'Konfrontasi' Barat dan Timur Memanas dari Baltik ke Asia
A
A
A
WASHINGTON - Era baru “konfrontasi” antara negara-negara Timur dengan negara-negara Barat terus menanas dari wilayah Baltik hingga ke Laut China Selatan di wilayah Asia.
Ketegangan yang ditunjukkan dari manuver pesawat-pesawat tempur dan kapal perang selama ini didominasi pihak Amerika Serikat (AS) dan sekutunya dari blok Barat, dengan Rusia dan China dari blok Timur. Ketegangan sudah muncul sejak beberapa bulan terakhir atau sejak Perang Dingin berakhir puluhan tahun silam.
“Konfrontasi” antara negara-negara Barat dan Rusia tampak jelas dari krisis Ukraina. Sejak krisis Ukraina pecah, Swedia telah mengeluhkan manuver pesawat tempur Rusia yang hampir menabrak pesawat sipil. Inggris pun juga kerap mencegat pesawat-pesawat tempur Rusia yang melintas di dekat langit mereka.
Sedangkan ketegangan AS dan China dimulai pada bulan Agustus 2014 lalu. Di mana, sebuah pesawat pengintai AS dan pesawat jet tempur China nyaris bertabrakan di atas Laut China Selatan. Adu manuver juga terjadi antara pesawat tempur China dengan pesawat tempur Jepang (yang didukung AS) dalam sengketa Laut China Timur.
“Ada eskalasi yang sangat signifikan, terutama pada tahun lalu,” kata Christopher Harmer, mantan pilot Angkatan Laut AS, yang sekarang aktif di di Institut Studi Perang di Washington. ”Insiden ini sekarang terjadi dalam skala yang kita belum melihatnya dalam 25 tahun terakhir,” katanya lagi, seperti dikutip Reuters, Selasa (23/12/2014).
Ketegangan itu juga tak bisa dipungkiri dari data NATO yang menyebut sudah menghadang lebih dari 400 kali pesawat-pesawat tempur Rusia pada tahun ini di wilayah udara Eropa. Angka itu bahkan meningkat dua kali lipat dibanding tahun 2013.
Swedia dan Denmark juga sempat memanggil Duta Besar Rusia, setelah pesawat tempur Kremlin bermanuver di dekat wilayah Swedia selatan. ”Ini bukan hanya masalah manuver penerbangan yang meningkat, tapi cara mereka melakukan itu,” ujar Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg dalam konferensi pers, Senin kemarin.
Pesawat-pesawat tempur Rusia, kata dia, tidak berkomunikasi dengan pengontrol lalu lintas udara, sehingga membahayakan peneberangan sipil. Sedangkan Rusia menegaskan, manuver pesawat-pesawat tempurnya selama ini tidak melanggar aturan, karena melintas di wilayah udara internasional.
Ketegangan yang ditunjukkan dari manuver pesawat-pesawat tempur dan kapal perang selama ini didominasi pihak Amerika Serikat (AS) dan sekutunya dari blok Barat, dengan Rusia dan China dari blok Timur. Ketegangan sudah muncul sejak beberapa bulan terakhir atau sejak Perang Dingin berakhir puluhan tahun silam.
“Konfrontasi” antara negara-negara Barat dan Rusia tampak jelas dari krisis Ukraina. Sejak krisis Ukraina pecah, Swedia telah mengeluhkan manuver pesawat tempur Rusia yang hampir menabrak pesawat sipil. Inggris pun juga kerap mencegat pesawat-pesawat tempur Rusia yang melintas di dekat langit mereka.
Sedangkan ketegangan AS dan China dimulai pada bulan Agustus 2014 lalu. Di mana, sebuah pesawat pengintai AS dan pesawat jet tempur China nyaris bertabrakan di atas Laut China Selatan. Adu manuver juga terjadi antara pesawat tempur China dengan pesawat tempur Jepang (yang didukung AS) dalam sengketa Laut China Timur.
“Ada eskalasi yang sangat signifikan, terutama pada tahun lalu,” kata Christopher Harmer, mantan pilot Angkatan Laut AS, yang sekarang aktif di di Institut Studi Perang di Washington. ”Insiden ini sekarang terjadi dalam skala yang kita belum melihatnya dalam 25 tahun terakhir,” katanya lagi, seperti dikutip Reuters, Selasa (23/12/2014).
Ketegangan itu juga tak bisa dipungkiri dari data NATO yang menyebut sudah menghadang lebih dari 400 kali pesawat-pesawat tempur Rusia pada tahun ini di wilayah udara Eropa. Angka itu bahkan meningkat dua kali lipat dibanding tahun 2013.
Swedia dan Denmark juga sempat memanggil Duta Besar Rusia, setelah pesawat tempur Kremlin bermanuver di dekat wilayah Swedia selatan. ”Ini bukan hanya masalah manuver penerbangan yang meningkat, tapi cara mereka melakukan itu,” ujar Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg dalam konferensi pers, Senin kemarin.
Pesawat-pesawat tempur Rusia, kata dia, tidak berkomunikasi dengan pengontrol lalu lintas udara, sehingga membahayakan peneberangan sipil. Sedangkan Rusia menegaskan, manuver pesawat-pesawat tempurnya selama ini tidak melanggar aturan, karena melintas di wilayah udara internasional.
(mas)