FBI Curiga Hacker Iran Targetkan Pertahanan AS
A
A
A
BOSTON - Federal Bureau of Investigation (FBI) curiga bahwa pertahanan Amerika Serikat (AS) jadi taget serangan hacker Iran.
Selain pertahanan AS, FBI juga curiga bahwa perusahaan energi dan lembaga pendidikan AS juga jadi target serangan.
Perusahaan keamanan AS, Cylance Inc, menemukan 50 korban operasi hacking bernama “Operation Cleaver” di 16 negara, salah satunya AS. Laporan serangan hacker Iran itu telah diterima FBI yang dilansir Reuters, Sabtu (13/12/2014).
Pihak Clylance Inc, minta perusahaan-perusahaan kontraktor keamanan yang diserang hacker untuk segera menghubungi FBI.
Chief Executive Cylance, Stuart McClure mengatakan peringatan FBI itu menjadi isyarat bahwa hacker Iran kemungkin akan melakukan serangan lebih besar.”Ini menegaskan tekad (hacker) Iran atas (serangan) skala besar terhadap infrastruktur,” katanya.
Pentagon dan Badan Keamanan Nasional (NSA) belum berkomentar soal ancaman serangan hacker Iran itu.
Serangan hackerdi sejatinya juga pernah dialami Iran sekitar tahun 2010. Kala itu, program nuklirnya diserang oleh virus komputer Stuxnet, yang diyakini diluncurkan oleh Amerika Serikat dan Israel.
Selain pertahanan AS, FBI juga curiga bahwa perusahaan energi dan lembaga pendidikan AS juga jadi target serangan.
Perusahaan keamanan AS, Cylance Inc, menemukan 50 korban operasi hacking bernama “Operation Cleaver” di 16 negara, salah satunya AS. Laporan serangan hacker Iran itu telah diterima FBI yang dilansir Reuters, Sabtu (13/12/2014).
Pihak Clylance Inc, minta perusahaan-perusahaan kontraktor keamanan yang diserang hacker untuk segera menghubungi FBI.
Chief Executive Cylance, Stuart McClure mengatakan peringatan FBI itu menjadi isyarat bahwa hacker Iran kemungkin akan melakukan serangan lebih besar.”Ini menegaskan tekad (hacker) Iran atas (serangan) skala besar terhadap infrastruktur,” katanya.
Pentagon dan Badan Keamanan Nasional (NSA) belum berkomentar soal ancaman serangan hacker Iran itu.
Serangan hackerdi sejatinya juga pernah dialami Iran sekitar tahun 2010. Kala itu, program nuklirnya diserang oleh virus komputer Stuxnet, yang diyakini diluncurkan oleh Amerika Serikat dan Israel.
(mas)