Apakah BRICS Ancaman Bagi NATO?
Jum'at, 03 Februari 2023 - 20:15 WIB
JAKARTA - BRICS adalah akronim dari lima negara anggota forum bisnis internasional yang meliputi Brasil, Rusia, India, China serta Afrika Selatan. BRICS yang didirikan pada 2006 ini dibentuk dengan tujuan perekonomian global. Selain itu, BRICS juga mencoba bersikap adil dalam memberikan bantuan pembangunan.
Sementara, NATO (North Atlantic Treaty Organization atau Pakta Pertahanan Atlantik Utara), yang didirikan pada 4 April 1949 bertujuan menjamin keamanan negara anggota melalui militer dan politik. Lalu apakah BRICS menjadi ancaman bagi NATO?
Kerja sama menjadi salah satu kebutuhan alami di dunia. Melansir globaltimes.cn, BRICS menyerukan tata kelola ekonomi sambil menekankan bahwa tidak hanya kerja sama Selatan-Selatan, namun juga dialog antara Selatan dan Utara. BRICS menentang politik kekuasaan, hegemoni, dan hukum rimba. Mereka hanya ingin membawa keseimbangan dalam tatanan global.
Saat Barat membandingkan BRICS dengan G7 dan NATO, mereka menutup mata terhadap fakta G7 yang sudah lama menjadi forum negara-negara kaya serta mentalitas NATO. BRICS mengadvokasi win win solution untuk seluruh dunia, dtidak hanya untuk negara berkembang namun juga negara maju. Hal tersebut yang merupakan perbedaan antara BRICS dan blok Barat.
Dunia sedang mengalami transformasi ekonomi radikal dari singularitas, hegemoni Amerika Serikat ke dunia multipolar, di mana BRICS dapat menjadi pemain utama. Diketahui, China tidak seperti Amerika Serikat. China bersedia bekerja sama dengan pihak lain atas kesetaraan. Namun, Amerika Serikat hanya menentukan hasil. Apabila Rusia menegosiasikan pakta militer dengan BRICS, aliansi mereka akan mempunyai sebagian besar senjata nuklir dunia. Tiga anggota BRICS yaitu Rusia, China, India yang mempunyai kemampuan nuklir tentunya akan memiliki ratusan senjata yang siap digunakan apabila kelak bersatu secara militer.
Kabarnya, Presiden China Xi Jinping pernah meminta supaya pelaksanaan KTT BRICS diubah dari 4 Juli 2022 menjadi 23 Juni 2022. Hal tersebut supaya tidak terlihat sebagai tanggapan atas KTT G7. Selain itu, Iran dan Argentina yang mengajukan diri untuk menjadi anggota BRICS juga menggambarkan bahwa aliansi ekonomi tersebut dapat berubah menjadi entitas politik, bahkan geopolitik.
Sementara, NATO (North Atlantic Treaty Organization atau Pakta Pertahanan Atlantik Utara), yang didirikan pada 4 April 1949 bertujuan menjamin keamanan negara anggota melalui militer dan politik. Lalu apakah BRICS menjadi ancaman bagi NATO?
Kerja sama menjadi salah satu kebutuhan alami di dunia. Melansir globaltimes.cn, BRICS menyerukan tata kelola ekonomi sambil menekankan bahwa tidak hanya kerja sama Selatan-Selatan, namun juga dialog antara Selatan dan Utara. BRICS menentang politik kekuasaan, hegemoni, dan hukum rimba. Mereka hanya ingin membawa keseimbangan dalam tatanan global.
Saat Barat membandingkan BRICS dengan G7 dan NATO, mereka menutup mata terhadap fakta G7 yang sudah lama menjadi forum negara-negara kaya serta mentalitas NATO. BRICS mengadvokasi win win solution untuk seluruh dunia, dtidak hanya untuk negara berkembang namun juga negara maju. Hal tersebut yang merupakan perbedaan antara BRICS dan blok Barat.
Dunia sedang mengalami transformasi ekonomi radikal dari singularitas, hegemoni Amerika Serikat ke dunia multipolar, di mana BRICS dapat menjadi pemain utama. Diketahui, China tidak seperti Amerika Serikat. China bersedia bekerja sama dengan pihak lain atas kesetaraan. Namun, Amerika Serikat hanya menentukan hasil. Apabila Rusia menegosiasikan pakta militer dengan BRICS, aliansi mereka akan mempunyai sebagian besar senjata nuklir dunia. Tiga anggota BRICS yaitu Rusia, China, India yang mempunyai kemampuan nuklir tentunya akan memiliki ratusan senjata yang siap digunakan apabila kelak bersatu secara militer.
Kabarnya, Presiden China Xi Jinping pernah meminta supaya pelaksanaan KTT BRICS diubah dari 4 Juli 2022 menjadi 23 Juni 2022. Hal tersebut supaya tidak terlihat sebagai tanggapan atas KTT G7. Selain itu, Iran dan Argentina yang mengajukan diri untuk menjadi anggota BRICS juga menggambarkan bahwa aliansi ekonomi tersebut dapat berubah menjadi entitas politik, bahkan geopolitik.
(ian)
Lihat Juga :
tulis komentar anda