Ukraina Olok-olok Kremlin karena 16.000 Tentara Rusia Menyerah
Sabtu, 06 Mei 2023 - 15:16 WIB
KIEV - Ukraina mengolok-olok Kremlin setelah lebih dari 16.000 tentara Rusia mendaftarkan diri untuk menyerah dalam perang. Angka itu termasuk hampir 3.200 tentara Moskow yang menyerah kepada pasukan Kiev bulan lalu.
Belasan ribu tentara Moskow itu telah mendaftar untuk menyerah melalui proyek hotline "I Want to Live" yang dijalankan para pejabat Ukraina.
Kepala hotline, Vitaliy Matvienko, mengatakan pada Kamis lalu bahwa lebih dari 16.000 tentara Rusia telah mendaftar untuk menyerah melalui proyek tersebut sejak dimulai pada September lalu.
Dia menambahkan dalam pernyataan bahwa jumlah pelamar Rusia meningkat 10 persen dari Maret hingga April.
Proyek ini dibuat untuk menawarkan pelarian kepada personel militer Rusia dan Belarusia dari pertempuran dalam perang di Ukraina.
Namun, dalam sebuah tweet pada hari Jumat, Kementerian Pertahanan Ukraina menggunakan proyek penyerahan itu sebagai bahan ejekan terhadap Kremlin.
"Semakin dekat serangan balasan, semakin panas musim menyerah," kata kementerian tersebut. "Jangan menunggu panas! Kondisi yang paling menguntungkan adalah sekarang," lanjut kementerian itu, seperti dikutip Newsweek, Sabtu (6/5/2023).
Para pejabat Kiev telah lama menggembar-gemborkan serangan balasan Ukraina musim semi ini untuk mendapatkan kembali wilayah yang diduduki Rusia di bagian selatan dan timur, meskipun kedua belah pihak telah menemui jalan buntu selama berbulan-bulan dalam pertempuran untuk wilayah Bakhmut.
Pertempuran brutal di sekitar kota-kota di Ukraina timur telah menimbulkan kerugian besar bagi Kiev dan Moskow. Tetapi para pejabat Barat memperkirakan korban Rusia jauh lebih tinggi daripada Ukraina, di mana juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby melaporkan pada hari Senin lalu bahwa Rusia telah menderita lebih dari 100.000 personel sejak Desember, termasuk 20.000 kematian.
Menurut sebuah survei yang dilakukan di antara tawanan perang Rusia yang berada dalam kendali Ukraina, lebih dari 50 persen tentara Moskow mengatakan mereka termotivasi untuk berperang di Ukraina guna meningkatkan mata pencaharian mereka. Demikian diungkap juru bicara intelijen militer Ukraina Andriy Yusov.
"Artinya, bukan cinta untuk tanah air, bahkan tidak percaya pada propaganda atau cinta untuk [Presiden Vladimir] Putin...tetapi keinginan untuk 'kestabilan hidup'," kata Yusov dalam jumpa pers hari Kamis.
Yusov menambahkan bahwa sekitar 3,3 persen responden Rusia mengatakan harapan mereka telah terpenuhi sejak bergabung dalam pertempuran di Ukraina, sementara 45,7 persen tahanan Rusia mengatakan harapan mereka sama sekali tidak terwujud setelah bergabung dengan Angkatan Bersenjata Rusia.
Meskipun mengalami kerugian besar, Presiden Putin telah berjanji untuk menghindari pemaksaan mobilisasi kedua setelah gelombang pertama pada bulan September disambut dengan kecaman luas dan ratusan ribu orang melarikan diri dari perbatasan Rusia untuk menghindari pertempuran.
Moskow baru-baru ini memberlakukan tindakan keras terhadap warga yang berusaha menghindari dinas militer, namun, sebuah tanda bahwa Putin sedang mempersiapkan jangka panjang dalam invasi yang sedang berlangsung.
Video kampanye perekrutan dari militer Rusia beredar di situs media sosial bulan lalu, menjanjikan bahwa seorang sukarelawan dapat menjadi "pria sejati" dengan berperang di Ukraina. Namun, iklan itu diejek oleh pengguna internet, di mana banyak yang menunjuk pada tingginya tingkat kematian di antara tentara Rusia yang sudah berperang.
