Gularte Tak Sadari Eksekusi hingga Napas Terakhir
A
A
A
SYDNEY - Rodrigo Muxfeldt Gularte, terpidana kasus narkoba asal Brasil yang dieksekusi Selasa tengah malam di Nusakambangan, Indonesia telah didiagnosis menderita skizofrenia dan gangguan bipolar. Dengan derita itu, Gularte tidak menyadari eksekusi sudah dilakukan sampai dia mengembuskan napas terakhir.
Hal itu diungkap Pastor Charles Patrick Edward Burrows atau dikenal sebagai Romo Carolus, pastor yang jadi penasihat spiritual Gularte. Romo Carolus merupakan pastor kelahiran Irlandia yang sudah jadi warga Indonesia sejak 1983.
”Saya pikir saya akan mendapati dia dalam kondisi siap, bahwa ia akan dibelenggu dengan rantai, karena ia tidak suka disentuh. Saya berkata kepadanya; ‘Ya saya 72 tahun, ketika Anda bangun di surga Anda akan tahu di mana saya akan hidup, siapkan taman atau sesuatu’,” kata Romo Carolus, kepada ABC.
Menurutnya, Gularte tenang karena ia diborgol oleh sipir. Tetapi dia menjadi gelisah ketika ia diserahkan kepada polisi di luar penjara yang menempatkan rantai kaki pada dirinya.
”Saya pikir dia akan mendapat pesan, bahwa ia akan dieksekusi. Tapi, ketika rantai mulai dilepas, dia berkata kepada kepada saya, 'Oh Romo, apakah saya dieksekusi?,” kata Romo Carolus menirukan ucapan Gularte.
Jauh hari sebelum eksekusi dilakukan, menurutnya, Gularte terus mendengar suara-suara aneh, di mana suara itu seolah-olah memastikan bahwa dia akan baik-baik saja. “Dia percaya suara itu,” katanya.
Gularte tertangkap ketika memasuki Indonesia pada tahun 2004 dengan enam kilogram kokain yang disembunyikan di papan surfing. Dia dijatuhi hukuman mati pada tahun 2005.
Romo Carolus yang menyaksikan eksekusi itu mengatakan bahwa delapan terpidana mati yang diesekusi menolak penutup mata dan meminta tangan diborgol ke depan, sehingga memungkinkan bagi mereka untuk berjabat tangan dengan para sipir penjara yang telah berkumpul di luar.
Hal itu diungkap Pastor Charles Patrick Edward Burrows atau dikenal sebagai Romo Carolus, pastor yang jadi penasihat spiritual Gularte. Romo Carolus merupakan pastor kelahiran Irlandia yang sudah jadi warga Indonesia sejak 1983.
”Saya pikir saya akan mendapati dia dalam kondisi siap, bahwa ia akan dibelenggu dengan rantai, karena ia tidak suka disentuh. Saya berkata kepadanya; ‘Ya saya 72 tahun, ketika Anda bangun di surga Anda akan tahu di mana saya akan hidup, siapkan taman atau sesuatu’,” kata Romo Carolus, kepada ABC.
Menurutnya, Gularte tenang karena ia diborgol oleh sipir. Tetapi dia menjadi gelisah ketika ia diserahkan kepada polisi di luar penjara yang menempatkan rantai kaki pada dirinya.
”Saya pikir dia akan mendapat pesan, bahwa ia akan dieksekusi. Tapi, ketika rantai mulai dilepas, dia berkata kepada kepada saya, 'Oh Romo, apakah saya dieksekusi?,” kata Romo Carolus menirukan ucapan Gularte.
Jauh hari sebelum eksekusi dilakukan, menurutnya, Gularte terus mendengar suara-suara aneh, di mana suara itu seolah-olah memastikan bahwa dia akan baik-baik saja. “Dia percaya suara itu,” katanya.
Gularte tertangkap ketika memasuki Indonesia pada tahun 2004 dengan enam kilogram kokain yang disembunyikan di papan surfing. Dia dijatuhi hukuman mati pada tahun 2005.
Romo Carolus yang menyaksikan eksekusi itu mengatakan bahwa delapan terpidana mati yang diesekusi menolak penutup mata dan meminta tangan diborgol ke depan, sehingga memungkinkan bagi mereka untuk berjabat tangan dengan para sipir penjara yang telah berkumpul di luar.
(mas)