AS Kesulitan Lacak Ribuan Simpatisan ISIS di Wilayahnya
A
A
A
WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) terlalu rentan untuk memimpin koalisi dalam memerangi ISIS. Terlebih, ribuan simpatisan ISIS yang ada di AS sulit untuk dilacak.
Hal itu disampaikan senator AS, Ron Johnson. Pentagon pada pekan lalu sudah memerintahkan tentara AS untuk siaga di pangkalan militernya setelah FBI mengungkap ada ribuan orang dianggap telah jadi simpatisan ISIS karena terinspirasi kelompok itu melalui media sosial. (Baca: ISIS Tebar Ancaman, Pentagon Siaga)
Menurut Johnson serangan dalam kontes karikatur Nabi Muhammad di Texas yang diklaim didalangi ISIS telah memunculkan stigma bahwa kelompok Islamic of State Iraq and Syria (ISIS) telah menang. Dalam insiden di kontes karikatur itu, dua penyerang bersenjata ditembak mati tim SWAT setelah menyerang penjaga keamanan di lokasi kontes.
”Strategi terbaik AS adalah mengalahkan ISIS di Irak dan Suriah agar kenyataan yang disampaikan bahwa bahwa bukan kelompok ini yang menang, tapi itu adalah sebuah kelompok yang kalah,” ujarnya.
Menurut Johnson, pelacakan ribuan simpatisan ISIS di AS akan jadi tantangan, karena hal itu sulit dilakukan. ”Masalahnya adalah, apa yang Anda lakukan dengan (orang) yang belum atau tidak besalah? kata Johnson.
“Kami memiliki hukum, kita memiliki konstitusi, dan itu sangat sulit bagi aparat penegak hukum ketika Anda mungkin memiliki puluhan ribu simpatisan. Bagaimana Anda melacak mereka semua,” lanjut senator AS itu.
Johnson mengutip laporan yang diterbitkan bulan Maret 2015, yang menyebut ada 46 ribu hingga 90 ribu akun Twitter yang mendukung ISIS. ”Sekarang, Twitter mulai menutup (akun-akun itu),” ujar Johnson.
”Tapi hanya untuk mempertimbangkan mungkin 90 ribu orang tertarik dengan ideologi barbar ini. Jadi kita sudah mendapat tumpukan jerami yang sangat besar. Kami sedang mencari jarum di dalamnya,” lanjut dia, seperti dilansir CNN, Senin (11/5/2015).
Hal itu disampaikan senator AS, Ron Johnson. Pentagon pada pekan lalu sudah memerintahkan tentara AS untuk siaga di pangkalan militernya setelah FBI mengungkap ada ribuan orang dianggap telah jadi simpatisan ISIS karena terinspirasi kelompok itu melalui media sosial. (Baca: ISIS Tebar Ancaman, Pentagon Siaga)
Menurut Johnson serangan dalam kontes karikatur Nabi Muhammad di Texas yang diklaim didalangi ISIS telah memunculkan stigma bahwa kelompok Islamic of State Iraq and Syria (ISIS) telah menang. Dalam insiden di kontes karikatur itu, dua penyerang bersenjata ditembak mati tim SWAT setelah menyerang penjaga keamanan di lokasi kontes.
”Strategi terbaik AS adalah mengalahkan ISIS di Irak dan Suriah agar kenyataan yang disampaikan bahwa bahwa bukan kelompok ini yang menang, tapi itu adalah sebuah kelompok yang kalah,” ujarnya.
Menurut Johnson, pelacakan ribuan simpatisan ISIS di AS akan jadi tantangan, karena hal itu sulit dilakukan. ”Masalahnya adalah, apa yang Anda lakukan dengan (orang) yang belum atau tidak besalah? kata Johnson.
“Kami memiliki hukum, kita memiliki konstitusi, dan itu sangat sulit bagi aparat penegak hukum ketika Anda mungkin memiliki puluhan ribu simpatisan. Bagaimana Anda melacak mereka semua,” lanjut senator AS itu.
Johnson mengutip laporan yang diterbitkan bulan Maret 2015, yang menyebut ada 46 ribu hingga 90 ribu akun Twitter yang mendukung ISIS. ”Sekarang, Twitter mulai menutup (akun-akun itu),” ujar Johnson.
”Tapi hanya untuk mempertimbangkan mungkin 90 ribu orang tertarik dengan ideologi barbar ini. Jadi kita sudah mendapat tumpukan jerami yang sangat besar. Kami sedang mencari jarum di dalamnya,” lanjut dia, seperti dilansir CNN, Senin (11/5/2015).
(mas)