Diplomasi Keras Abbott pada RI Dikecam Kabinet Australia
A
A
A
CANBERRA - Perdana Menteri (PM) Australia, Tony Abbott, menghadapi kecaman dari tokoh-tokoh senior kabinet Australia atas gaya diplomasinya yang keras kepada Indonesia demi menolong duo Bali Nine dari rencana eksekusi.
Gaya diplomasi Abbott justru dianggap merusak lobi Australia yang memohon ampunan untuk terpidana mati duo Bali Nine, Andrew Chan dan Myuran Sukumaran. Beberapa rekan senior Abbott di kabinet Australia menilai gaya diplomasi Abbott kontraproduktif.
Abbott melalui Menteri Luar Negeri Australia, Julie Bishop, telah memimpin apa yang para pejabat kabinet Australia menggambarkannya sebagai kampanye "besar-besaran" demi membujuk para pemimpin Indonesia untuk mengampuni dua gembong narkoba itu.
”Ini mengerikan,” kata seorang sumber senior di kabinet Australia kepada Fairfax, Jumat (20/2/2015), mengacu pada gaya diplomasi Abbott. Tokoh senior di kabinet Australia itu minta ditulis dalam kondisi anonim, mengingat isu ini sensitif.
”Ini membuka ‘kancing’ dari banyak pekerjaan baik yang lain,” imbuh tokoh senior lain di kabinet Australia. Ada beberapa pernyataan Abbott dan Bishop terkait lobi pada Indonesia yang justru blunder. (Baca: Australia Ancam Indonesia Jika Dua Warganya Dieksekusi)
Pertama, ketika Bishop menyampaikan ancaman pemboikotan wisata Bali jika duo Bali Nine dieksekusi. Kedua, komentar Abbott yang terang-terangan menyatakan akan menunjukkan pada dunia tentang ketikdaksukaan Australia pada Indonesia jika dua warganya dieksekusi.
Ketiga, komentar Abbott yang minta Indonesia membalas budi soal bantuan tsunami tahun 2004 senilai 1 miliar dolar, dengan cara mengampuni Andrew Chan dan Myuran Sukumaran. (Baca: PM Australia Berkelit Telah Mengancam Indonesia)
Reaksi Indonesia
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Indonesia, Arrmanatha Nassir, berkali-kali meredam “manuver” Abbott dan Bishop dengan bahasa diplomatik yang ramah. “Saya ragu Menteri Luar Negeri dari negara tetangga yang ramah mengelurkan komentar seperti itu,” contoh komentar Arrmanatha, saat merespons ancaman pemboikotan wisata Bali oleh Bishop.
Arrmanatha, juga menggunakan bahasa elegan ketika menghadapi komentar Abbott yang bernada ancaman.“Ancaman bukan bagian dari bahasa diplomatik dan tidak ada respons yang baik dengan ancaman,” contoh lain repons Armanatha. ”Semoga ini bukan karakter asli dari Australia,” imbuh Arrmanatha. (Baca juga: Indonesia: Semoga Ini Bukan Karakter Asli Australia)
Sementara itu, Profesor Tim Lindsey, Direktur Pusat Hukum Indonesia dan Islam di Universitas Melbourne, mengatakanBishop telah secara konsisten dan hormat mengartikulasikan kepentingan Australia secara “elegan”. Tapi komentar Abbott kontraproduktif . ”Dan tidak perlu,” katanya.
"Benar atau salah, ketika datang ke diplomasi, Indonesia dapat merespon secara positif, tapi akan sangat negatif terhadap setiap ancaman,” ujarnya, seperti dilansir Sydney Morning Herald.
Gaya diplomasi Abbott justru dianggap merusak lobi Australia yang memohon ampunan untuk terpidana mati duo Bali Nine, Andrew Chan dan Myuran Sukumaran. Beberapa rekan senior Abbott di kabinet Australia menilai gaya diplomasi Abbott kontraproduktif.
Abbott melalui Menteri Luar Negeri Australia, Julie Bishop, telah memimpin apa yang para pejabat kabinet Australia menggambarkannya sebagai kampanye "besar-besaran" demi membujuk para pemimpin Indonesia untuk mengampuni dua gembong narkoba itu.
”Ini mengerikan,” kata seorang sumber senior di kabinet Australia kepada Fairfax, Jumat (20/2/2015), mengacu pada gaya diplomasi Abbott. Tokoh senior di kabinet Australia itu minta ditulis dalam kondisi anonim, mengingat isu ini sensitif.
”Ini membuka ‘kancing’ dari banyak pekerjaan baik yang lain,” imbuh tokoh senior lain di kabinet Australia. Ada beberapa pernyataan Abbott dan Bishop terkait lobi pada Indonesia yang justru blunder. (Baca: Australia Ancam Indonesia Jika Dua Warganya Dieksekusi)
Pertama, ketika Bishop menyampaikan ancaman pemboikotan wisata Bali jika duo Bali Nine dieksekusi. Kedua, komentar Abbott yang terang-terangan menyatakan akan menunjukkan pada dunia tentang ketikdaksukaan Australia pada Indonesia jika dua warganya dieksekusi.
Ketiga, komentar Abbott yang minta Indonesia membalas budi soal bantuan tsunami tahun 2004 senilai 1 miliar dolar, dengan cara mengampuni Andrew Chan dan Myuran Sukumaran. (Baca: PM Australia Berkelit Telah Mengancam Indonesia)
Reaksi Indonesia
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Indonesia, Arrmanatha Nassir, berkali-kali meredam “manuver” Abbott dan Bishop dengan bahasa diplomatik yang ramah. “Saya ragu Menteri Luar Negeri dari negara tetangga yang ramah mengelurkan komentar seperti itu,” contoh komentar Arrmanatha, saat merespons ancaman pemboikotan wisata Bali oleh Bishop.
Arrmanatha, juga menggunakan bahasa elegan ketika menghadapi komentar Abbott yang bernada ancaman.“Ancaman bukan bagian dari bahasa diplomatik dan tidak ada respons yang baik dengan ancaman,” contoh lain repons Armanatha. ”Semoga ini bukan karakter asli dari Australia,” imbuh Arrmanatha. (Baca juga: Indonesia: Semoga Ini Bukan Karakter Asli Australia)
Sementara itu, Profesor Tim Lindsey, Direktur Pusat Hukum Indonesia dan Islam di Universitas Melbourne, mengatakanBishop telah secara konsisten dan hormat mengartikulasikan kepentingan Australia secara “elegan”. Tapi komentar Abbott kontraproduktif . ”Dan tidak perlu,” katanya.
"Benar atau salah, ketika datang ke diplomasi, Indonesia dapat merespon secara positif, tapi akan sangat negatif terhadap setiap ancaman,” ujarnya, seperti dilansir Sydney Morning Herald.
(mas)