Lihat Juga: Misteri Rudal Hipersonik Oreshnik Rusia Gempur Ukraina, Dikira Rudal Balistik Antarbenua
Belasan ribu tentara Moskow itu telah mendaftar untuk menyerah melalui proyek hotline "I Want to Live" yang dijalankan para pejabat Ukraina.
Kepala hotline, Vitaliy Matvienko, mengatakan pada Kamis lalu bahwa lebih dari 16.000 tentara Rusia telah mendaftar untuk menyerah melalui proyek tersebut sejak dimulai pada September lalu.
Dia menambahkan dalam pernyataan bahwa jumlah pelamar Rusia meningkat 10 persen dari Maret hingga April.
Proyek ini dibuat untuk menawarkan pelarian kepada personel militer Rusia dan Belarusia dari pertempuran dalam perang di Ukraina.
Namun, dalam sebuah tweet pada hari Jumat, Kementerian Pertahanan Ukraina menggunakan proyek penyerahan itu sebagai bahan ejekan terhadap Kremlin.
"Semakin dekat serangan balasan, semakin panas musim menyerah," kata kementerian tersebut. "Jangan menunggu panas! Kondisi yang paling menguntungkan adalah sekarang," lanjut kementerian itu, seperti dikutip Newsweek, Sabtu (6/5/2023).
Para pejabat Kiev telah lama menggembar-gemborkan serangan balasan Ukraina musim semi ini untuk mendapatkan kembali wilayah yang diduduki Rusia di bagian selatan dan timur, meskipun kedua belah pihak telah menemui jalan buntu selama berbulan-bulan dalam pertempuran untuk wilayah Bakhmut.
Pertempuran brutal di sekitar kota-kota di Ukraina timur telah menimbulkan kerugian besar bagi Kiev dan Moskow. Tetapi para pejabat Barat memperkirakan korban Rusia jauh lebih tinggi daripada Ukraina, di mana juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby melaporkan pada hari Senin lalu bahwa Rusia telah menderita lebih dari 100.000 personel sejak Desember, termasuk 20.000 kematian.
Menurut sebuah survei yang dilakukan di antara tawanan perang Rusia yang berada dalam kendali Ukraina, lebih dari 50 persen tentara Moskow mengatakan mereka termotivasi untuk berperang di Ukraina guna meningkatkan mata pencaharian mereka. Demikian diungkap juru bicara intelijen militer Ukraina Andriy Yusov.
"Artinya, bukan cinta untuk tanah air, bahkan tidak percaya pada propaganda atau cinta untuk [Presiden Vladimir] Putin...tetapi keinginan untuk 'kestabilan hidup'," kata Yusov dalam jumpa pers hari Kamis.
Yusov menambahkan bahwa sekitar 3,3 persen responden Rusia mengatakan harapan mereka telah terpenuhi sejak bergabung dalam pertempuran di Ukraina, sementara 45,7 persen tahanan Rusia mengatakan harapan mereka sama sekali tidak terwujud setelah bergabung dengan Angkatan Bersenjata Rusia.
Meskipun mengalami kerugian besar, Presiden Putin telah berjanji untuk menghindari pemaksaan mobilisasi kedua setelah gelombang pertama pada bulan September disambut dengan kecaman luas dan ratusan ribu orang melarikan diri dari perbatasan Rusia untuk menghindari pertempuran.
Moskow baru-baru ini memberlakukan tindakan keras terhadap warga yang berusaha menghindari dinas militer, namun, sebuah tanda bahwa Putin sedang mempersiapkan jangka panjang dalam invasi yang sedang berlangsung.
Video kampanye perekrutan dari militer Rusia beredar di situs media sosial bulan lalu, menjanjikan bahwa seorang sukarelawan dapat menjadi "pria sejati" dengan berperang di Ukraina. Namun, iklan itu diejek oleh pengguna internet, di mana banyak yang menunjuk pada tingginya tingkat kematian di antara tentara Rusia yang sudah berperang.
Lihat Juga: Misteri Rudal Hipersonik Oreshnik Rusia Gempur Ukraina, Dikira Rudal Balistik Antarbenua
(mas)
tulis komentar anda