Eks Pejabat CIA Prediksi Putin Bakal Seperti Mayat Berjalan karena Disingkirkan Jenderalnya
Selasa, 04 April 2023 - 14:09 WIB
"Jika para jenderal Putin yang tidak puas melawannya, dia akan menjadi 'mayat yang berjalan'," paparnya.
“Dia tidak akan selamat dari itu. Saya pikir Putin lebih mungkin tersingkir daripada kekalahan militer,” katanya.
Pembaruan dari Kementerian Pertahanan Inggris pada hari Minggu menyatakan bahwa sejak Februari 2022, Rusia telah menderita sekitar 200.000 korban di Ukraina—jumlah yang mencakup tentara yang tewas dan terluka.
Perkiraan terbaru Ukraina lebih tinggi, di mana Kementerian Pertahanan-nya menempatkan jumlah personel Rusia yang “dihilangkan” lebih dari 175.000 orang.
Pada awal perang Putin berharap dapat menaklukkan Ukraina dalam waktu tiga hari. Lebih dari 13 bulan kemudian, pasukannya terjebak dalam "rawa berdarah", bertempur dari jalan ke jalan untuk menguasai kota-kota kecil di timur Ukraina.
Jika analisa Olson benar, nasib Putin terkait erat dengan hasil perang, yang pada akhirnya bisa menjadi kehancurannya.
“Saya percaya ada arus bawah yang kuat menentang Putin di militer, di dinas intelijen, di antara para oligarki,” katanya.
Olson meramalkan bahwa beberapa orang Rusia yang patriotik akan memutuskan bahwa mereka perlu melenyapkan Putin untuk menghentikan perang gesekan.
“Putin berdarah Rusia dan dia tidak bisa melakukan itu selamanya,” kata mantan kepala kontraintelijen CIA itu.
Olson juga memperingatkan bahwa jika Putin terus memegang kekuasaan lebih lama lagi, ada risiko nyata bahwa perang akan meluas ke luar perbatasan Ukraina dan menelan negara tetangga Moldova, yang secara luas diyakini berada di garis bidik Rusia.
“Dia tidak akan selamat dari itu. Saya pikir Putin lebih mungkin tersingkir daripada kekalahan militer,” katanya.
Pembaruan dari Kementerian Pertahanan Inggris pada hari Minggu menyatakan bahwa sejak Februari 2022, Rusia telah menderita sekitar 200.000 korban di Ukraina—jumlah yang mencakup tentara yang tewas dan terluka.
Perkiraan terbaru Ukraina lebih tinggi, di mana Kementerian Pertahanan-nya menempatkan jumlah personel Rusia yang “dihilangkan” lebih dari 175.000 orang.
Pada awal perang Putin berharap dapat menaklukkan Ukraina dalam waktu tiga hari. Lebih dari 13 bulan kemudian, pasukannya terjebak dalam "rawa berdarah", bertempur dari jalan ke jalan untuk menguasai kota-kota kecil di timur Ukraina.
Jika analisa Olson benar, nasib Putin terkait erat dengan hasil perang, yang pada akhirnya bisa menjadi kehancurannya.
“Saya percaya ada arus bawah yang kuat menentang Putin di militer, di dinas intelijen, di antara para oligarki,” katanya.
Olson meramalkan bahwa beberapa orang Rusia yang patriotik akan memutuskan bahwa mereka perlu melenyapkan Putin untuk menghentikan perang gesekan.
“Putin berdarah Rusia dan dia tidak bisa melakukan itu selamanya,” kata mantan kepala kontraintelijen CIA itu.
Olson juga memperingatkan bahwa jika Putin terus memegang kekuasaan lebih lama lagi, ada risiko nyata bahwa perang akan meluas ke luar perbatasan Ukraina dan menelan negara tetangga Moldova, yang secara luas diyakini berada di garis bidik Rusia.
tulis komentar anda