Kapal Perang AS Lintasi Selat Taiwan usai Latihan Perang China Kepung Taipei 3 Hari
Senin, 17 April 2023 - 10:46 WIB
TAIPEI - Kapal perang USS Milius milik Armada ke-7 Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) berlayar melintsi Selat Taiwan pada hari Minggu. Itu terjadi setelah China mengakhiri latihan perang yang mengepung Taiwan selama tiga hari.
Angkatan Laut AS, pada Senin (17/4/2023), mengatakan kapal perangnya transit rutin di perairan yang diperbolehkan oleh hukum internasional.
China, yang memandang Taiwan sebagai bagian dari wilayah, secara resmi mengakhiri latihan tiga hari di sekitar Taiwan pekan lalu—di mana militer Beijing mempraktikkan serangan presisi dan memblokade pulau itu.
Latihan perang itu digelar untuk mengungkapkan kemarahan China atas pertemuan Presiden Taiwan Tsai Ing-wen dengan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS Kevin McCarthy. Beijing melihat pertemuan itu sebagai campur tangan dalam urusan internal China dan dukungan AS untuk identitas Taiwan yang terpisah dari China.
"Kapal perusak berpeluru kendali kelas Arleigh Burke, USS Milius, melakukan transit rutin Selat Taiwan melalui perairan di mana kebebasan navigasi dan penerbangan (di atas) laut lepas berlaku sesuai dengan hukum internasional," kata Armada ke-7 Angkatan Laut AS, seperti dikutip Reuters.
Transit kapal USS Milius, lanjut Armada ke-7, menunjukkan komitmen Amerika Serikat terhadap Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka.
Kapal perang AS melintasi Selat Taiwan sebulan sekali, dan juga secara teratur melakukan misi kebebasan navigasi serupa di Laut China Selatan yang disengketakan.
Pekan lalu, USS Milius berlayar di dekat salah satu pulau buatan dan paling penting yang dikuasai China di Laut China Selatan, Mischief Reef. Beijing mengecamnya sebagai aksi ilegal.
China melanjutkan aktivitas militernya di sekitar Taiwan sejak latihan perang di dekat Taiwan berakhir, meski dalam skala yang dikurangi.
Pada Senin pagi, Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan pihaknya telah melihat 18 pesawat militer dan empat kapal Angkatan Laut China beroperasi di sekitar Taiwan dalam periode 24 jam sebelumnya.
China telah berjanji tidak akan pernah meninggalkan penggunaan kekuatan untuk membawa Taiwan—pulau yang memerintah sendiri secara demokratis—di bawah kendalinya.
Pemerintah Taiwan menolak klaim teritorial China, dan mengatakan hanya penduduk pulau itu yang dapat menentukan masa depan mereka.
Angkatan Laut AS, pada Senin (17/4/2023), mengatakan kapal perangnya transit rutin di perairan yang diperbolehkan oleh hukum internasional.
China, yang memandang Taiwan sebagai bagian dari wilayah, secara resmi mengakhiri latihan tiga hari di sekitar Taiwan pekan lalu—di mana militer Beijing mempraktikkan serangan presisi dan memblokade pulau itu.
Latihan perang itu digelar untuk mengungkapkan kemarahan China atas pertemuan Presiden Taiwan Tsai Ing-wen dengan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS Kevin McCarthy. Beijing melihat pertemuan itu sebagai campur tangan dalam urusan internal China dan dukungan AS untuk identitas Taiwan yang terpisah dari China.
"Kapal perusak berpeluru kendali kelas Arleigh Burke, USS Milius, melakukan transit rutin Selat Taiwan melalui perairan di mana kebebasan navigasi dan penerbangan (di atas) laut lepas berlaku sesuai dengan hukum internasional," kata Armada ke-7 Angkatan Laut AS, seperti dikutip Reuters.
Transit kapal USS Milius, lanjut Armada ke-7, menunjukkan komitmen Amerika Serikat terhadap Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka.
Kapal perang AS melintasi Selat Taiwan sebulan sekali, dan juga secara teratur melakukan misi kebebasan navigasi serupa di Laut China Selatan yang disengketakan.
Pekan lalu, USS Milius berlayar di dekat salah satu pulau buatan dan paling penting yang dikuasai China di Laut China Selatan, Mischief Reef. Beijing mengecamnya sebagai aksi ilegal.
China melanjutkan aktivitas militernya di sekitar Taiwan sejak latihan perang di dekat Taiwan berakhir, meski dalam skala yang dikurangi.
Pada Senin pagi, Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan pihaknya telah melihat 18 pesawat militer dan empat kapal Angkatan Laut China beroperasi di sekitar Taiwan dalam periode 24 jam sebelumnya.
China telah berjanji tidak akan pernah meninggalkan penggunaan kekuatan untuk membawa Taiwan—pulau yang memerintah sendiri secara demokratis—di bawah kendalinya.
Pemerintah Taiwan menolak klaim teritorial China, dan mengatakan hanya penduduk pulau itu yang dapat menentukan masa depan mereka.
(mas)
tulis komentar anda