republik Federal Sosialis Yugoslavia, yang terdiri dari Serbia dan Montenegro, oleh pasukan NATO.
Pada tanggal 24 Maret 1999, NATO memulai serangan udara terhadap Yugoslavia. Pada 7 Mei, lima bom menghantam Kedutaan China di Beograd, menewaskan tiga orang dan melukai lebih dari 20 orang.
“Orang China tidak akan pernah melupakan darah dan nyawa yang diberikannya untuk melindungi kebenaran, kejujuran, dan keadilan. Dan itu tidak akan pernah melupakan kejahatan biadab NATO yang dipimpin AS juga,” kata Wang dalam sebuah pengarahan.
Dia menunjukkan bahwa, di satu sisi, NATO menggambarkan dirinya sebagai aliansi pertahanan regional, tetapi di sisi lain, NATO terus meningkatkan ketegangan regional.
“Menyusul berakhirnya Perang Dingin, NATO pimpinan AS telah berulang kali mengobarkan konflik di seluruh dunia, dari Bosnia dan Herzegovina hingga Kosovo, dari Irak hingga Afghanistan, dari Libya hingga Suriah,” ujar wang, seperti dikutip dari EurAsian Times, Selasa (9/5/2023).
Dia menekankan bahwa NATO terus memperluas kehadirannya ke Timur, ke kawasan Asia-Pasifik, menciptakan blok oposisi dan mengganggu perdamaian dan stabilitas kawasan.
“NATO yang dipimpin AS perlu memikirkan serius kejahatannya, untuk benar-benar meninggalkan mentalitas era Perang Dingin yang sudah ketinggalan zaman dan untuk berhenti memprovokasi konflik regional dan menyebabkan perselisihan dan kerusuhan,” kata Wang.
Pada tahun 1999, sebuah konfrontasi bersenjata antara separatis Albania dari Tentara Pembebasan Kosovo dan tentara Serbia menyebabkan pengeboman yang kemudian menjadi Republik Federal Sosialis Yugoslavia, yang terdiri dari Serbia dan Montenegro, oleh pasukan NATO.
tulis komentar anda