Hendak Bakar Al-Quran Lagi, Rasmus Paludan Disebut Berbahaya dan Dilarang ke Inggris
Selasa, 21 Maret 2023 - 15:03 WIB
Paludan diberi hukuman penjara yang ditangguhkan karena rasisme pada tahun 2019.
Sebagai tanggapan atas hal itu, Tugendhat mengatakan Paludan telah ditambahkan ke daftar pantauan Inggris dan tidak akan diizinkan masuk ke negara itu.
Dalam beberapa tahun terakhir, Rasmus Paludan menimbulkan kegemparan di Denmark dan Swedia dengan demonstrasi anti-Islam provokatifnya yang berakhir dengan perkelahian, upaya pembunuhan, dan kerusuhan massal, menyebabkan kerugian jutaan kroner.
Pada bulan Januari, dia membakar Al-Qur'an di depan kedutaan besar Turki di Stockholm, yang menyebabkan pertikaian diplomatik antara Swedia dan Turki dan mendorong Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengumumkan dia tidak akan mendukung tawaran keanggotaan NATO Swedia.
Sementara Paludan sendiri berjanji membakar salinan Al-quran setiap pekan sampai Swedia diterima di NATO sebagai "pelajaran dalam kebebasan berbicara" untuk Erdogan, dia kemudian ditolak izinnya untuk berdemonstrasi oleh polisi Swedia.
Polisi Swedia mengaku membatasi kebebasan berbicara nya dengan mengutip risiko meningkatnya ancaman teroris.
Larangan tersebut memicu perdebatan sengit di masyarakat Swedia dan lingkaran politik, menyoroti teka-teki bangsa antara komitmen kebanggaannya terhadap kebebasan berbicara dan pencapaian tujuan politik praktis.
Larangan pembakaran Al-quran muncul setelah protes besar-besaran di dunia Muslim, dengan bendera Swedia dibakar di beberapa tempat sebagai protes.
Di dalam negeri, Swedia dilanda serangkaian serangan peretasan dan gangguan yang menargetkan sejumlah besar organisasi mulai dari universitas terkemuka, rumah sakit, dan kantor administrasi regional hingga penyiar nasional SVT.
Namun demikian, pendukung kebebasan berbicara gusar dengan larangan tersebut. Antara lain, tokoh Demokrat Swedia Richard Jomshof meminta Swedia membakar "seratus lebih Al-quran" jika perlu.
Sebagai tanggapan atas hal itu, Tugendhat mengatakan Paludan telah ditambahkan ke daftar pantauan Inggris dan tidak akan diizinkan masuk ke negara itu.
Dalam beberapa tahun terakhir, Rasmus Paludan menimbulkan kegemparan di Denmark dan Swedia dengan demonstrasi anti-Islam provokatifnya yang berakhir dengan perkelahian, upaya pembunuhan, dan kerusuhan massal, menyebabkan kerugian jutaan kroner.
Pada bulan Januari, dia membakar Al-Qur'an di depan kedutaan besar Turki di Stockholm, yang menyebabkan pertikaian diplomatik antara Swedia dan Turki dan mendorong Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengumumkan dia tidak akan mendukung tawaran keanggotaan NATO Swedia.
Sementara Paludan sendiri berjanji membakar salinan Al-quran setiap pekan sampai Swedia diterima di NATO sebagai "pelajaran dalam kebebasan berbicara" untuk Erdogan, dia kemudian ditolak izinnya untuk berdemonstrasi oleh polisi Swedia.
Polisi Swedia mengaku membatasi kebebasan berbicara nya dengan mengutip risiko meningkatnya ancaman teroris.
Larangan tersebut memicu perdebatan sengit di masyarakat Swedia dan lingkaran politik, menyoroti teka-teki bangsa antara komitmen kebanggaannya terhadap kebebasan berbicara dan pencapaian tujuan politik praktis.
Larangan pembakaran Al-quran muncul setelah protes besar-besaran di dunia Muslim, dengan bendera Swedia dibakar di beberapa tempat sebagai protes.
Di dalam negeri, Swedia dilanda serangkaian serangan peretasan dan gangguan yang menargetkan sejumlah besar organisasi mulai dari universitas terkemuka, rumah sakit, dan kantor administrasi regional hingga penyiar nasional SVT.
Namun demikian, pendukung kebebasan berbicara gusar dengan larangan tersebut. Antara lain, tokoh Demokrat Swedia Richard Jomshof meminta Swedia membakar "seratus lebih Al-quran" jika perlu.
Lihat Juga :
tulis komentar anda