Ukraina Olok-olok Kremlin karena 16.000 Tentara Rusia Menyerah
Sabtu, 06 Mei 2023 - 15:16 WIB
Pertempuran brutal di sekitar kota-kota di Ukraina timur telah menimbulkan kerugian besar bagi Kiev dan Moskow. Tetapi para pejabat Barat memperkirakan korban Rusia jauh lebih tinggi daripada Ukraina, di mana juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby melaporkan pada hari Senin lalu bahwa Rusia telah menderita lebih dari 100.000 personel sejak Desember, termasuk 20.000 kematian.
Menurut sebuah survei yang dilakukan di antara tawanan perang Rusia yang berada dalam kendali Ukraina, lebih dari 50 persen tentara Moskow mengatakan mereka termotivasi untuk berperang di Ukraina guna meningkatkan mata pencaharian mereka. Demikian diungkap juru bicara intelijen militer Ukraina Andriy Yusov.
"Artinya, bukan cinta untuk tanah air, bahkan tidak percaya pada propaganda atau cinta untuk [Presiden Vladimir] Putin...tetapi keinginan untuk 'kestabilan hidup'," kata Yusov dalam jumpa pers hari Kamis.
Yusov menambahkan bahwa sekitar 3,3 persen responden Rusia mengatakan harapan mereka telah terpenuhi sejak bergabung dalam pertempuran di Ukraina, sementara 45,7 persen tahanan Rusia mengatakan harapan mereka sama sekali tidak terwujud setelah bergabung dengan Angkatan Bersenjata Rusia.
Meskipun mengalami kerugian besar, Presiden Putin telah berjanji untuk menghindari pemaksaan mobilisasi kedua setelah gelombang pertama pada bulan September disambut dengan kecaman luas dan ratusan ribu orang melarikan diri dari perbatasan Rusia untuk menghindari pertempuran.
Moskow baru-baru ini memberlakukan tindakan keras terhadap warga yang berusaha menghindari dinas militer, namun, sebuah tanda bahwa Putin sedang mempersiapkan jangka panjang dalam invasi yang sedang berlangsung.
Video kampanye perekrutan dari militer Rusia beredar di situs media sosial bulan lalu, menjanjikan bahwa seorang sukarelawan dapat menjadi "pria sejati" dengan berperang di Ukraina. Namun, iklan itu diejek oleh pengguna internet, di mana banyak yang menunjuk pada tingginya tingkat kematian di antara tentara Rusia yang sudah berperang.
Menurut sebuah survei yang dilakukan di antara tawanan perang Rusia yang berada dalam kendali Ukraina, lebih dari 50 persen tentara Moskow mengatakan mereka termotivasi untuk berperang di Ukraina guna meningkatkan mata pencaharian mereka. Demikian diungkap juru bicara intelijen militer Ukraina Andriy Yusov.
"Artinya, bukan cinta untuk tanah air, bahkan tidak percaya pada propaganda atau cinta untuk [Presiden Vladimir] Putin...tetapi keinginan untuk 'kestabilan hidup'," kata Yusov dalam jumpa pers hari Kamis.
Yusov menambahkan bahwa sekitar 3,3 persen responden Rusia mengatakan harapan mereka telah terpenuhi sejak bergabung dalam pertempuran di Ukraina, sementara 45,7 persen tahanan Rusia mengatakan harapan mereka sama sekali tidak terwujud setelah bergabung dengan Angkatan Bersenjata Rusia.
Meskipun mengalami kerugian besar, Presiden Putin telah berjanji untuk menghindari pemaksaan mobilisasi kedua setelah gelombang pertama pada bulan September disambut dengan kecaman luas dan ratusan ribu orang melarikan diri dari perbatasan Rusia untuk menghindari pertempuran.
Moskow baru-baru ini memberlakukan tindakan keras terhadap warga yang berusaha menghindari dinas militer, namun, sebuah tanda bahwa Putin sedang mempersiapkan jangka panjang dalam invasi yang sedang berlangsung.
Video kampanye perekrutan dari militer Rusia beredar di situs media sosial bulan lalu, menjanjikan bahwa seorang sukarelawan dapat menjadi "pria sejati" dengan berperang di Ukraina. Namun, iklan itu diejek oleh pengguna internet, di mana banyak yang menunjuk pada tingginya tingkat kematian di antara tentara Rusia yang sudah berperang.
(mas)
tulis komentar anda