Tersudut, Eks Presiden Yaman Beri Sinyal Khianati Houthi
A
A
A
RIYADH - Serangan udara Koalisi Teluk di Yaman membuat kelompok Houthi dan pasukan loyalis Mantan Presiden Yaman, Ali Abdullah Saleh, tersudut. Saleh pun mulai memberikan sinyal akan mengkhianati Houthi.
Sinyal itu muncul setelah Saleh mengirim pesan ke Koalisi Teluk untuk memberikan jalan keluar bagi dirinya dan keluarganya agar bisa keluar dari Yaman dengan selamat. Pesan Saleh itu diungkap sumber Pemerintah Yaman kepada Al Jazeera, yang dilansir tengah malam tadi (15/4/2015).
Saleh, yang dipaksa lengser pada 2012 setelah gelombang protes terhadap pemerintahannya, selama ini disebut telah bersekutu dengan Houthi untuk mengkudeta presiden sah Yaman, Abed Rabbo Mansour Hadi, yang telah melarikan diri ke Arab Saudi karena diserbu Houthi.
Pesan Saleh yang minta jalur aman itu telah dibahas para pemimpin Kongres (GPC), termasuk di antaranya mantan Menteri Luar Negeri Yaman, Abu Bakr al-Qirbi. Namun, menurut sumber itu, permintaan Saleh telah ditolak Arab Saudi yang memimpin agresi militer Koalisi Teluk di Yaman sejak 26 Maret 2015 lalu.
”Dalam pesan, Saleh tampaknya telah benar-benar mengatakan kepada para pemimpin Teluk melalui utusannya bahwa dia tidak memiliki hubungan apapun dengan Houthi, dan dia bukan bagian dari perang ini,” demikian laporan jurnalis Al Jazeera, Mohamed Vall, yang melaporkan dari Ibu Kota Saudi, Riyadh.
”Tentu saja ini bertentangan dengan apa yang telah dikatakan sebelumnya, ketika ia mengirim putranya, Ahmed Ali Abdullah Saleh (untuk ikut perang di Yaman) sebelum serangan awal Saudi. Dia mengatakan, bahawa di akan meninggalkan Houthi,” lanjut laporan media Timur Tengah itu.
Kelompok Houthi kini mulai mengalami kesulitan di Yaman. Selain terus dibombardir koalisi Teluk, Dewan Keamanan PBB secara resmi telah menjatuhkan embargo senjata kepada kelompok pemberontak di Yaman ini.
Sinyal itu muncul setelah Saleh mengirim pesan ke Koalisi Teluk untuk memberikan jalan keluar bagi dirinya dan keluarganya agar bisa keluar dari Yaman dengan selamat. Pesan Saleh itu diungkap sumber Pemerintah Yaman kepada Al Jazeera, yang dilansir tengah malam tadi (15/4/2015).
Saleh, yang dipaksa lengser pada 2012 setelah gelombang protes terhadap pemerintahannya, selama ini disebut telah bersekutu dengan Houthi untuk mengkudeta presiden sah Yaman, Abed Rabbo Mansour Hadi, yang telah melarikan diri ke Arab Saudi karena diserbu Houthi.
Pesan Saleh yang minta jalur aman itu telah dibahas para pemimpin Kongres (GPC), termasuk di antaranya mantan Menteri Luar Negeri Yaman, Abu Bakr al-Qirbi. Namun, menurut sumber itu, permintaan Saleh telah ditolak Arab Saudi yang memimpin agresi militer Koalisi Teluk di Yaman sejak 26 Maret 2015 lalu.
”Dalam pesan, Saleh tampaknya telah benar-benar mengatakan kepada para pemimpin Teluk melalui utusannya bahwa dia tidak memiliki hubungan apapun dengan Houthi, dan dia bukan bagian dari perang ini,” demikian laporan jurnalis Al Jazeera, Mohamed Vall, yang melaporkan dari Ibu Kota Saudi, Riyadh.
”Tentu saja ini bertentangan dengan apa yang telah dikatakan sebelumnya, ketika ia mengirim putranya, Ahmed Ali Abdullah Saleh (untuk ikut perang di Yaman) sebelum serangan awal Saudi. Dia mengatakan, bahawa di akan meninggalkan Houthi,” lanjut laporan media Timur Tengah itu.
Kelompok Houthi kini mulai mengalami kesulitan di Yaman. Selain terus dibombardir koalisi Teluk, Dewan Keamanan PBB secara resmi telah menjatuhkan embargo senjata kepada kelompok pemberontak di Yaman ini.
(mas)