AS Sangkal Kapal Perangnya Diusir China di Laut China Selatan
Kamis, 23 Maret 2023 - 23:28 WIB
WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) membantah klaim China bahwa militernya telah mengusir kapal perusak berpeluru kendali Amerika dari operasi di sekitar pulau-pulau yang disengketakan di Laut China Selatan (LCS). Itu terjadi ketika ketegangan meningkat di kawasan antara kedua kekuatan tersebut.
Armada ke-7 Angkatan Laut AS mengatakan bahwa pernyataan dari Komando Teater Selatan China bahwa mereka telah memaksa USS Milius menjauh dari perairan di sekitar Kepulauan Paracel – disebut Xisha oleh China – adalah “salah.”
“USS Milius sedang melakukan operasi rutin di Laut China Selatan dan tidak diusir,” kata Lt. j.g. Luka Bakic menanggapi pertanyaan dari The Associated Press, Kamis (23/3/2023).
“Amerika Serikat akan terus terbang, berlayar, dan beroperasi di mana pun hukum internasional mengizinkan,” tambah Bakic.
Bakic tidak mengomentari apakah kapal itu telah beroperasi di dekat Kepulauan Paracel, yang berada di Laut Cina Selatan beberapa ratus kilometer lepas pantai Vietnam dan provinsi China Hainan, atau apakah telah terjadi konfrontasi apapun.
China menduduki Kepulauan Paracel, tetapi juga diklaim oleh Taiwan dan Vietnam.
Juru bicara Komando Teater Selatan China, Kolonel Tian Junli, mengatakan sebelumnya bahwa angkatan laut China telah mengikuti dan memantau USS Milius setelah kapal itu secara ilegal memasuki perairan teritorial Xisha China tanpa persetujuan dari pemerintah China, merusak perdamaian dan stabilitas di Laut China Selatan.
Dia mengatakan bahwa angkatan laut dan angkatan udara China kemudian mengusir kapal perang AS sesuai dengan hukum.
“Pasukan teater akan mempertahankan keadaan siaga tinggi setiap saat dan mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk secara tegas menjaga kedaulatan nasional, keamanan serta perdamaian dan stabilitas di Laut China Selatan,” katanya.
Insiden itu terjadi di tengah meningkatnya ketegangan antara China dan AS di kawasan itu, ketika Washington menolak sikap Beijing yang semakin tegas di Laut China Selatan dan di tempat lain.
Menyusul insiden dengan USS Milius, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin mengatakan kepada wartawan di Beijing bahwa AS harus segera menghentikan pelanggaran dan provokasi semacam itu.
“China akan terus mengambil semua langkah yang diperlukan untuk menjaga kedaulatan dan keamanan nasional serta menjaga perdamaian dan stabilitas di Laut China Selatan,” katanya.
China mengklaim kepemilikan atas hampir seluruh jalur air strategis, di mana transit perdagangan global yang melaluinya menghasilkan sekitar USD5 triliun setiap tahun dan yang menyimpan stok ikan serta sumber daya mineral bawah laut yang sangat berharga.
Filipina, Brunei, Malaysia, Vietnam, dan Taiwan juga memiliki klaim yang bersaing.
AS sendiri tidak memiliki klaim atas perairan tersebut, tetapi telah mengerahkan aset Angkatan Laut dan Angkatan Udara untuk berpatroli di perairan tersebut selama beberapa dekade dan mengatakan kebebasan navigasi serta penerbangan adalah untuk kepentingan nasional Amerika.
China sering merespons dengan marah, menuduh AS mencampuri urusan Asia dan menuntutnya meninggalkan wilayah di mana ia telah memiliki kehadiran angkatan laut selama lebih dari satu abad.
Armada ke-7 Angkatan Laut AS mengatakan bahwa pernyataan dari Komando Teater Selatan China bahwa mereka telah memaksa USS Milius menjauh dari perairan di sekitar Kepulauan Paracel – disebut Xisha oleh China – adalah “salah.”
“USS Milius sedang melakukan operasi rutin di Laut China Selatan dan tidak diusir,” kata Lt. j.g. Luka Bakic menanggapi pertanyaan dari The Associated Press, Kamis (23/3/2023).
“Amerika Serikat akan terus terbang, berlayar, dan beroperasi di mana pun hukum internasional mengizinkan,” tambah Bakic.
Bakic tidak mengomentari apakah kapal itu telah beroperasi di dekat Kepulauan Paracel, yang berada di Laut Cina Selatan beberapa ratus kilometer lepas pantai Vietnam dan provinsi China Hainan, atau apakah telah terjadi konfrontasi apapun.
China menduduki Kepulauan Paracel, tetapi juga diklaim oleh Taiwan dan Vietnam.
Juru bicara Komando Teater Selatan China, Kolonel Tian Junli, mengatakan sebelumnya bahwa angkatan laut China telah mengikuti dan memantau USS Milius setelah kapal itu secara ilegal memasuki perairan teritorial Xisha China tanpa persetujuan dari pemerintah China, merusak perdamaian dan stabilitas di Laut China Selatan.
Dia mengatakan bahwa angkatan laut dan angkatan udara China kemudian mengusir kapal perang AS sesuai dengan hukum.
“Pasukan teater akan mempertahankan keadaan siaga tinggi setiap saat dan mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk secara tegas menjaga kedaulatan nasional, keamanan serta perdamaian dan stabilitas di Laut China Selatan,” katanya.
Baca Juga
Insiden itu terjadi di tengah meningkatnya ketegangan antara China dan AS di kawasan itu, ketika Washington menolak sikap Beijing yang semakin tegas di Laut China Selatan dan di tempat lain.
Menyusul insiden dengan USS Milius, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin mengatakan kepada wartawan di Beijing bahwa AS harus segera menghentikan pelanggaran dan provokasi semacam itu.
“China akan terus mengambil semua langkah yang diperlukan untuk menjaga kedaulatan dan keamanan nasional serta menjaga perdamaian dan stabilitas di Laut China Selatan,” katanya.
China mengklaim kepemilikan atas hampir seluruh jalur air strategis, di mana transit perdagangan global yang melaluinya menghasilkan sekitar USD5 triliun setiap tahun dan yang menyimpan stok ikan serta sumber daya mineral bawah laut yang sangat berharga.
Filipina, Brunei, Malaysia, Vietnam, dan Taiwan juga memiliki klaim yang bersaing.
AS sendiri tidak memiliki klaim atas perairan tersebut, tetapi telah mengerahkan aset Angkatan Laut dan Angkatan Udara untuk berpatroli di perairan tersebut selama beberapa dekade dan mengatakan kebebasan navigasi serta penerbangan adalah untuk kepentingan nasional Amerika.
China sering merespons dengan marah, menuduh AS mencampuri urusan Asia dan menuntutnya meninggalkan wilayah di mana ia telah memiliki kehadiran angkatan laut selama lebih dari satu abad.
(ian)
Lihat Juga :
tulis komentar anda