Ancaman Rudal Rusia ke AS Telah Berevolusi
Sabtu, 11 Maret 2023 - 17:53 WIB
WASHINGTON - Ancaman rudal Rusia ke Amerika Serikat (AS) telah berkembang secara drastis sejak akhir Perang Dingin. Hal itu diungkapkan kepala Institut Studi Maritim Rusia (RMSI).
Direktur pendiri RMSI dan seorang profesor di US Naval War College, Michael Petersen, membuat perbandingan antara jenis penyebaran kapal selam Rusia yang terlihat sekarang dan beberapa dekade yang lalu selama Perang Dingin.
Angkatan Laut Rusia telah mengalami perombakan besar-besaran dan dorongan modernisasi sejak runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991 ketika terpaksa meninggalkan banyak kapal baru. Menurut lebaga nirlaba Inisiatif Ancaman Nuklir, Rusia memimpin salah satu armada kapal selam terbesar di dunia dengan perkiraan 58 kapal, termasuk 11 kapal selam rudal balistik bertenaga nuklir, yang dianggap integral untuk pencegah strategisnya.
"Ancaman terhadap AS kini telah bergeser dari ancaman rudal balistik menjadi ancaman rudal jelajah," kata Petersen seperti dikutip dari Newsweek, Sabtu (11/3/2023).
Dia mencatat bahwa selama periode Perang Dingin, dimulai pada 1960-an dan hingga pertengahan hingga akhir 1980-an, Uni Soviet secara teratur mengirimkan kapal selam rudal balistik bertenaga nuklir untuk berpatroli di lepas pantai timur dan barat Amerika Serikat. Lokasi patroli tersebut kemudian bergeser seiring waktu seiring dengan peningkatan teknologi peperangan bawah laut, dan seiring dengan peningkatan teknologi kapal selam.
"Bergerak maju ke hari ini, apa yang sama? Dan apa yang berbeda? Saya akan mulai dengan perbedaannya," dia memulai.
“Jadi perbedaannya hari ini adalah bahwa Rusia saat ini, sejauh yang saya ketahui, tidak menyebarkan kapal selam rudal balistik di lepas pantai Amerika Serikat. Itu adalah pergeseran, dan itu merupakan cerminan dari peningkatan teknologi,” urainya.
Petersen mengatakan bahwa pada akhir Perang Dingin, sebagian besar kapal selam rudal balistik ditempatkan di benteng pertahanan di Laut Barents dan di tempat lain di Kutub Utara.
Direktur pendiri RMSI dan seorang profesor di US Naval War College, Michael Petersen, membuat perbandingan antara jenis penyebaran kapal selam Rusia yang terlihat sekarang dan beberapa dekade yang lalu selama Perang Dingin.
Angkatan Laut Rusia telah mengalami perombakan besar-besaran dan dorongan modernisasi sejak runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991 ketika terpaksa meninggalkan banyak kapal baru. Menurut lebaga nirlaba Inisiatif Ancaman Nuklir, Rusia memimpin salah satu armada kapal selam terbesar di dunia dengan perkiraan 58 kapal, termasuk 11 kapal selam rudal balistik bertenaga nuklir, yang dianggap integral untuk pencegah strategisnya.
"Ancaman terhadap AS kini telah bergeser dari ancaman rudal balistik menjadi ancaman rudal jelajah," kata Petersen seperti dikutip dari Newsweek, Sabtu (11/3/2023).
Dia mencatat bahwa selama periode Perang Dingin, dimulai pada 1960-an dan hingga pertengahan hingga akhir 1980-an, Uni Soviet secara teratur mengirimkan kapal selam rudal balistik bertenaga nuklir untuk berpatroli di lepas pantai timur dan barat Amerika Serikat. Lokasi patroli tersebut kemudian bergeser seiring waktu seiring dengan peningkatan teknologi peperangan bawah laut, dan seiring dengan peningkatan teknologi kapal selam.
"Bergerak maju ke hari ini, apa yang sama? Dan apa yang berbeda? Saya akan mulai dengan perbedaannya," dia memulai.
“Jadi perbedaannya hari ini adalah bahwa Rusia saat ini, sejauh yang saya ketahui, tidak menyebarkan kapal selam rudal balistik di lepas pantai Amerika Serikat. Itu adalah pergeseran, dan itu merupakan cerminan dari peningkatan teknologi,” urainya.
Petersen mengatakan bahwa pada akhir Perang Dingin, sebagian besar kapal selam rudal balistik ditempatkan di benteng pertahanan di Laut Barents dan di tempat lain di Kutub Utara.
tulis komentar anda