Nurhayati Kencangkan Lobi Pencalonan di IPU
A
A
A
JENEWA - Nurhayatie Assegaf, anggota DPR dari fraksi Partai Demokrat setiba di jenewa, swiss (10/10) langsung menggelar pertemuan dengan para diplomat indonesia di Perutusan Tetap RI Jenewa untuk merancang strategi pemenangan pencalonan dirinya sebagai Presiden Inter Parliamentary Union (IPU) periode 2014-2018.
Politisi demokrat itu mencoba kembali peruntungannya untuk bertarung dalam pemilihan Presiden Parlemen Sedunia setelah kalah tipis oleh politisi asal Maroko, Abdelwahad Radi dalam pemilihan presiden IPU lalu pada tahun 2011. Pada pemilihan ketika itu, nurhayati memperoleh dukungan selisih tipis 130 dari suara yang memenangkan Radi sebanyak 134 dukungan.
Kini, Radi akan menyudahi kepemimpinannya dalam organisasi parlemen sedunia itu setelah menjabat sebagai Presiden IPU periode 2011-2014. Koresponden SINDO di Jenewa, Emte Aedhir melaporkan peta persaingan kali ini cukup berbeda dengan pemilihan tahun 2011 karena munculnya empat nominasi yang dari sisi gender cukup berimbang, terdiri dari dua calon wanita dan dua calon pria.
Dalam pemilihan yang diperkirakan bakal berlangsung ketat, Nurhayati akan menghadapi saingan berat dari Bronwyn Bishop (Ketua Parlemen Australia), Abdulla Shahid (mantan Ketua Parlemen Maladewa), dan Saber chowdhury (anggota parlemen asal Bangladesh). Nurhayati menyebut Bishop sebagai saingan terberat mengingat dukungan yang diperkirakan akan otomatis diperolehnya dari parlemen negara-negara maju yang selama ini menjadi aliansi Australia yang tergabung dalam kelompok twelve 12 di IPU.
Sementara dua nominasi lainnya yang kebetulan berasal dari negara berkembang kemungkinan akan memecah suara delegasi parlemen dari negara-negara yang tergabung dalam OKI maupun kelompok regional lainnya.
Wakil Tetap RI di Jenewa, Dubes Triyono Wibowo, menjanjikan dalam pertemuan dengan Nurhayati, bahwa pihaknya akan mengerahkan seluruh diplomat Indonesia untuk membantu kesuksesan pencalonannya di IPU.
"Kami telah menugaskan setiap diplomat Indonesia untuk melobi delegasi parlemen dari 10 negara selama proses persidangan di IPU, setidak tidaknya untuk dapat memperoleh tiga nama anggota parlemen masing-masing yang akan memberikan suara pada tanggal 16 oktober 2014", ujar Dubes Triyono.
Menurutnya, ketiga anggota parlemen itu yang akan kemudian dijadikan target dalam penggalangan menjelang pemungutan suara pagi hari pada tanggal 16 oktober tersebut.
Meskipun demikian, pihaknya juga mengingatkan bahwa proses pemilihan di IPU bukan merupakan ajang "inter-governmental process" yang memungkinkan para diplomat Indonesia dengan mudah menggarap para anggota parlemen sedunia.
"Karena itu, ibu Nurhayati bersama dengan anggota parlemen indonesia lainnya yang hadir dalam sidang assembly IPU harus "all out" mempresentasikan dirinya, visi maupun pencalonannya di hadapan para anggota parlemen sedunia" tutur Dubes Triyono mengingatkan.
Proses politik sepanjang sidang-sidang yang berlangsung di IPU memang terlepas dari dependensi para anggota parlemen terhadap pemerintah masing-masing, sehingga sulit memperoleh kepastian dukungan secara langsung dan tertulis melalui jalur antar pemerintah.
Politisi demokrat itu mencoba kembali peruntungannya untuk bertarung dalam pemilihan Presiden Parlemen Sedunia setelah kalah tipis oleh politisi asal Maroko, Abdelwahad Radi dalam pemilihan presiden IPU lalu pada tahun 2011. Pada pemilihan ketika itu, nurhayati memperoleh dukungan selisih tipis 130 dari suara yang memenangkan Radi sebanyak 134 dukungan.
Kini, Radi akan menyudahi kepemimpinannya dalam organisasi parlemen sedunia itu setelah menjabat sebagai Presiden IPU periode 2011-2014. Koresponden SINDO di Jenewa, Emte Aedhir melaporkan peta persaingan kali ini cukup berbeda dengan pemilihan tahun 2011 karena munculnya empat nominasi yang dari sisi gender cukup berimbang, terdiri dari dua calon wanita dan dua calon pria.
Dalam pemilihan yang diperkirakan bakal berlangsung ketat, Nurhayati akan menghadapi saingan berat dari Bronwyn Bishop (Ketua Parlemen Australia), Abdulla Shahid (mantan Ketua Parlemen Maladewa), dan Saber chowdhury (anggota parlemen asal Bangladesh). Nurhayati menyebut Bishop sebagai saingan terberat mengingat dukungan yang diperkirakan akan otomatis diperolehnya dari parlemen negara-negara maju yang selama ini menjadi aliansi Australia yang tergabung dalam kelompok twelve 12 di IPU.
Sementara dua nominasi lainnya yang kebetulan berasal dari negara berkembang kemungkinan akan memecah suara delegasi parlemen dari negara-negara yang tergabung dalam OKI maupun kelompok regional lainnya.
Wakil Tetap RI di Jenewa, Dubes Triyono Wibowo, menjanjikan dalam pertemuan dengan Nurhayati, bahwa pihaknya akan mengerahkan seluruh diplomat Indonesia untuk membantu kesuksesan pencalonannya di IPU.
"Kami telah menugaskan setiap diplomat Indonesia untuk melobi delegasi parlemen dari 10 negara selama proses persidangan di IPU, setidak tidaknya untuk dapat memperoleh tiga nama anggota parlemen masing-masing yang akan memberikan suara pada tanggal 16 oktober 2014", ujar Dubes Triyono.
Menurutnya, ketiga anggota parlemen itu yang akan kemudian dijadikan target dalam penggalangan menjelang pemungutan suara pagi hari pada tanggal 16 oktober tersebut.
Meskipun demikian, pihaknya juga mengingatkan bahwa proses pemilihan di IPU bukan merupakan ajang "inter-governmental process" yang memungkinkan para diplomat Indonesia dengan mudah menggarap para anggota parlemen sedunia.
"Karena itu, ibu Nurhayati bersama dengan anggota parlemen indonesia lainnya yang hadir dalam sidang assembly IPU harus "all out" mempresentasikan dirinya, visi maupun pencalonannya di hadapan para anggota parlemen sedunia" tutur Dubes Triyono mengingatkan.
Proses politik sepanjang sidang-sidang yang berlangsung di IPU memang terlepas dari dependensi para anggota parlemen terhadap pemerintah masing-masing, sehingga sulit memperoleh kepastian dukungan secara langsung dan tertulis melalui jalur antar pemerintah.
(esn)