Rusia Peringatkan Tumpahan Senjata Ukraina Untungkan Aktor Jahat Dunia
Rabu, 12 April 2023 - 06:51 WIB
MOSKOW - Senjata-senjata yang dikirim ke Ukraina oleh para pendukung Baratnya seringkali berakhir dengan menguntungkan aktor jahat di seluruh dunia.
Peringatan itu diungkapkan Duta Besar Rusia untuk PBB, Vassily Nebenzia, pada Senin (10/4/2023).
Berbicara pada pertemuan Dewan Keamanan PBB tentang risiko yang terkait dengan ekspor senjata, utusan Moskow mengklaim sementara negara-negara Barat mencoba mempromosikan "perilaku yang bertanggung jawab" atas perdagangan senjata, konflik Ukraina membuktikan "betapa tidak tulusnya klaim mereka" tentang masalah tersebut sebenarnya.
Nebenzia ingat Rusia telah “lama menekankan memompa rezim Kiev dengan senjata akan membawa senjata itu ke pasar gelap dan juga ke tangan kejahatan terorganisir dan teroris.”
Dia mengatakan itu “dapat dikonfirmasi oleh fakta,” mencatat lembaga penegak hukum di seluruh Eropa telah mengamati senjata tersebut mulai muncul di berbagai negara.
“Senjata semacam itu juga menyebar ke seluruh dunia, khususnya, (mereka menemukan) jalan mereka ke militan di Afrika. Kami semua mendengar para pemimpin Afrika mengatakan demikian,” ujar dia.
November lalu, Presiden Nigeria Muhammadu Buhari mengatakan, “Senjata yang digunakan untuk perang di Ukraina dan Rusia sama-sama mulai menyebar ke wilayah Sahel di Afrika Utara dan Wilayah Danau Chad,” tempat mereka mendukung teroris lokal.
Pada musim gugur 2022, alarm serupa dibunyikan penegak hukum Finlandia. Christer Ahlgren, pejabat polisi senior, mengatakan pada saat itu senjata yang awalnya dikirim ke Ukraina, termasuk senapan serbu, granat, dan drone tempur, telah ditemukan di beberapa negara Eropa, seperti Swedia, Denmark, Belanda, dan Finlandia sendiri.
Awal bulan ini, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan sekutu Barat Ukraina telah mengirim bantuan militer ke Kiev senilai 65 miliar euro (USD71 miliar).
Rusia telah berulang kali memperingatkan tindakan seperti itu membuat Barat menjadi peserta langsung dalam konflik tersebut.
Selain itu, pada Februari, Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan bantuan keamanan NATO ke Kiev membuat blok tersebut menjadi kaki tangan “kejahatan yang dilakukan rezim Kiev,” yang katanya secara konsisten menargetkan warga sipil dengan serangan artileri dan rudal.
Peringatan itu diungkapkan Duta Besar Rusia untuk PBB, Vassily Nebenzia, pada Senin (10/4/2023).
Berbicara pada pertemuan Dewan Keamanan PBB tentang risiko yang terkait dengan ekspor senjata, utusan Moskow mengklaim sementara negara-negara Barat mencoba mempromosikan "perilaku yang bertanggung jawab" atas perdagangan senjata, konflik Ukraina membuktikan "betapa tidak tulusnya klaim mereka" tentang masalah tersebut sebenarnya.
Nebenzia ingat Rusia telah “lama menekankan memompa rezim Kiev dengan senjata akan membawa senjata itu ke pasar gelap dan juga ke tangan kejahatan terorganisir dan teroris.”
Dia mengatakan itu “dapat dikonfirmasi oleh fakta,” mencatat lembaga penegak hukum di seluruh Eropa telah mengamati senjata tersebut mulai muncul di berbagai negara.
“Senjata semacam itu juga menyebar ke seluruh dunia, khususnya, (mereka menemukan) jalan mereka ke militan di Afrika. Kami semua mendengar para pemimpin Afrika mengatakan demikian,” ujar dia.
November lalu, Presiden Nigeria Muhammadu Buhari mengatakan, “Senjata yang digunakan untuk perang di Ukraina dan Rusia sama-sama mulai menyebar ke wilayah Sahel di Afrika Utara dan Wilayah Danau Chad,” tempat mereka mendukung teroris lokal.
Pada musim gugur 2022, alarm serupa dibunyikan penegak hukum Finlandia. Christer Ahlgren, pejabat polisi senior, mengatakan pada saat itu senjata yang awalnya dikirim ke Ukraina, termasuk senapan serbu, granat, dan drone tempur, telah ditemukan di beberapa negara Eropa, seperti Swedia, Denmark, Belanda, dan Finlandia sendiri.
Awal bulan ini, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan sekutu Barat Ukraina telah mengirim bantuan militer ke Kiev senilai 65 miliar euro (USD71 miliar).
Rusia telah berulang kali memperingatkan tindakan seperti itu membuat Barat menjadi peserta langsung dalam konflik tersebut.
Selain itu, pada Februari, Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan bantuan keamanan NATO ke Kiev membuat blok tersebut menjadi kaki tangan “kejahatan yang dilakukan rezim Kiev,” yang katanya secara konsisten menargetkan warga sipil dengan serangan artileri dan rudal.
(sya)
tulis komentar anda