Seymour Hersh: Joe Biden Perintahkan Sabotase Pipa Nord Stream
Sabtu, 25 Maret 2023 - 20:03 WIB
WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden memerintahkan sabotase pipa Nord Stream karena dia tidak senang dengan tingkat dukungan yang diberikan oleh Kanselir Jerman Olaf Scholz ke Ukraina dalam konfliknya dengan Rusia. Demikian klaim terbaru jurnalis investigasi senior AS, Seymour Hersh.
Hersh pertama kali menuduh Washington menghancurkan jalur energi utama Eropa dalam sebuah artikel yang dirilis pada bulan Februari lalu. Sejak itu, ia pun terus melemparkan tuduhan termasuk dalam sebuah wawancara dengan surat kabar China Daily yang diterbitkan pada hari Jumat.
“Presiden (AS) takut Kanselir Scholz tidak ingin menempatkan lebih banyak senjata dan lebih banyak persenjataan (untuk maju ke Kiev). Itu saja. Saya tidak tahu apakah itu kemarahan atau hukuman, tetapi efek bersihnya adalah terputusnya sumber daya utama melalui Eropa Barat,” klaim Hersh seperti dikutip dari RT, Sabtu (25/3/2023).
Terlepas dari upaya AS untuk menyangkal keterlibatannya dalam serangan Nord Stream, Eropa sedang dalam krisis sekarang dan Biden akan menerima banyak kritik atas apa yang dia lakukan dalam beberapa bulan mendatang, jurnalis itu beragumen.
Pemenang Hadiah Pulitzer itu menuduh bahwa orang-orang yang awalnya diminta untuk melakukan pekerjaan penghancuran pipa dihubungi oleh Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan menjelang akhir tahun 2021.
"Tujuan awal peledakan Nord Stream 1 dan 2 adalah untuk memberi presiden (AS) opsi untuk mengatakan kepada Presiden (Rusia) Putin, 'Jika Anda berperang (di Ukraina), kami akan menghancurkan saluran pipa,'” klaim Hersh.
Pipa Nord Stream dibangun untuk mengirimkan gas Rusia ke Eropa melalui Jerman.
"Biden sendiri secara terbuka mengonfirmasi sikap itu, tetapi sayangnya, orang-orang di pers Barat sepertinya sudah lupa," kata jurnalis itu.
Kurang dari tiga minggu sebelum peluncuran operasi militer Moskow di Ukraina, Biden memperingatkan selama konferensi pers pada 7 Februari bahwa jika Rusia menginvasi tidak akan ada lagi Nord Stream 2.
"Kami akan mengakhirinya," ancam Biden saat itu.
Menurut Hersh, pemimpin AS memutuskan untuk memerintahkan peledakan ranjau di dasar Laut Baltik September lalu karena konflik tidak berjalan baik di Ukraina dari sudut pandang AS. Ada "paling-paling jalan buntu" selama periode itu, dalam apa yang digambarkan Hersh sebagai "perang Amerika yang sangat ingin didukung oleh Presiden Biden".
Hersh pertama kali menuduh Washington menghancurkan jalur energi utama Eropa dalam sebuah artikel yang dirilis pada bulan Februari lalu. Sejak itu, ia pun terus melemparkan tuduhan termasuk dalam sebuah wawancara dengan surat kabar China Daily yang diterbitkan pada hari Jumat.
“Presiden (AS) takut Kanselir Scholz tidak ingin menempatkan lebih banyak senjata dan lebih banyak persenjataan (untuk maju ke Kiev). Itu saja. Saya tidak tahu apakah itu kemarahan atau hukuman, tetapi efek bersihnya adalah terputusnya sumber daya utama melalui Eropa Barat,” klaim Hersh seperti dikutip dari RT, Sabtu (25/3/2023).
Terlepas dari upaya AS untuk menyangkal keterlibatannya dalam serangan Nord Stream, Eropa sedang dalam krisis sekarang dan Biden akan menerima banyak kritik atas apa yang dia lakukan dalam beberapa bulan mendatang, jurnalis itu beragumen.
Pemenang Hadiah Pulitzer itu menuduh bahwa orang-orang yang awalnya diminta untuk melakukan pekerjaan penghancuran pipa dihubungi oleh Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan menjelang akhir tahun 2021.
"Tujuan awal peledakan Nord Stream 1 dan 2 adalah untuk memberi presiden (AS) opsi untuk mengatakan kepada Presiden (Rusia) Putin, 'Jika Anda berperang (di Ukraina), kami akan menghancurkan saluran pipa,'” klaim Hersh.
Pipa Nord Stream dibangun untuk mengirimkan gas Rusia ke Eropa melalui Jerman.
"Biden sendiri secara terbuka mengonfirmasi sikap itu, tetapi sayangnya, orang-orang di pers Barat sepertinya sudah lupa," kata jurnalis itu.
Kurang dari tiga minggu sebelum peluncuran operasi militer Moskow di Ukraina, Biden memperingatkan selama konferensi pers pada 7 Februari bahwa jika Rusia menginvasi tidak akan ada lagi Nord Stream 2.
"Kami akan mengakhirinya," ancam Biden saat itu.
Menurut Hersh, pemimpin AS memutuskan untuk memerintahkan peledakan ranjau di dasar Laut Baltik September lalu karena konflik tidak berjalan baik di Ukraina dari sudut pandang AS. Ada "paling-paling jalan buntu" selama periode itu, dalam apa yang digambarkan Hersh sebagai "perang Amerika yang sangat ingin didukung oleh Presiden Biden".
(ian)
Lihat Juga :
tulis komentar anda