Rusia: Menang Perang Dingin, AS Berlogika Sempit
A
A
A
MOSKOW - Rusia menuding logika sempit dengan merasa sebagai pemenang Perang Dingin berlaku bagi Amerika Serikat (AS) dan NATO. Komentar Pemerintah Rusia itu disampaikan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov, Kamis (16/4/2015).
”Sayangnya, setelah Perserikatan Bangsa-Bangsa didirikan, kemungkinan manajemen global atas dasar kemitraan yang sejati telah dirusak oleh konfrontasi bipolar yang sulit," kata Lavrov.
”Seperempat abad yang lalu, setelah Perang Dingin berakhir, prospek telah dibuka untuk pertama kalinya dalam sejarah, untuk beralih ke kerjasama yang lebih luas dan pembangunan yang konstruktif,” ujar Menlu Rusia itu.
”(Mereka) sering menolak untuk mendengarkan orang lain, apalagi mendengar kita. Akibatnya, logika sempit sebagai pemenang dalam Perang Dingin mulai berlaku di Washington, dan kemudian di NATO,” sambung Lavrov, seperti dilansir Itar-Tass.
Komentar serupa disampaikan Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu. Menurutnya, dengan merasa sebagai pemenang Perang Dingin, AS telah memaksakan kehendaknya terhadap negara lain. Shoigu percaya, krisis di Ukraina telah dirancang AS untuk mengasingkan Rusia.
Upaya mengasingkan Rusia itu, lanjut dia, dilakukan AS dengan melanggar semua aturan, termasuk menyeret Ukraina ke bagian renacananya untuk memperluas keanggotaan NATO. ”Ini upaya untuk menarik Kiev ke orbit AS dan sekutunya,” ujar Shoigu.
"Sekelompok negara-negara yang menganggap sebagai pemenang dalam Perang Dingin mencoba untuk memaksakan kehendak mereka pada bangsa lain,” imbuh Shoigu menyindir AS dan NATO.
AS belum merespons komentar para pejabat tinggi Rusia itu. Namun, AS selama ini bersikeras membela Ukraina yang sedang berkonflik dengan Rusia.
”Sayangnya, setelah Perserikatan Bangsa-Bangsa didirikan, kemungkinan manajemen global atas dasar kemitraan yang sejati telah dirusak oleh konfrontasi bipolar yang sulit," kata Lavrov.
”Seperempat abad yang lalu, setelah Perang Dingin berakhir, prospek telah dibuka untuk pertama kalinya dalam sejarah, untuk beralih ke kerjasama yang lebih luas dan pembangunan yang konstruktif,” ujar Menlu Rusia itu.
”(Mereka) sering menolak untuk mendengarkan orang lain, apalagi mendengar kita. Akibatnya, logika sempit sebagai pemenang dalam Perang Dingin mulai berlaku di Washington, dan kemudian di NATO,” sambung Lavrov, seperti dilansir Itar-Tass.
Komentar serupa disampaikan Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu. Menurutnya, dengan merasa sebagai pemenang Perang Dingin, AS telah memaksakan kehendaknya terhadap negara lain. Shoigu percaya, krisis di Ukraina telah dirancang AS untuk mengasingkan Rusia.
Upaya mengasingkan Rusia itu, lanjut dia, dilakukan AS dengan melanggar semua aturan, termasuk menyeret Ukraina ke bagian renacananya untuk memperluas keanggotaan NATO. ”Ini upaya untuk menarik Kiev ke orbit AS dan sekutunya,” ujar Shoigu.
"Sekelompok negara-negara yang menganggap sebagai pemenang dalam Perang Dingin mencoba untuk memaksakan kehendak mereka pada bangsa lain,” imbuh Shoigu menyindir AS dan NATO.
AS belum merespons komentar para pejabat tinggi Rusia itu. Namun, AS selama ini bersikeras membela Ukraina yang sedang berkonflik dengan Rusia.
(mas)