Anggota NATO Harus Persenjatai Ukraina untuk Jangka Panjang
Kamis, 23 Maret 2023 - 18:58 WIB
Stoltenberg juga mengkritik upaya Beijing menengahi konflik dan menengahi perjanjian damai. China, menurutnya, perlu “memahami perspektif Ukraina” dan “berhubungan langsung dengan Presiden (Volodymyr) Zelenskiy.”
Hubungan China-Ukraina dilaporkan mengalami pukulan serius setelah pemerintah Zelensky memblokir pembelian raksasa kedirgantaraan Ukraina Motor Sich oleh perusahaan China.
Kesepakatan itu secara efektif dihentikan pada Januari 2021, ketika Kiev memberlakukan sanksi terhadap pengusaha China di belakang mereka, yang melarang transfer aset.
Awal pekan ini, Kanselir Jerman Olaf Scholz mengeluarkan peringatan serupa tentang konflik Rusia-Ukraina, dengan mengatakan kekuatan Barat harus “mempersiapkan diri agar konflik itu bisa bertahan lama.”
Mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev juga mengatakan dia memperkirakan konflik yang berlarut-larut.
Membahas konfrontasi antara negara-negara Barat dan Rusia, dia mengatakan, "Tahun-tahun, bahkan dekade mendatang tidak akan tenang."
Tapi tidak seperti Stoltenberg, Medvedev menyalahkan negara-negara Barat atas permusuhan tersebut.
"Dunia Anglosaxon tidak dapat mentolerir Rusia yang berdaulat yang kebijakannya tidak dapat lagi dipengaruhi seperti pada tahun 1990-an,” ujar dia dalam wawancara yang dirilis pada Rabu.
Dia mengklaim tujuan Barat adalah memecah Rusia menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, yang kemudian dapat didemiliterisasi dan dieksploitasi.
“Beberapa dari mereka bahkan dapat bergabung dengan NATO, terutama jika mereka setuju untuk berbagi kekayaan alam kita,” ujar Medvedev.
Hubungan China-Ukraina dilaporkan mengalami pukulan serius setelah pemerintah Zelensky memblokir pembelian raksasa kedirgantaraan Ukraina Motor Sich oleh perusahaan China.
Kesepakatan itu secara efektif dihentikan pada Januari 2021, ketika Kiev memberlakukan sanksi terhadap pengusaha China di belakang mereka, yang melarang transfer aset.
Awal pekan ini, Kanselir Jerman Olaf Scholz mengeluarkan peringatan serupa tentang konflik Rusia-Ukraina, dengan mengatakan kekuatan Barat harus “mempersiapkan diri agar konflik itu bisa bertahan lama.”
Mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev juga mengatakan dia memperkirakan konflik yang berlarut-larut.
Membahas konfrontasi antara negara-negara Barat dan Rusia, dia mengatakan, "Tahun-tahun, bahkan dekade mendatang tidak akan tenang."
Tapi tidak seperti Stoltenberg, Medvedev menyalahkan negara-negara Barat atas permusuhan tersebut.
"Dunia Anglosaxon tidak dapat mentolerir Rusia yang berdaulat yang kebijakannya tidak dapat lagi dipengaruhi seperti pada tahun 1990-an,” ujar dia dalam wawancara yang dirilis pada Rabu.
Dia mengklaim tujuan Barat adalah memecah Rusia menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, yang kemudian dapat didemiliterisasi dan dieksploitasi.
“Beberapa dari mereka bahkan dapat bergabung dengan NATO, terutama jika mereka setuju untuk berbagi kekayaan alam kita,” ujar Medvedev.
Lihat Juga :
tulis komentar anda