China Diduga Ingin Sensor Penelitian Asal-usul COVID-19
Selasa, 14 April 2020 - 11:09 WIB
BEIJING - Setidaknya dua universitas China menerbitkan dan kemudian menghapus pemberitahuan tentang aturan sensor baru yang dapat "memadamkan" penelitian tentang asal-usul pandemi virus corona baru (COVID-19).
Riset tentang COVID-19 bisa memicu kritik terhadap pemerintah China, yang jumlah kasus infeksi resminya di diduga di bawah dari angka yang sebenarnya. Negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat (AS), sudah lama curiga bahwa Beijing menyembunyikan data yang sebenarnya sehingga menghalangi persiapan global dalam menghadapi pandemi.
Kebijakan tentang aturan penelitian asal-usul virus itu pertama kali dilaporkan oleh The Guardian, Sabtu pekan lalu.
Pemberitahuan tentang aturan sensor penelitian tertanggal 5 April di-posting oleh China University of Geosciences di Wuhan. Pemberitahuan itu menyatakan komite akademik universitas akan meninjau penelitian tentang asal-usul virus dengan penekanan pada memeriksa keakuratan tesis, serta apakah itu cocok untuk dipublikasikan sebelum menyerahkannya ke pihak berwenang untuk ditinjau.
"Ketika cek telah selesai, sekolah harus melaporkan ke Kementerian Sains dan Teknologi (MOST), dan itu hanya akan diterbitkan setelah diperiksa juga oleh MOST," bunyi pemberitahuan tersebut.
Kemudian pemberitahuan tertanggal 9 April yang di-posting oleh Universitas Fudan di Shanghai mengatakan bahwa menurut Dewan Negara pemerintah pusat; "Makalah terkait dengan pelacakan virus harus dikelola secara ketat". Memo itu menguraikan langkah-langkah ulasan yang serupa.
Pemberitahuan yang diunggah oleh Universitas Fudan mengatakan Dewan Negara mengadopsi kebijakan baru pada 25 Maret, setelah virus melanda Eropa Barat dan Amerika Serikat, membuat ratusan ribu orang jatuh sakit dan memaksa sebagian besar bisnis tutup.
Seorang perwakilan dari sekolah yang berbasis di Shanghai mengatakan kepada CNN; "Ini tidak seharusnya dipublikasikan, itu adalah dokumen internal."
The Guardian melaporkan bahwa pihaknya menerima pemberitahuan itu, tetapi tidak dapat memvalidasi. Sebuah dokumen ketiga dari Renmin Hospital of Wuhan University juga mengatakan penelitian tentang asal-usul virus harus dikirim ke Beijing untuk disetujui sebelum dipublikasikan.
Riset tentang COVID-19 bisa memicu kritik terhadap pemerintah China, yang jumlah kasus infeksi resminya di diduga di bawah dari angka yang sebenarnya. Negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat (AS), sudah lama curiga bahwa Beijing menyembunyikan data yang sebenarnya sehingga menghalangi persiapan global dalam menghadapi pandemi.
Kebijakan tentang aturan penelitian asal-usul virus itu pertama kali dilaporkan oleh The Guardian, Sabtu pekan lalu.
Pemberitahuan tentang aturan sensor penelitian tertanggal 5 April di-posting oleh China University of Geosciences di Wuhan. Pemberitahuan itu menyatakan komite akademik universitas akan meninjau penelitian tentang asal-usul virus dengan penekanan pada memeriksa keakuratan tesis, serta apakah itu cocok untuk dipublikasikan sebelum menyerahkannya ke pihak berwenang untuk ditinjau.
"Ketika cek telah selesai, sekolah harus melaporkan ke Kementerian Sains dan Teknologi (MOST), dan itu hanya akan diterbitkan setelah diperiksa juga oleh MOST," bunyi pemberitahuan tersebut.
Kemudian pemberitahuan tertanggal 9 April yang di-posting oleh Universitas Fudan di Shanghai mengatakan bahwa menurut Dewan Negara pemerintah pusat; "Makalah terkait dengan pelacakan virus harus dikelola secara ketat". Memo itu menguraikan langkah-langkah ulasan yang serupa.
Pemberitahuan yang diunggah oleh Universitas Fudan mengatakan Dewan Negara mengadopsi kebijakan baru pada 25 Maret, setelah virus melanda Eropa Barat dan Amerika Serikat, membuat ratusan ribu orang jatuh sakit dan memaksa sebagian besar bisnis tutup.
Seorang perwakilan dari sekolah yang berbasis di Shanghai mengatakan kepada CNN; "Ini tidak seharusnya dipublikasikan, itu adalah dokumen internal."
The Guardian melaporkan bahwa pihaknya menerima pemberitahuan itu, tetapi tidak dapat memvalidasi. Sebuah dokumen ketiga dari Renmin Hospital of Wuhan University juga mengatakan penelitian tentang asal-usul virus harus dikirim ke Beijing untuk disetujui sebelum dipublikasikan.
Lihat Juga :
tulis komentar anda